Kisah Kyai Pamungkas:
GUNA-GUNA SERIBU KECOAK

Dalam waktu singkat, warna kulit mukaku berubah kemerahan dan mengeluarkan nanah. Dan tiap kali kulit ari yang bernanah itu kubuang, dagingnya pun turut terbawa pula…

 

Peristiwa tragis ini terjadi sekitar dua tahun silam. Tepatnya, di bulan Agustus 2000. Terus terang, bila mengingat kejadian itu, bulu kudukku langsung merinding. Kini aku jadi semakin percaya, kekuatan jahat guna-guna (santet) dapat mengancam keselamatan jiwa orang yang menjadi sasarannya.

 

Sebagaimana biasa, seusai menjalankan shalat Maghrib aku bergolekgolek untuk menghilangkan kepenatan setelah seharian bergumul dengan pekerjaan di kantor, di kursi panjang yang terletak di loteng rumah. Tak seperti malam-malam sebelumnya, di mana bulan purnama dan bintang gemintang bertaburan menghiasi langit, malam itu, cahaya bulan tampak redup. Bintang gemintang pun seolah enggan menampakkan diri. Yang tampak hanyalah gumpalan awan hitam yang menutupi sang dewi malam.

 

Dalam suasana yang seperti itu, tibatiba, aku dikejutkan oleh kelebat sebuah bayangan yang berada tepat di atas rumahku. Dan setelah kuperhatikan dengan saksama, bayangan itu memecah tak beraturan. Dan yang lebih aneh lagi, pecahannya membentuk formasi mirip ujung mata tombak yang tengah menukik dengan diiringi suara yang bergemuruh.

 

Kekagetanku belum pulih ketika kulihat ribuan kecoa terbang berputarputar. Dan seolah ada yang mengatur, ribuan binatang menjijikkan itu terbang menuju ke atap rumahku. Sejenak aku tercenung dan mencoba mengurai maksud di balik kedatangan ribuan kecoa itu. Seketika, firasatku membisikkan ada sesuatu yang tak beres tengah mengancam keselamatan jiwaku.

 

Sebisa mungkin, aku langsung membaca berbagai doa untuk mengusir binatang-binatang yang menjijikkan itu. Dan manakala aku sedang khusuk berdoa, sebagian dari kecoa itu telah menyebar ke setiap sudut rumah. Sementara, sebagian lainnya masih terus berputar-putar membentuk formasi yang teramat aneh. Dari gerakannya, mereka seolah melindungi sesosok tubuh yang tinggi besar. Bak, sosok raksasa!

 

Aku semakin tenggelam dalam doa, maksudnya, agar bisa secepatnya menyibak tabir di balik peristiwa itu. Usahaku ternyata tak sia-sia. Binatang menjijikkan yang semula membentuk formasi aneh itu, tiba-tiba pecah berantakan. Mereka saling berebut terbang menjauh dan selanjutnya raib tak tersisa. Dan beberapa detik kemudian, kembali terjadi keanehan. Seiring dengan hilangnya ribuan kecoa, kini, di depanku kini muncul sesosok makhluk yang teramat menyeramkan. Sepintas, mirip dengan jin Syilby. Dan yang membedakan mungkin hanya bentuk tubuhnya saja.

 

Jika jin Syilby memiliki bentuk tubuh cebol, berperawakan padat dan berkulit hitam, sementara makhluk yang berdiri di depanku berperawakan tinggi besar serta berkulit merah kehitaman. Dari bentuknya aku dapat menduga, makhluk itu pasti memiliki perilaku yang ganas dan jahat.

 

“Ada keperluan apa, Anda datang?” tanyaku sedikit gemetar.

 

Mendengar pertanyaanku, makhluk itu hanya menyeringai. Kemudian terdengar jawabannya, “Aarkh yoe roukh. Roukh laie khak, msikoh saghr goh makh. Orokh rau lagh, juwa!”

 

Ketika aku masih berusaha menangkap kalimat yang di ucapkannya, secara tiba-tiba, binatang menjijikkan yang tadinya menghilang kini sudah kembali lagi dan bahkan mengitari makhluk yang menyeramkan itu. Dalam waktu singkat, tubuh makhluk itu kembali telah tertutupi ribuan kecoa. Dan hanya dalam hitungan detik, kembali kecoa-kecoa makhluk menyeramkan itu terbang dan hilang entah kemana.

 

Seketika suasana di sekitarku kembali hening. Dan sinar bulan yang sejak tadi sore tertutupi oleh awan, kini mulai memancarkan sinarnya. Aku belum beranjak dari tempatku semula. Pertanyaan demi pertanyaan pun kembali mengalir memenuhi pikiranku mengenai peristiwa yang baru saja terjadi. Dan benar, beberapa waktu setelah peristiwa itu, aku merasakan sesuatu yang tak wajar. Betapa tidak, kini aku sering terserang demam yang datangnya secara tiba-tiba. Yang paling membuatku tersiksa, tiap menjelang Maghrib, bagian belakang kepalaku seolah di tusuk-tusuk oleh benda tajam. Nyeri tak terperikan!

