Kisah Kyai Pamungkas:
BERADU DENGAN KUNTILANAK
Karena pemilik rumah menaikkan harga sewa kontrakan, maka Anto Dwiastoro dan istrinya memutuskan untuk pindah saja dari Jl. Petemon Barat, Kelurahan Kupangkrajan, Kecamatan Sawahan, Surabaya Barat. Padahal pasangan ini sudah tinggal di sana selama satu setengah tahun. Namun Anto tidak perlu berlama-lama mencari tempat kontrakan baru. Salah seorang kenalannya menawarkan rumah kontrakan miliknya, yang hampir selesai dibangun. Anto, yang sejak kecil berdomisili di Jakarta, memang tidak asing lagi dengan yang namanya makhluk halus. Dia sudah sering melihat penampakan makhluk yang tidak kasat mata tersebut. Tapi waktu itu orang tuanya mengatakan bahwa itu cuma mimpi.
Tahun 2000-an, Anto yang merupakan alumni FSUI Depok, Jawa Barat ini berangkat ke Surabaya untuk bekerja di sebuah biro iklan papan atas. Di Surabaya, pria berbadan tinggi besar ini aktif di sebuah perkumpulan spiritual. Salah seorang kenalannya di perkumpulan spiritual itu kebetulan sedang membangun rumah kontrakan, dan langsung penawarkannya kepada Anto, dengan harga murah dan pembayaran bisa dicicil.
Lokasinya di Jalan Margodadi, tidak jauh dari Stasiun KA Pasar Turi, Surabaya. Lingkungannya sangat bersih dan masih terasa asri. Menurut pemilik rumah, yang merupakan penghuni pertama di daerah itu, dulunya tempat itu merupakan areal persawahan.
Karena rumah itu baru, Anto tidak mencurigai apa pun mengenalinya. Namun, pemiliknya menyarankan supaya Anto “merasakan aura rumah tersebut”. Dan apabila ada sesuatu yang kurang berkenan, pemilik rumah menyarankan supaya Anto ikhlas saja. Meski agak penasaran dengan peringatan si pemilik rumah,
Anto tidak terlalu hirau. Sebab dia sangat merasa beruntung sekali dan bersyukur bisa menempati rumah tersebut, begitu kontrakan di Jl. Petamon Barat sudah habis.
Terlebih lagi rumah baru ini terdiri dari dua lantai. Sebagai pegiat di sebuah perkumpulan spiritual, Anto dan pemilik rumah memiliki kebiasaan untuk merasakan aura/energi di tempat-tempat yang baru pertama kali mereka datangi.
Awalnya, Anto merasakan rumah itu biasa-biasa saja, tidak ada energi negatif yang beredar di dalamnya. Tetapi sebagai pegiat perkumpulan spiritual, dan sudah sering bertemu makhluk halus, Anto menyadari bahwa makhluk-makhluk dari dunia lain tetap bisa tinggal di tempat yang nyaman di sudut-sudut rumah yang paling “bersih” sekalipun.
Walaupun sudah biasa melihat makhluk halus, Anto berharap tidak bertemu dengan sosok-sosok gaib itu di rumah kontrakan baru itu. Dia tidak ingin istrinya nanti ketakutan. Selama dua bulan pertama, Anto dan istri tidak mengalami apa pun yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Awal Maret 2005, Anto yang saat memasuki usia 37 tahun, berniat melakukan puasa 100 hari, seperti pernah dia jalankan selama beberapa tahun sebelum itu-Anto menunaikan sholat Hajat dan dilanjutkan dengan sahur di lantai atas. Di lantai atas itu pula terletak dapur, tempat mencuci piring, meja makan, televisi, dan meja kerja Anto.
Suatu malam, pukul 00.00, Anto melakukan sholat Hajad di lantai atas. Sang istri yang sebelumnya menemani, sudah turun ke lantai satu untuk tidur di kamar. Malam itu terasa agak sunyi dan udaranya lumayan panas.
Beberapa jam sebelumnya, Anto mengobrol dengan pemilik rumah, dan memberitahukan niatnya yang akan melakukan sholat Hajad sesaat setelah pergantian hari. Pemilik rumah, yang berusia enam puluhan itu menyarankan agar Anto tidak menghitung jumlah ucapan istighfar dan sholawat Nabi, melainkan lepas saja dan berserah diri.
