Panggonan Wingit: PESANGGRAHAN LANGGENGHARJO, TEMPAT POLITISI KEJAR MIMPI
Ritual untuk sukses meraih jabatan kepala daerah di Pesanggrahan Langenharjo sudah berlangsung sejak Sunan Pakubuwono IX jumeneng. Kini menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di seluruh Indonesia, sejumlah bakal calon (balon) kepala daerah pun banyak yang mendatangi tempat itu untuk menjalankan laku tirakat.
“Tetalu’ perebutan kursi kepemimpinan khusus daerah tingkat II telah terdengar ringkih di masyarakat Jawa tengah, khususnya wilayah pemilihan kabupaten Sragen. Para cabup (calon bupati) dan wacabup (calon wakil bupati) sudah sibuk ber-gerilya mencari dukungan maupun simpati sana-sini, tentu saja dengan tujuan agar nantinya kelak terpilih sebagai bupati dan wakil bupati dalam pilkada (pemilihan kepala daerah) yang akan digelar tanggal 9 Desember 2015 mendatang.
Apa yang mereka lakukan tak hanya dengan lobi-lobi, kampanye dan bahkan mungkin dengan money politic saja. Ada di antara mereka yang menggunakan jasa paranormal. Para calon wakil rakyat itu ratarata datang untuk meminta penenangan dan kemenangan pada pilkada yang akan diikutinya. Salah satu paranormal yang kebanjiran ‘job’ pada saat pilkada digelar beberapa tahun silam, adalah, seorang paranormal eksentrik yang juga pemilik sebuah yayasan Islamiah yang cukup kondang di wilayah Sragen Timur.
Biasanya langkah tersebut telah ditempuh para caleg (calon legislatif) jauh-jauh hari sebelum hari ‘H’ berlangsung. Orang pintar ini mengaku jadi langganan para calon pimpinan daerah setiap kali pilkada digelar.
“Rata-rata mereka yang datang meminta kemenangan jadi bupati dalam pilkada kelak,” ujarnya kalem.
Tak hanya menggunakan jasa paranormal saja, ternyata tepat-tempat yang mereka anggap ‘kebuyutan’ atau keramat pun menjadi sasaran tindakan mereka. Beberapa para juru kunci tempat keramat yang mengklaim tempatnya kerap diziarahi para caleg pun, tak segan-segan membeberkan tindakan para caleg tersebut Dan salah satu juru kunci tempat keramat yang menyatakan tempatnya Sering kali didatangi caleg selain makam keramat pangeran Sukowati, di antaranya adalah Pesanggrahan Langenharjo. Pesanggrahan yang berlokasi di kelurahan Langenharjo Rt. 03/11 Kecamatan Grogol kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, memang bukanlah sembarang pesanggrahan. Tempat itu merupakan lokasi prosesi ritual meditasi seseorang yang berharap berkah hingga menjadi pemimpin.
Bah Akung, seorang penjaga yang dipercaya Mbah Sugito, juru kunci tempat tersebut mengklarifikasi, pada umumnya para semediter (mereka yang melakukan ritual semedi tirakat), intinya berharap berkah dari kanjeng susuhunan Pakubuwono lXX yang pernah memimpin Surakarta. Dan ternyata rata-rata apa yang mereka lakukan di lokasi tersebut berhasil menduduki posisi nomor satu di jajaran birokrasi. Entah itu sebagai lurah (kepala desa), camat maupun bupati. Bahkan ada juga yang setingkat walikota.
Namun tak sedikit pula dari mereka yang hanya menjabat sebagai pejabat biasa, misal setingkat kepala dinas. Tak ketinggalan dari golongan kaum spiritual maupun masyarakat biasa yang melakukan ritual meditasi (laku tirakat). Untuk kalangan ini pada umumnya hanya mencari ketenangan batin.
“Tempat ini memang terbuka untuk umum. Namun rata-rata yang melakukan ritual meditasi adalah orang-orang yang akan menduduki jabatan di birokrasi. Selain itu ada juga masyarakat biasa. Untuk kelompok ini biasanya mereka hanya sekedar menenangkan batin saja,“ jelas kakek berusia 65 tahun itu kepada penulis.
Sejak didirikan oleh susuhunan Pakubuwono IX pada tahun 1870, yang kemudian pembangunannya dilanjutkan oleh Sunan Pakubuwono X, tempat peristirahan yang awalnya dibangun hanya untuk anggota keluarga keraton, ternyata selalu ‘dituahkan’ oleh masyarakat karena dianggap mengandung kharomah dan daya magis yang luar biasa. Bahkan hal itu terjadi sejak jaman kanjeng susuhunan Pakubuwono IX bertahta (1861-1893) hingga sekarang. Para pemimpin dan para pejabat secara diam-diam banyak yang menjalankan ritual semedi laku tirakat di lokasi ini.
Dari kacamata supranatural, pesangrahan Langenharjo sendiri memang menjadi pusat koloni makhluk gaib dan roh para leluhur. Hal itu ditenggarai dengan adanya beberapa danyang yang menjaga kawasan tersebut.
