Kisah Kyai Pamungkas:
DIKEJAR JIN PESUGIHAN GUNUNG HALIMUN 

Dalam keadaan kesurupan, Hadi mengaku telah mengambil sebuah benda milik jin Gunung Halimun. Benda itu adalah sebuah sesajian, persembahan tumbal pesugihan Jin Gunung Halimun….

 

”TOLONG…. Tolong jangan bunuh aku, aku tidak bersalah. Aku tidak tahu kau siapa!”

 

Hadi berteriak-teriak mengejutkan seisi rumahnya. Anak sulung pasangan Sukarta dan Solehah yang baru berumur 18 tahun ini kembali kumat. Sudah lebih 3 bulan Hadi menderita penyakit yang tak jelas penyebabnya. Dokter mendiagnosa Hadi sakit panas tinggi hingga ia kerap berhalusinasi. Itu memang wajar, karena setiap kali penyakitnya kumat sekujur tubuh Hadi basah kuyup oleh keringat.

 

Namun yang membuat seluruh keluarga Hadi tak mengerti, setiap kali penyakitnya kumat wajah Hadi seperti menampakan ketakutan yang teramat sangat. Hadi seperti tengah dikejar-kejar setan. Ia selalu berteriak-teriak ketakutan dan minta tolong. Dari teriakannya itu, orang-orang mengira Hadi tengah berurusan dengan makhluk halus yang tak nampak oleh orang lain di sekitar Hadi.

 

Malam itu penyakit Hadi kembali kumat. Dan seperti malam-malam sebelumnya Hadi berteriak-teriak menakutkan. Di atas tempat tidurnya Hadi meronta sambil terus berteriak minta tolong. Ayah dan ibunya berusaha menolong dengan memegang tangan dan kaki Hadi. Ia seperti tengah disiksa oleh makhluk halus yang tak terlihat oleh orang tua Hadi dan adik-adiknya yang menyaksikan peristiwa itu.

 

Saat peristiwa ini terjadi, wajah Hadi berubah pucat pasi. Bola mata yang hitam seperti tak nampak menjadi coklat samar dengan putihnya. Tangan dan kakinya memukul dan menendang tanpa arah. Kesadaran Hadi sepenuhnya hilang. la tak bisa melihat keberadaan orang-orang di sekitarnya. Ia tak bisa merasakan kehadiran ayah dan ibunya yang terus menangisi Hadi.

 

Setengah jam kemudian Hadi berhenti berteriak dan meronta, ia kembali sadar. Tubuhnya yang basah oleh keringat tampak lunglai seperti tak bertenaga. Bola matanya pun kembali menampakan warna hitam yang melingkar di tengah. Hadi bisa mengenali Orang-orang yang berada di sekitarnya.

 

“Kamu kenapa nak, ceritakan pada kami agar kami bisa membantumu?” Tanya Solehah dengan berurai air mata.

 

“Hadi tidak tahu Ibu. Memangnya Hadi kumat lagi?” Hadi balik bertanya seperti tak mengetahui apa yang telah terjadi dengannya.

 

“Iya nak, kamu kembali berteriak-teriak minta tolong seperti dikejar-kejar setan. Ibu takut terjadi apa-apa atas dirimu nak. Katakan pada ibu kamu kanapa?” Tanya Solehah lagi.

 

Tapi Hadi memang tak menyadari apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Semua yang dilakukannya seperti dalam mimpi.

 

Esoknya, Hadi dibawa berobat ke sebuah pondok pengobatan alternatif di Condet, Jakarta Timur. Menurut petunjuk tetangga, pondok pengobatan itu dipimpin oleh seorang Kyai yang memiliki ilmu hikmah tinggi. Mungkin dengan cara seperti itu, penyakit yang dialami Hadi bisa disembuhkan. Karena orang-orang menilai penyakit Hadi bukanlah penyakit medis yang harus disembuhkan oleh dokter.

