TANAH MALAI: TANAH PEMIKAT DARI ALAM GAIB
SETIAP KEMUNCULAN TANAH MALAI, PASTI DITANDAI DENGAN HADIRNYA SEEKOR BURUNG PERINDU YANG SELALU MENGITARI LOKASI DI MANA TANAH ITU BERADA, YAKNI Di RIAM MANGKIKIT. BENARKAH TANAH SAKTI INI BERASAL DARI ALAM GAIB…?
Tanah Malai hanya berupa tanah kekuningan, namun cara mendapatkannya susahnya bukan main. Hanya yang berjodoh saja yang bisa mendapatkannya. Konon, tanah ini dimiliki bangsa gaib yang menguasai sebuah riam terbesar, terganas dan terangker di sungai Katingan. Riam Mangkikit, demikian namanya.
Keampuhan Tanah Malai bisa dijadikan media pemikat yang angat ampuh. Akan lebih dahsyat bila penggunaannya dicampur dengan Minyak Burung Perindu. Apa yang disebut sebagai Burung Perindu sendiri adalah sejenis burung dengan ciri khusus, yang pada hari-hari tertentu pasti ada di atas tempat yang di bawahnya ada Tanah Malai. Dan tempat itu hanya ada di Riam Mangkikit, yang sudah begitu melegenda.
Dinamakan Riam Mangkikit, karena dulu di tempat ini yang tadinya milik penguasa gaib Ikan Tangudau, berhasil ditaklukkan
pemuda bernama Mangkikit. Dan akhirnya ia dan seluruh pengikutnya memilih menjadi penghuni gaib Riam yang secara gaib ternyata sangat indah. Mangkikit menjadi Raja di tempat itu dan Riam ini akhirnya dinamakan Riam Mangkikit, yang terletak di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Riam Mangkikit sangat terkenal karena keganasan arusnya, gelombangnya dan kedalaman airnya, yang pada bagian ujung sebelah hilir sering memakan korban jiwa. Misalnya saja, Juli 2010 lalu ada 5 orang , yang mau menyusuri Riam Mangkikit dengan naik ces (Perahu kecil yang dikasih mesin). Perahunya terbalik, dan semua penumpangnya hilang. Bagi yang percaya hal gaib, para korban itu diambil penunggu halus Riam Mangkikit, yang memang banyak menyimpan keanehankeanehan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat. Anehnya, kejadian seperti ini justru terjadi pada musim kemarau.
Di Riam Mangkikit ini juga sangat terkenal dengan ilmu pemikatnya. Media yang digunakan menggunakan tanah, tapi bukan sembarang tanah. Tanah ini diyakini berasal dari alam gaib. Seperti disebutkan di muka, namanya Tanah Malai. Malai berarti lembut. Konon, untuk mendapatkan tanah ini sukarnya bukan main. Karena itu hanya yang berjodoh saja yang dapat menemukannya.
Petualangan mencari Tanah Malai pernah dilakukan Abdul Rahman dan rekanrekannya. Mereka menyusuri Riam Mangkikit yang sangat ganas. Dan dengan susah payah akhirnya Abdul Rahman berhasil menemui Anjang-Anjang (sesepuh yang paham dunia spiritual). Daerah tinggal Anjang-Anjang (sayang tak mau disebut namanya) di Kampung Tumbang Kleme, Kecamatan Tumbang Samba. Dari situ melaju ke Riam Mangkikit sekitar 1 jam perjalanan.
Di sekitar Riam Mangkikit banyak batu besar dan arusnya deras. Menurut Anjang-Anjang, kemunculan tanah Malai atau juga bisa disebut Tanah Jinak, terjadi saat bulan purnama sekitar tanggal 13, 14 dan 15. Tentang masalah bulannya sang Anjang-Anjang tidak mau menyebutkan (teramat rahasia).