“Bahkan dulu, dari cerita leluhur saya, sebelum dibangun pesanggrahan ini, kawasan ini merupakan jalur hidup para pembesar keraton dalam memperluas daerahnya perahu,” lanjut lelaki berkulit gelap tersebut.
Para petinggi keraton Mataram banyak yang menggunakan jalur sungai Bengawan Solo ini dalam upaya memperluas daerah kekuasaannya. Dan salah satu titik sungai bengawan yang lokasinya tak jauh dari pesangrahan ini merupakan titik pertemuan para petinggi keraton saat menyusuri bengawan dengan santai.
Bahkan dikatakan selanjutnya, bahwa pada jaman kerajaan Mataram masih berdiri, umumnya para pangeran atau pun calon nayaka (menteri), bakal calon adipati, para demang (lurah) pun suka menjalani ritual gaib tapa mlaku di sepanjang bengawan. Kemungkinan dari sejarahnya itulah, kenapa panembahan susuhunan Pakubuwono IX kemudian membangun pesangrahan di sekitar lokasi ini. Mungkin karena ketertarikannya pada sejarah masa lalu para pemimpin sebelumnya.
Secara rinci, pesanggrahan Langenharjo terdiri dari beberapa bangunan dengan fungsinya yang berbeda. Masing-masing adalah pendopo Probosono, digunakan sebagai aula. Yang mana pada pintu masuk ke dalem Ageng ditempatkan patung keramat Kyai Rajomolo. Kemudian Dalem Agung sebagai tempat menyelenggarakan acara inti kenegaraan yang sifatnya terbatas. Sanggar Pamujan, merupakan tempat khusus untuk semedi raja dan para keluarga kerajaan. Juga ada pemandian air panas, yang pada jaman itu digunakan oleh susuhunan pakubuwono IX dan anggota keraton untuk mandi kungkum.
Untuk pemandian air panas ini, sekarang telah dibuka untuk umum. Untuk yang akan melakukan ritual semedi, di bawah sanggar Pamujan khusus keluarga raja inilah tempatnya bagi mereka yang ngalab berkah. Karena memang tempat semedi para keluarga raja ini tertutup untuk umum. Walau tidak berada langsung di tempat Sanggar pamujan keluarga raja, tapi para pelaku ritual semedi (laku tirakat) dapat melakukannya dengan tenang karena lokasi itu berbentuk setengah lingkaran.
Untuk melengkapi prosesi ritual, pada umumnya para pelaku ritual membawa sesaji sendiri berupa uborampe kembang setaman, dupa ratus dan minyak wisik. Sedangkan juru kunci hanya mendampingi. Jika dalam melakukan ritual semedi tirakat, menurut bah akung sebagaimana yang diterapkan mbah Sugito, pelaku akan memperoleh wejangan secara gaib dari kanjeng susuhunan Pakubuwono IX. Bagaimana cara memerintah yang bijaksana serta diicintai rakyat.
Ketenaran pesanggrahan Langenharjo sebagai lokasi untuk memperoleh wejangan secara gaib dalam hal ilmu kepemerintahan dari PB IX, tak hanya berdengung se antero Jawa Tengah. Ternyata, para pemimpin dan calon pemimpin tak sedikit yang datang dari daerah Jawa Barat dan Jawa Timur untuk melakukan meditasi. Bahkan dijelaskan sang juru kunci, tak sedikit dari para pelaku ritual dengan terang-terangan menggunakan mobil dengan nomor plat merah.
Selain tempat meditasi raja dan keluarga, masih menurut lelaki asal Grogol, di pesanggrahan Langenharjo juga terdapat lokasi khusus sang raja mengadakan kontak dengan Nyai Roro Kidul. Tempat itu terletak pada bagian atas Dalem Agung. Mirip dengan bangunan Sanggabuwana yang terdapat di keraton Surakarta.
Sebelum melakukan ritual meditasi di bawah tempat meditasi sang raja, jangan sekali-kali menyebut nama penguasa pantai selatan, Nyai Roro Kidul, hal itu merupakan pantangan besar yang harus dijaga. “Apa yang teiah ditetapkan sang raja, jangan sekalipun dilanggar. Kalau itu terjadi akibatnya bisa fatal. Karena hanya raja dan keluarga rajalah yang berhak memanggil sang ratu tersebut dari tempat itu,” ujarnya dengan mimik muka serius.
Di tempat itulah pada saat-saat tertentu, kanjeng susuhunan Pakubuwono IX ketika masih jumeneng dan berkuasa di Surakarta sering melakukan kontak dengan Maha Patih Penguasa Pantai Selatan. Selain itu pada kesempatan khusus melakukan kontak dengan Nyai Roro Kidul, jika memang betul-betul diperlukan. Bahkan disebut-sebut hampir seluruh keturunan raja-raja Mataram, termasuk raja-raja dari Surakarta memiliki hubungan ‘khusus’ dengan bangsa lelembut dari Pantai Selatan itu. “Dari cerita yang sudah baku di masyarakat, memang seperti itu,” tuturnya dengan nada pelan.
