Kisah Kyai Pamungkas:
ILMU PAGAR DIRI WARISAN KAKEK
Ia berhasil selamat dari desingan peluru yang terus berdesing di sebelah kiri kanannya, sementara, di Sebelah sana, tampak suatu Ceruk yang berisi tiga ekor buaya sungai yang tengah kelaparan…
Kisah ini berasal dari seorang sahabat penulis yang sampai sekarang masih bergabung dengan salah satu pasukan yang tergolong disegani oleh teman dan amat ditakuti oleh para lawan-lawannya.
Ardi, 38 tahun, begitu kebanyakan teman menyapa lelaki yang berperawakan atletis, berkulit kuning langsat dan berwajah cukup tampan itu. Ia berasal dari suatu daerah di tengah-tengah Pulau Jawa, dan terlahir dari keluarga petani. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, sejak kecil, Ardi memang sudah memperlihatkan bakatnya sebagai seorang pemimpin. Hal itu dibuktikan, sejak SD sampai dengan SMA, ia selalu menjadi ketua kelas, bahkan ketika duduk di SMP dan SMA, selain menjadi ketua OSIS, ia juga merupakan ketua kontingen sekolahnya dalam setiap pertandingan olah raga antar sekolah yang diadakan setiap tahun di kabupatennya.
Ketika duduk di bangku SMA, pada suatu hari, tanpa sengaja, ketika sedang membersikan gudang agar tidak dijadikan sarang tikus, Ardi menemukan sebuah buku tulis lusuh milik kakeknya. Ia melihat tulisan aksara Jawa yang berbunyi, “Koempoelan Ilmoe-llmoe Toewa.”
Rasa penasaran akan isinya, membuat Ardi dengan serta merta menyimpan buku lusuh tersebut ke balik bajunya. Dan tanpa sepengetahuan siapa pun, buku tersebut disimpan dengan rapi di tengah-tengah tumpukan buku pelajarannya.
Malamnya, ia mulai membolak-balik buku tersebut dengan saksama. Lembar demi lembar halaman dibacanya dengan teliti. Dan pada lembar ketujuh, matanya pun langsung terbelalak. Betapa tidak, di situ tersurat dengan jelas tulisan Mantra Pagering Awak (Mantra Pagar Badan):
Allahumma kulhuwallah,
lungguhku imbar,
payungku imbar,
wong sajagad kabeh kang sumedya ala marang aku,
nyawane kari sadhepa,
sa’asta, sakilan,
wong kang sengit marang aku,
cupeten angen-angene,
sandhang pangane Ian sabarang niate kabeh,
pet cupet karsaning Allah.
Tata cara: Lakulan puasa mutih (hanya makan nasi putih dan minum air putih, mulai dari tujuh kepal, tujuh gelas dan berakhir satu kepal, satu gelas), selama 7 hari 7 malam yang dimulai pada malam Kamis Wage. Mantra dibaca jika ada kerusuhan, perang atau situasi yang dianggap gawat sehingga mengancam keselamatan diri.
“Ah… rasanya aku periu untuk mengamalkan ilmu ini,” gumamnya.
Esoknya, saat makan malam, Ardi pun bertanya kepada sang ayah: “Pak, apakah boleh saya mengamalkan ilmu warisan kakek. Khususnya ilmu pagar diri.”
“Dari mana kamu tahu?” Kata sang ayah balik bertanya.
Ardi pun menceritakan bagaimana ia dengan tanpa sengaja mendapatkan buku catatan sang kakek di gudang. Sambil menarik napas dalam-dalam, sang ayah pun kembali berkata: “Baik… tapi ingat, setelah itu, jangan sekali-kali berlaku sombong, takabur dan zalim kepada sesama.”
“Baik Ayah, Ibu, Mas Bambang, Murni dan Ati, saya mohon doa dari semua agar kuat dalam menjalankan puasanya,” kata Ardi dengan lirih. Semua langsung mengangguk tanda setuju.
Pada hari yang telah ditentukan, Ardi pun mulai menjalankan puasanya. Tampaknya, ia memang berbakat mewarisi ilmu-ilmu sang kakek. Ya… Ardi berhasil menyelsaikan puasanya sampai hari yang ketujuh tanpa halangan yang berarti.
Sepanjang ia mewarisi ilmu pagar diri, peristiwa yang benar-benar berkesan dirasakan ketika ia bersama dengan pasukannya melakukan operasi di daerah konflik. Daerah yang bergunung dengan hutannya yang masih perawan, serta rawa-rawa yang juga masih dihuni oleh binatang pemangsa, membuat ia dan pasukannya harus benar-benar ekstra hati-hati.