 

Kian hari, penyakitku kian menjadi-jadi. Selain seperti ditusuki ribuan jarum, hawa panas juga menjalari seluruh bagian kepalaku. Aku benar-benar merasakan penderitaan yang luar biasa. Yang lebih mengerikan, dalam waktu singkat sebagian dari wajahku berubah bagai monster yang menjijikan. Bahkan warna kulit mukaku pun berubah kemerahan dan mengeluarkan nanah. Dan yang lebih menyakitkan lagi, tiap kali kulit ari yang mulai membusuk itu kubuang, daging yang ada di pipiku ikut pula terbawa.

 

Dengan segala kemampuan yang kumiliki, aku mencoba menahan rasa sakit yang kian hari kian mengganas. Dan selama itu, usahaku untuk mencari kesembuhan tak hanya sebatas kebatinan semata. Aku juga mendatangi dokter spesialis kulit. Aku benar-benar terkejut, tanpa mendeteksi dengan alat-alat medis terlebih dahulu, sang dokter telah menyimpulkan bahwa aku mengidap “herpes.” Betapa pun aku merasa risih, namun kupaksakan untuk mengatakan hasil analisa dokter itu kepada Firman, sahabatku yang selama ini dengan setia selalu mengantarkanku untuk mencari kesembuhan. “Herpes? Penyakit kotor?” ujar Firman sambil menatapku tak percaya.

 

“Aku sendiri heran. Tapi aku yakin, penyakit ini bukan herpes. Apalagi selama ini aku selalu menjaga kebersihan dan tak pernah melacur atau berhubungan badan dengan siapapun,” sahutku.

 

“Dari peristiwa yang engkau pernah ceritakan, penyakitmu pasti akibat gunaguna,” sambung Firman sambil mencoba menerka sebab penyakit yang kuderita.

 

“Mungkin juga…?!” jawabku singkat.

 

Di tengah kegelisahan akibat memikirkan penyakit yang kuderita, malamnya, aku mengambil air wudhu untuk melakukan shalat Hajad. Aku berusaha kembali untuk mengingat-Nya dengan segala kepasrahan dan harapan pengampunan atas segala kesalahan | yang telah kulakukan. Aku juga berdoa agar diberikan petunjuk tentang penyakit yang sudah hampir dua minggu bersarang di tubuhku. Di sela-sela air mata yang tak terasa mulai mengalir, kusebut asma Allah dengan penuh kekhusukan.

 

Alhamdulillah, ternyata usahaku tak sia-sia. Doa yang kupanjatkan seolah begitu cepat terjawab. Tanpa kuduga, Saat tertidur, seorang lelaki yang menyerupai almarhum ayah serasa mendatangiku. Dengan tatap penuh haru, ia menyampaikan petunjuk untuk mengusir penyakit yang telah merasuk di dalam tubuh.

 

“Soleh, anakku. Ayah sangat merasakan penderitaan yang engkau rasakan saat ini. Tapi janganlah putus asa, sebab tiap penyakit pasti ada obatnya. Apalagi , penyakit yang engkau rasakan saat adalah hasil perbuatan orang yang tak suka denganmu. Kini segera cari Kelap. Hijau dan Talas Hitam. Ingat, Kelapa Hijau dan Talas Hitam itu harus di petik saat ba’da Maghrib dan harus dalam keadaan suci. Segera minumlah air kelap… Hijau setelah di petik. Kemudian, tumbuk Talas Hitam dan minum airnya, sedang ampasnya balurkan pada yang sakit…”

 

Merasa yakin dengan petunjuk itu, lewat bantuan Firman, aku berusaha untuk segera mendapatkan dua syarat tersebut. Alhamdulillah, dalam waktu Singkat, Kelapa Hijau dan Talas Hitam bisa kuperoleh. Dan tanpa menunda waktu, aku segera melakukan apa yang menjadi petunjuk mimpiku. Sesaat setelah aku meminum air Kelapa Hijau dan air perasan Talas Hitam, rasa segar langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Dan ketika ampas Talas Hitam kubalurkan pada wajahku yang sakit, sedikit demi sedikit perubahan pun mulai terjadi. Kesembuhan kini mulai kurasakan.

 

Aku merasa sangat bersyukur karena tak lama kemudian rasa sakit yang “kuderita itu benar-benar hilang. Dan atas pertolongan-Nya pula, wajahku sembuh seperti sedia kala. Konon menurut penerawangan mata batin seorang paranormal, orang yang telah mengirimkan santet mengerikan itu ternyata ia yang pernah kucintai. Hingga tulisan ini dibuat, aku merasa tak habis pikir, mengapa ia tega melakukan perbuatan sekeji itu? Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)