 

Sore harinya, mereka tiba di pondok pengobatan itu. Kyai Pamungkas menyambut tamu-tamunya dan mempersilahkan duduk di ruangan tamu. Seperti biasa orang setengah tua yang penuh wibawa ini selalu ramah pada setiap tamunya. Keramahan dengan wibawa yang amat besar itu terpancar dari raut wajahnya yang penuh senyum.

 

“Ada apa ini, saya kaget kedatangan tamu dari jauh?” Kyai Pamungkas membuka percakapan dengan pertanyaan.

 

“Kami dari Kelapa Gading pak Kyai. Ini istri dan anak-anak saya. Kami ke sini mau minta tolong Kyai untuk melihat keadaan anak saya Hadi,” Jelas Pak Karta sambil menoleh pada Hadi.

 

“Oh, nak Hadi sakit apa ya?” Tanya Kyai Pamungkas kemudian.

 

Lalu pak Karta menjelaskan panjang lebar tentang penyakit yang diderita Hadi. Sudah 3 bulan ini Hadi mengigau dalam tidurnya Tapi mauan itu seperti nyata terjadi di alam lam ketika hadi tertidur. Hadi juga seperti kerasukan makhluk hatus. Remaja yang meng njak dewasa itu seperti dikejar-kejar setan atau makhiuk lain yang tak kasat mata. Hal ini bisa terlihat ketika Hadi sedang kumat.

Sesaat kemudian Kyai Pamungkas merenung lalu mempersilahkan Hadi serta ayah dan ibunya memasuki sebuah kamar di samping ruangan tamu itu. Lalu Kyai Pamungkas mengikuti mereka dari belakang.

 

Dalam ruangan itu Hadi diminta duduk di tengah di antara ayah dan ibunya. Sementara Kyai Pamungkas duduk tepat di hadapan Hadi yang hanya terdiam sejak datang ke rumah itu.

 

Tak berapa lama kemudian,

Kyai Pamungkas mulai membacakan doa-doa yang cukup dikenal oleh orang tua Hadi. Kyai Pamungkas membacakan Surat Al Fatihah, Al Ikhlas dan seterusnya ia membacakan doa-doa khusus dalam Al-Qur’an. Mulut orang tua itu terus berdoa dengan dengan mata terpejam. Kurang lebih 10 menit kemudian, matanya terbuka dan langsung tertuju pada Hadi.

 

Kyai Pamungkas meraih telapak tangan kanan Hadi, mereka seperti tengah bersalaman. Tapi tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya.

Kyai Pamungkas dan Hadi hanya saling tatap dengan sorot mata yang tajam.

 

Sedetik kemudian tiba-tiba Hadi meronta, berteriak seperti malam-malam sebelumnya. Penyakit Hadi kumat, tapi kali ini ia tak bisa berbuat apa-apa. Hanya teriakannya saja yang terdengar menceracau.

 

“Kamu siapa? Kenapa kamu berani memasuki raga anak manusia ini?” Tanya Kyai Pamungkas pada Hadi.

 

Tapi nampaknya pertanyaan itu bukan ditujukan pada Hadi. Sebab tak mungkin

Kyai Pamungkas bertanya seperti itu pada Hadi.

 

“Kamu siapa, mengapa kamu mengganggu anak manusia ini?” Sambil menghardik kembali Kyai Pamungkas bertanya dengan tatap mata yang tajam pada Hadi.

 

“Hah…, aku adalah Jin dari Halimun. Manusia ini telah mengambil hartaku tanpa seijinku,” Hadi menjawab dengan suara yang berat dan parau.

 

Jelas di telinga orang tua Hadi, suara yang keluar dari mulut anaknya itu bukanlah lah Hadi yang sesungguhnya.

 

“Harta apa yang sudah diambilnya hingga kau begitu marah padanya?” Tanya Kyai Pamungkas lagi.

 

“Anak manusia ini sudah mengambil persembahan dari seorang manusia untukku. Akibatnya aku tidak bisa mengambil tumbal yang sudah disediakan untukku,” jawab Hadi lagi.