“Setiap kemunculan Tanah Malai, pasti ditandai dengan hadirnya seekor Burung Perindu yang selalu mengitari lokasi di mana tanah itu berada. Burung Perindu yang bisa digunakan untuk mencampur tanah Malai dengan diambil minyaknya, wama bulunya coklat bercampur kuning dan memiliki ciri khas bulu putih yang meligkar di lehernya,” demikian papar Anjang-Anjang.
Bila sudah ditemukan Burung Perindu bertengger, pasti di tempat itu terdapat Tanah Malai. Anehnya burung perindu itu bertenggernya curna pada tanggal bulan pumama saja. Burung ini harus ditangkap, dan batu besar dibawahnya harus ditaburi dengan beras kuning. Beras kuning ini untuk menyingkap dimensi gaib tempat tersebut. Biasanya setelah ditaburi dengan beras kuning yang dimantrai, batu yang terdapat Tanah Malai tersebut akan terbuka lubang. Lubang ini harus dimasuki sebatang bambu, dan bambu itu banyak terdapat di sekitar Riam Mangkikit. Panjang bambu sekitar 6 hingga 8 meter.
Setelah bambu dimasukkan, lalu diangkat. Memang akan bercampur dengan lumpur, tapi di tengahnya terdapat tanah kering berwarna kuning keemasan. Itulah tanah pemikat yang cukup dahsyat yang disebut Tanah Malai. Untuk pengasihan, penggunaannya sangat praktis. Setelah Tanah Malai dicampur dengan minyak Burung Perindu, cukup dioleskan pada target. Namun harus hati-hati, sebab target yang terkena ilmu pengasih Tanah Malai ini akan selalu menangis setiap hari bila tak bertemu dengan sang pujaan.
“Selain untuk pengasihan lawan jenis, Tanah Malai juga sangat bagus untuk penglarisan dagang. Caranya Tanah Malai ditaburkan di depan toko, terus pintu utama, dan sebagian ditaruh di dalam kotak uang atau dompet,” jelas Abdul Rahman.
Sebelum mohon pamit, penulis diberi sedikit oleh-oleh cindera mata berupa Tanah Malai, Minyak Burung Perindu dan madu kalulut.
“Maaf cuma sedikit mas. Maklum di sini sekarang sudah sangat langka. Mas tahu sendiri kan betapa sulitnya untuk menemukan Tanah Malai ini,” seloroh Abdul Rahman.
Yang unik, Tanah Malai ternyata sering dijadikan pegangan (jimat) oleh para penambang emas. Cara menggunakan Tanah Malai cukup dibungkus kain kuning dan ditaruh di pipa penyedot emas. Maka diyakini emas tidak akan diambil lagi oleh bangsa gaib.
Riam Mangkikit adalah jeram yang terbesar yang terdapat di Sungai Katingan, Kalimantan Tengah. Di sini ada tempat yang dianggap paling keramat yang disebut Batu Tangudau. Dinamakan demikian karena dibawah batu itu terdapat lubang ikan Tungadau yaitu sejenis ikan hiu.
Hata, dulu di tengah riam ada sebuah kampung kecil. Di kampung itu hanya ada sebuah betang (rumah keluarga yang besar) dan lima buah rumah biasa. Pemimpin kampung kecil ini pemuda yang gagah berani dan perkasa, bemama Mangkikit, yang beristerikan perempuan berparas elok rupawan, Nyai Endas. Kecantikannya sudah terkenal seantero pelosok. Sayang sudah 10 tahun pernikahannya belum juga dikaruniai anak.
Seperti biasa, Mangkikit ingin berburu. Isterinya mempersiapkan senjata sumpitan, juga nasi dan lain pakuk, sekaligus penginangan (sirih kapur dengan pinang dibelah) untuk bekalnya. Isterinya dititipkan pada Dungah (lelaki setengah baya) dan Tambi Jongkong, perempuan tua inang pengasuh Nyai Endas.