Fenomena tersebut rupanya sudah lazim terjadi di sebagian wilayah Jawa Tengah. Praktek perdukunan untuk urusan pemilihan kepala daerah, menurut Kyai Wakhyd (50) asal dukuh Demakan, Ngrampal, Sragen, tersebut tidak bisa dipungkiri. Bahkan dirinya sendiri pernah berkali-kali didatangi para tamu yang mengaku sebagai caleg yang meminta bantuan ‘doa’ agar dikabulkan hajatnya. Walaupun, katanya, sebagian lainnya tidak mempercayai adanya praktek semacam itu.
“Tergantung warganya, menurut saya, jika ingin menjadi pemimpin, tidak harus mendatangi tempat keramat ataupun paranormal. Dengan bersikap rendah hati dan banyak membantu dengan cara bersilatuhrahmi kepada masyarakat, maka otomatis masyarakat pun akan menilai sendiri bagaimana bobot dari seorang pemimpin tersebut,” paparnya saat dikonfirmasi di sela-sela kesibukannya di pengajian akbar beberapa waktu silam. Dari penjelasan Kanjeng Gustri Pangeran Harya (KGPH) Puger, bahwa penghertian jika pesanggrahan Langenharjo adalah merupakan Villa (tempat peristirahatan Raja Surakarta) memang tidaklah salah. Namun sebenarnya ada yang lebih penting dari itu.
“Selain Villa, pesanggrahan ini sebenarnya hanya ruang publik yang disediakan raja untuk rakyatnya,” tuturnya kalem. “Namun dari fakta sejarah yang menunjukkan jika bangunan itu digunakan Raja untuk berdiskusi dengan masyarakatr tanpa adanya sekat Protokoler seperti yang berlaku di dalam keraton,” sambungnya.
“Akan tetapi lebih dari itu, pesanggrahan ini merupakan tempat riset, pengembangan ilmu pengetahuan, mulai dari kajian kesusastraan, kerohanian, sosial budaya dan teknologi. Terbukti adanya pujangga besar seperti RNG Ronggowarsito dan KGPAA Sri Mangkunegaran IV kerap menggunakan Langenharjo sebagai tempat untuk menulis,” imbuhnya.
Dari silsilahnya, Sunan Pakubuwono IX (PB IX) merupakan putra dari Sri susuhunan PB VI dari istri permaisuri bernama Kanjeng Ratu Mas atau lebih dikenal sebagai Kanjeng Ratu Ageng. Ketika masih dalam kandungan, PB IX sudah ditinggal ayahnya yang ditangkap Belanda kemudian diasingkan. Ketika itu ayahnya diketahui telah membantu perjuangan Pangeran Dipenogoro. Karena PB IX masih dalam kandungan, maka kekuasaan kemudian digantikan oleh PB VII yang juga putri dari dari PB IV yang lahir dari istri Praweswari muda yang bernama Ratu Kencono, putri bupati Madura, Cakraningrat.
Setelah perang Diponegoro usai, tepatnya tanggal 22 Desember 1830 Masehi, PB IX lahir bertepatan dengan tanggal7 Rajab tahun DJE 1758 yang ditandai dengan Candra Sengkala Ngesti Toto Swaraning Jalmo. Beliau kemudian diberi nama kecil BRMG Doeksinio. Saat menginjak usia belasan tahun, PB IX sudah menunjukkan bakatnya sebagai orang linuwih dalam segala hal.
Selain ahli dalam hal tata Negara, PB IX muda sudah dikenal sebagai seorang sastrawan, penyair serta penggubah lagu atau komponis. Hampir semua lagu gubahannya mengandung nilai seni yang tinggi karena mengandung semua isi alam. Mulai dari tirta atau air, Bayu yang diibaratkan sebagai angin, Agni yang tercipta dari api, serta Bagaskoro yang merupakan inti segalanya, yang dituangkan sebagai Matahari. Semuanya itu beliau rangkum dalam tembang ciptaannya.
Ketika naik tahta, PB IX tergolong raja yang sangat merakyat. Beliau sering mengadakan kunjungan ke desa-desa guna mengetahui lebih dekat akan kehidupan rakyatnya. Bahkan tak jarang beliau harus berkunjung melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu atau kapal yang kemudian dikenal dengan sebutan Kyai Rajomolo.
Karena sangat dicintai rakyatnya, tak heran jika PB IX berkuasa hingga 30 tahun lamanya. Ketika dirinya berkuasa itulah timbul inspirasi untuk membangun sebuah pesanggrahan khusus untuk keluarganya. Selain digunakan untuk istirahat, pesanggrahan yang dibangunnya itu dilengkapi pula dengan ruang untuk bersermedi dan ruang pertemuan dengan Nyai Roro Kidul. Tempat yang dibangunnya inilah kemudian dikenal dengan sebutan pesanggrahan Langenharjo. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)