“Saya melakukan persis seperti yang beliau sarankan. Dan itulah yang memberi saya pengalaman yang sangat mendebarkan!” kata Anto kepada penulis yang mewawancarainya, minggu lalu.
Seperti Asap Putih
Usai sholat Hajad dua raka’at, Anto menenangkan diri dan kemudian mulai mengucapkan astaghfirullah rabbi min kulli dzanbin wa atuubu ilaiih. Biasanya, Anto mengucapkannya sebanyak 100 kali, tetapi malam itu dia mengucapkannya tanpa menghitung. Setelah merasa cukup, Anto Dwiastoro mengucapkan Allahuma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin shalaatarridhaa wardha ‘an ashaabihir ridhar ridhaa, juga tanpa dihitung.
Sesuatu yang ganjil dirasakan Anto ketika itu. Dia mendengar cicak-cicak berbunyi ramai. Namun semua diabaikannya. Tetapi ketika wajan dan panci di dapur mulai berbunyi klentang-klentang, bulu kuduk Anto kontan berdiri. Dalam kondisi mulai merasa ketakutan, dia tetap duduk bersila di atas sajadah dengan mata terpejam dan mengucapkan sholawat Nabi.
Suasana yang mendadak “rame” di lantai atas itu tak dia hiraukan. Jantung Anto pun mulai dirasakannya berdebar kencang ketika mendengar sesuatu bergeser di lantai. Sesuatu yang bergeser itu seperti kain yang digosok-gosokkan ke lantai. Tiba-tiba keningnya terasa berat, seolah ada sekarung beras yang dibebankan di atas kepalanya.
Rasa berat di keningnya semakin lama terasa semakin menjadi-jadi. Kondisi seperti itu mendorong Anto untuk segera membuka matanya. Apa yang terlihat pertama seketika dia membuka mata sungguh sangat menyeramkan. Jantung Anto terasa seperti copot, jatuh ke perut, dan sekujur badannya kaku beku bak disiram air es.
Wajah mengerikan dari makhluk gaib bernama Kuntilanak itu berada begitu dekat dengan wajahnya. Saking dekatnya, kening si Kuntilanak dan Anto sudah saling menempel!
Wajah makhluk halus ini tidak mirip dengan sosok Kuntilanak yang sering digambarkan dalam film atau sinetron. Matanya hanya bulatan putih dengan garis-garis pembuluh darah yang bukan merah melainkan hitam, dan tidak berkelopak. Mata makhluk gaib itu menatap kosong ke Anto. Hidungnya tidak berbatang, atau tidak menonjol sebagaimana manusia pada umumnya, melainkan hanya berupa dua lubang sebagaimana terdapat pada tengkorak. Rambut hitamnya yang panjang tergerai sampai menutupi hampir seluruh badannya. Sedangkan badannya lebih mirip asap putih yang melayang-layang ketimbang gaun putih panjang seperti yang digambarkan dalam film.
Napas Anto seperti berhenti seketika. Dia ingin berteriak minta tolong, tetapi suaranya tak keluar, terasa tercekat. Tidak tahan menahan rasa berat di keningnya, membuat Anto kembali memejamkan mata. Anto sudah berhenti mengucapkan Allahuma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin shalaatarridhaa wardha ‘an ashaabihir ridhar ridhaa. Sebagai gantinya, dia menyebut Laa hawla wala quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), berulang kali. Dan beban di kepalanya makin ringan.
Ketika Anto kembali membuka mata, dia melihat sosok mengerikan itu menjauhkan keningnya dari kening Anto, dan kemudian seperti asap yang ditiup melesat pergi. Hilang tak berbekas.
Sehari setelah kejadian itu, malamnya saat sholat hajad di lantai atas, Anto melihat si kuntilanak itu lagi, tapi duduk agak jauh dari sajadah. Makhluk itu hanya melihat Anto sebentar, lalu menghilang. Esok harinya, setelah mendengar cerita Anto, sang pemilik rumah mengakui tentang keberadaan Kuntilanak di tempat mencuci piring, tetapi tidak mengganggu.
Sang istri pun menceritakan pengalamannya bahwa dirinya sering merasakan kehadiran makhluk halus saat berada di lantai atas sendirian. Dan sejak itu, setiap malam sang istri selalu minta ditemani Anto kalau memasak di lantai dua. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)