Tak lama setelah kepergian Mangkikit, tiba-tiba muncul tamu lelaki sangat tampan berpakaian ala bangsawan, di pinggangnya ada mandau bergagang tanduk jumbai rambut. Lelaki itu ternyata mencari Nyai Endas. Sesaat terjadi percakapan serius, tapi terlihat Nyai Endas tampak kebingungan. Dan tak lama Nyai Endas dibawa lelaki misterius itu.
Kepergian Nyai Endas dan pria misterius itu dikuntit Dungah dan Tambi Jongkong. Betapa terkejutnya mereka berdua tatkala melihat keduanya berjalan di atas air. Nyai Endas dan penjemputnya lalu turun ke sungai, dan ternyata sesampainya di Batu Tangudau, keduanya lenyap.
Saat Mangiakit pulang dari berburu semua kejadian yang memmpe isterinya diceritakan Dungah dan Tami Jongkong Tadinya Mangjakat marah, nanyun segaat kemudian sebagai permmpan ta pun dapat mengendalikan emosinya Lalu seduruh warga diundang malam bannya untuk berkumpul mengatur rencana pencarian Isterinya.
Malam itu, mereka berkumpul. Mangkikit menyarankan agar setiap keluarga menyiapkan Toak minuman keras tradisional) Dan pada hari ke sembilan setelah hari itu, mereka berkumpul lagi Mangkikit tidak menjelaskan maksudnya ia hanya berpesan agar mereka menyiapkan keperluan pesta, yang dimulai dan rumah yang paling ujung bagian hulu.
Sepuluh hari kemudian, di rumah betang Manglaat Semua orang setelah puas berpesta, dikumpulkan di pinggir tepian sungai, kemudian Mangkikit memerintahkan semua warga membakar rumahnya.
“Sekarang semua dengan tenang turun ke sungai menuju ke Batu Tangudau!” perintah Mangkikit, yang kemudian menabur beras kuning di pusaran air Batu Tangudau. Ia menunjuk salah seorang untuk lebih dahulu. Jika mereka masih hidup agar dalam dunia yang baru itu saling menunggu.
Setelah semua terjun, Mangkilat ikut masuk dalam pusaran air batu Tangudau. Dan ternyata di sana ia melihat sebuah kampung yang bersih dan rapih. Ia mengisyaratkan agar menunggu dengan tenang. Dengan didampingi tiga lelaki pilihannya. ia memasuki kampung tersebut. Namun tak kelihatan seorangpun di kampung tersebut. Dan tidak jauh dari situ, di halaman rumah besar dan terbagus, tampak Nyai Endas. Ia mendekati isterinya, dan dari isyarat isterinya ia tahu kalau lelaki yang menculiknya masih tidur.
Mangkikit mengikuti isterinya masuk. Secepat kilat Mangkikit mencabut Dohong (sejenis keris) yang terselip dipinggangnya, dibunuhnya lelaki itu. Lalu ketiga pengawalnya disuruh menjemput keluarganya yang menunggu di luar kampung itu.
Dan, dari keterangan Nyai Endas, Mangkikit mengetahui bahwa kampung itu adalah tempat tinggal bangsa siluman ikan Tangudau. Kalau siang hari, mereka semua pergi mencari makan. Itulah sebabnya tak ada orang yang mereka temui pada siang hari, sebab sore harinya mereka baru pulang.
Akhirnya Mangkikit menjadi raja di sana dan hidup damai, aman dan tenteram di alam barunya. Sejak itulah diberi nama Riam Mangkikit. Raja Mangkakit dan warganya telah menjadi penghuni abadi tempat yang ganas itu.
Memang tidak ada penjelasan yang paten, apakah Tanah Malai itu berasal dari alam halus kerajaan Mangkikit atau bukan. Tapi bila menilik alur kisah kuno ini, besar kemungkinan Tanah Mala ini memang berasal dari alam halusnya Mangkikit. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)