 

“Aku akan kembalikan persembahan itu, tapi kau harus berjanji untuk kembali ke alammu dan tidak mengganggu lagi anak manusia ini!” Bentak Kyai Pamungkas kemudian.

 

“Baik… Aku hanya ingin persembahan itu dikembalikan. Aku akan menuntut janji manusia yang sudah kuberikan harta yang berlimpah ruah,” jawab makhluk halus yang bersemayam dalam tubuh Hadi.

 

Setelah itu Kyai Pamungkas menutup mata sambil membacakan doa-doa. Tangannya masih terus menggenggam tangan Hadi. Sesekali terdengar Kyai Pamungkas mendehem seperti tengah berbicara dengan makhluk halus yang berada dalam tubuh Hadi. Sementara Hadi duduk terkulai dengan mata tertutup. Sepertinya ia dalam keadaan pingsan dan tak menyadari apa yang tengah terjadi dengan dirinya.

 

Sesaat kemudian mata Kyai Pamungkas terbuka, sambil mengucap syukur Alhamdulillah. Kemudian ia melepaskan genggaman tangan Hadi. Anak remaja itu pun terkulai lemas dalam keadaan pingsan.

 

“Biarkan saja dia istirahat dulu, dia masih pingsan. Nanti setelah beberapa saat baru kita sadarkan,” sergah Kyai Pamungkas begitu melihat orang tua Hadi hendak memegang anaknya.

 

“Pak Kyai sebenarnya apa yang terjadi dengan anak kami. Saya khawatir sekali pak Kyai?” Pak Karta langsung bertanya.

 

Kyai Pamungkas lalu menjelaskan apa yang ia ketahui dari komunikasinya dengan makhluk gaib itu. Kyai Pamungkas juga menerawang apa yang telah dilakukan Hadi beberapa waktu lalu di tempat tinggal makhluk gaib itu. Hadi sudah mengambil barang berharga milik Jin Gunung Halimun. Barang berharga itu adalah persembahan atau tumbal untuk sebuah pesugihan. Jadi selama 3 bulan ini Hadi dikejar-kejar Jin Pesugihan Gunung Halimun. Beruntung nyawa Hadi tidak diambilnya, karena jin itu hanya ingin mengambil nyawa pelaku pesugihan itu.

 

“Nanti setelah sadar kita akan tanyakan pada Hadi, apa yang sudah ia lakukan beberapa waktu lalu di Gunung Halimun,” jelas Kyai Pamungkas.

 

Setelah sadar, Hadi menjelaskan, ia dan teman-temannya kemping di Gunung Halimun. Waktu itu tanpa disadari mereka memasuki sebuah goa yang tidak terlalu dalam. Dalam goa itu Hadi melihat ada mata air kecil yang mengalir jernih. Hadi berniat mengambil airnya untuk memasak. Tapi tak jauh dari mata air itu Hadi juga melihat ada sebuah benda kuning mirip buah jeruk atau apel. Benda itulah yang dibawa Hadi karena ia tertarik mirip benda kuno.

 

“Itu namanya apel Jin. Ya sudah, berarti kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan. Sekarang kalian boleh pulang. Besok kembali lagi dan bawa benda itu. Saya akan sempurnakan dan kembalikan,” jelas Kyai Pamungkas.

 

Seminggu setelah benda itu dikembalikan pada Kyai Pamungkas, Hadi benar-benar sembuh. Penyakit aneh dan kesurupan yang selama ini di deritanya tidak kumat lagi. Hadi bisa tidur dengan nyaman tanpa harus ketakutan akan didatangi Jin pesugihan Gunung Halimun. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL
(Jasa Solusi Problem Hidup)
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Backup Usaha, Backup Karir, Backup Aura Pemikat, Pagar Diri, Bersih Diri, Jual Beli, dll.
🏠 Jl. Raya Condet, Gang Kweni No.31, RT.01/RW.03, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Kota Jakarta Timur.
☎️ 0857-4646-8080
☎️ 0812-1314-500
🌐 kyai-pamungkas.com

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)