Boleh dikata, setiap langkah, harus dihitung dengan cermat. Hingga pada suatu hari, secara khusus, ia mendapatkan perintah operasi pembersihan di suatu dusun yang terletak di pinggang gunung.
Setelah melakukan brifing kilat, Ardi pun berangkat untuk melakukan operasi. Mereka menyebar dalam jarak yang tidak begitu jauh, semuanya dilakukan dengan senyap. Bahkan, burung-burung tetap berkicau dengan riang di atas pepohonan karena tak pernah tahu jika di bawahnya, Ardi dan pasukannya terus maju untuk melakukan pengepungan.
Sekali ini, perjalanan Ardi dan tiga temannya mulai tersendat. Betapa tidak, di depan sana, terbentang rawa-rawa yang demikian luas dan banyak dihuni buayabuaya pemangsa. Tetapi, ketiganya pantang untuk menyerah. Dengan kehati-hatian dan keberanian yang luar biasa, ketiganya berhasil menyebarangi rawa-rawa tersebut dengan selamat.
Tetapi apa daya, sekali ini, rumah yang merupakan markas komando gerombolan tersebut telah kosong. Naluri Ardi langsung bekerja. Ia memerintahkan segenap pasukannya untuk kembali ke posisi masing-masing. Belum lagi mereka beranjak, tiba-tiba, terdengar tembakan membabi-buta disertai umpatan kata-kata kotor.
Ardi sengaja memancing gerombolan tersebut agar terus mengejarnya, dengan harapan, pasukannya yang lain bisa selamat. Pancingan ini berhasil. Peluru mulai berdesingan ke arahnya, sementara, dua temannya tanpa sengaja bergabung dengan yang lainnya. Mereka terpisah…
Ardi yang mulai tersudut ke arah rawa, langsung saja menceburkan diri dan mengatur napas dengan sebaik-baiknya sambil berlindung di balik rumpun yang tumbuh subur di lumpur itu. Dalam hati, ia pun mulai mengamalkan ilmu pagar giri warisan sang kakek. Dan kala itu, ia tampak mirip dengan patung. Di sini, mental dan kedisiplinannya benar-benar diuji. Buaya-buaya yang ganas dan kelaparan itu, tampak mondar-mandir hanya semeter di depannya. Sementara, sang ular yang tinggal di rumpun itu, terus saja mendesis, dan siap memuntahkan bisa-nya, belum lagi Intah yang mulai merayap di wajahnya…
Ia yakin, sedikit gerakan yang dilakukan akan mengantarkan nyawanya menghadap Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, ia lebih memilih untuk diam… diam… dan terus diam. Sementara, matanya, dengan nyalang mengawasi keadaan sekitarnya. Tembakan terus saja menghujani sekitar tempat persembunyiannya.
Makin lama, desingan peluru yang mengarah semakin banyak. Hatinya pun menjadi semakin tenang. Betapa tidak, karena musuh mulai menghentikan pengejarannya, maka, pasukannya bisa dengan tenang berkumpul dan mengatur siasat untuk melakukan serangan balik. Detik-detik terasa berlalu dengan begitu lambat.
Menjelang senja, keadaan jadi berbalik. Ardi mendengar tembakan satu-satu disusul dengan mulai berhentinya tembakan berondongan.
“Alhamdulillah… ternyata, teman-teman telah datang untuk menyelamatkanku,” desisnya.
Walau begitu, ia tetap diam. Sebab, sekali tubuhnya bergerak, maka ular akan mematuk dan buaya yang sejak tadi memperhatikan juga akan langsung memangsanya. Dan benar, tak lama kemudian, terdengar suara dari tepian rawa: “Hati-hati… banyak buaya dan ular!”
Bersamaan dengan itu, buaya-buaya ganas yang ada di depannya serta ular yang ada di rumpun, pergi entah kemana. Ardi seolah tersadar dan mulai melangkah sambil berdoa: “Ya… Rob, ternyata mereka bukan ingin memangsaku, melainkan menjagaku. Ampunilah hamba, Ya… Allah…”
Ketika sampai di tepi, kedua temannya langsung menyongsong sambil menyalami.
“Maaf, tembakan begitu mengarah sehingga kami berdua terpaksa bergeser dan meninggalkanmu,” kata salah seorang dari keduanya.
“Tidak apa… yang penting, semuanya selamat. Bagaimana dengan target?” Kata Adi balas bertanya.
“Tunggu perintah selanjutnya,” jawab temannya tadi.
“Baik… kejar mereka sampai dapat,” kata Ardi dengan penuh semangat.
Setelah sejenak mengganti pakaiannya dengan yang kering, pasukan itu kembali bergerak melakukan operasi pembersihan terhadap gerombolan yang selama ini telah mengacau keamanan dan keutuhan NKRI. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)