Kisah Kyai Pamungkas:
JEJAK ORANG BUNIAN DI TAPAKIS LUBUK ALUNG
Jalan menurun yang akrab disebut Penurunan Tapakis Lubuk Alung, di Provinsi Sumatera Barat memang termasuk salah satu jalan raya yang rawan terjadi kecelakaan lalu lintas. Sudah tidak terhitung lagi nyawa pengendara kendaraan bermesin, bahkan pejalan kaki yang terenggut di daerah ini. Terlepas dari takdir Allah SWT, warga setempat meyakini semua kejadian kecelakaan itu erat hubungannya dengan keberadaan perkampungan orang bunian.
Salah satu kecelakaan yang paling tragis terjadi pada Rabu di penghujung 1994. Tiga belas orang tewas mengenaskan di Penurunan Tapakis Lubuk Alung. Kecelakaan maut itu terjadi pagi hari sekitar pukul 06.00.
Sebuah mini bus berpenumpang pemain group band bernama Aljes, yang akan mengadakan show di Kambang Painan, bertabrakan dengan bus PO. TES yang membawa penuh penumpang. Kecepatan ratarata kedua mobil tersebut diperkirakan 120 km perjam.
Bus PO. TES menabrak mini bus yang berada di depannya. Penyebabnya, entah mengapa, mesin mini bus yang berada sekitar lima meter di depan bus PO. TES mati secara mendadak. Pada saat mesin mati, hanya dalam hitungan detik terdengar hantaman yang sangat keras.
Bersamaan dengan itu, suara teriakan histeris penumpang pun terdengar dari dalam kedua mobil. Teriakan histeris itu mengejutkan warga di sekitar yang masih berada dalam rumah masing-masing karena hari memang masih pagi buta. Bergegas warga berlarian dan melihat apa sebenarnya yang terjadi di jalan raya itu.
“Mini bus yang ditabrak dari belakang oleh bus PO berguling-guling, kemudian terseret sampai puluhan meter. Darah dari penumpang yang terluka membanjiri jalan raya. Seluruh anak band Anjes dalam mobil tersebut bersama supirnya mati mengenaskan di tempat,” cerita Amrizon, warga setempat.
Karena begitu hebatnya kecelakaan itu, beberapa orang korban tidak lagi bisa dikenali.
Konon, iring-iringan pengantin pria yang dilihat oleh Asmidar itu memang sering terlihat di bulan Safar menurut kalender Islam. Biasanya makhluk bunian penghuni Penurunan Tapakis memang mengadakan pesta perkawinan anak-anak mereka. Kebetulan kejadian pada 1994 yang menewaskan 13 orang itu memang tepat di bulan Safar.
“Pada hari itu, anak dara Nik Jorong Penurunan Tapakis, menikah dengan anak bujang Nek Jorong Ngarai Sianok.” Demikian pendapat warga yang tinggal di sana.
Memang, menurut cerita orang-orang tua, kawasan Penurunan Tapakis Lubuk Alung, yang dulunya merupakan hutan belantara itu adalah salah satu pusat pemerintahan setingkat provinsi dari suatu kerajaan orang bunian. Mereka sudah menetap ribuan tahun lamanya di kawasan ini. Kabarnya, ketika pemerintahan kolonial Belanda membuka jalan raya di sini, maka, banyak pekerja yang sakit aneh kemudian meninggal dunia. Selain itu, ratusan pekerja mengalami kesurupan.
“Dahulu kalau pas bulan Safar, tiap malam, masyarakat di sini biasa mendengar suara randai dan saluang kesenian tradisional Minang dari tengah hutan. Tapi sejak beberapa tahun belakangan ini, sudah tidak pernah terdengar lagi suasana pesta seperti itu di hutan,” cerita Amirzon pada penulis.
Menurut penerawangan gaib penulis, saat ini di dekat kawasan Penurunan Tapakis hanya ada sebuah perkampungan yang dihuni oleh puluhan kepala keluarga makhluk bunian. Suasana di sana tidak lagi seramai dulu. Tapi, keangkeran kawasan itu hingga kini tetap saja kerap meminta nyawa manusia.
Beberapa keluarga penghuni gaib di sana memang menolak pindah ke hutan yang masih perawan. Mereka lebih memilih menetap secara turun temurun dan beranak pinak, untuk kemudian membentuk komunitas sendiri. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa para pengguna jalan harus berhati-hati saat melintasi kawasan tersebut. Apalagi saat hujan lebat, badan jalan menjadi licin.
Awak angkutan umum memang sudah kenal benar dengan kawasan jalan yang dipercaya sangat angker ini. Bahkan, menurut kesaksian beberapa supir angkutan barang, saat tiba di Penurunan Tapakis, mereka sering melihat penampakkan makhluk gaib yang sedang melakukan aktivitas keseharian seperti laiknya manusia. Misalnya saja, beberapa awak angkutan umum mengaku melihat bahwa di tengah jalan muncul anak-anak yang sedang bermain layang-layang. Untung jika penampakkan penghuni gaib itu sudah terliha dari jauh, sehingga awak bus atau truk bisa memarkirkan sejenak kendaraannya di pinggi jalan. Tapi jika kemunculannya secara tiba-tiba, tentu bisa dibayangkan bagaimana akibatnya.
Beberapa kejadian aneh pernah dialami supir truk atau bus antar kota dalam provinsi. Secara tidak terduga ban depan atau belakang mobil terlepas. Mobil pun jadi kehilangan keseimbangan, akhirnya terbalik. Tidak jarang merenggut korban jiwa supir, kernet dan penumpangnya.
“Daerah Penurunan Tapakis Lubuk Alung, memang jebakan maut yang mengerikan,” kata Uda Basir, salah seorang sopir bus yang berhasil dikonfirmasi penulis.
Dia kemudian berkisah. Sekitar 10 tahun yang lalu ketika mengemudikan truk bermuatan beras, setibanya di Penurunan Tapakis Lubuk Alung, dia melihat ada orang orang tua bertongkat yang hendak menyeberang jalan.
“Ambo pijak rem secara mendadak. Ban depan mobil tiba-tiba pecah. Truk kehilangan keseimbangan, miring ke sebelah kanan. Akhirnya terbalik setelah menabrak tebing jalan. Alhamdulillah, ambo dan kernet selamat, cerita Uda Basir dengan logat Minangnya yang masih kental.
Di penghujung 2000 silam, menurut cerita, terjadi kecelakaan tragis yang merenggut tujuh korban. Mereka adalah rombongan keluarga mempelai pengantin pria yang baru saja bertandang ke mempelai wanita.
Kejadian itu berlangsung menjelang senja. Langit mendung dan hujan gerimis. Jalan raya basah dan licin. Rombongan pengantin pria itu hendak pulang ke Baso, Bukittinggi, setelah paginya mengantar pengantin pria ke rumah mempelai perempuan di Lubuk Bagaluna, Padang.
Malang, saat melewati Penurunan Tapakis, entah mengapa tiba-tiba supir mini bus membanting stir ke kanan. Sementara, di depan truk dengan kecepatan tinggi menghadangnya. Tabrakakan pun akhirnya tak dapat dielakkan lagi. Mini bus ringsek bagian kepalanya. Penumpang yang duduk di barisan bangku depan termasuk sopir, meninggal dunia dengan kondisi sangat mengenaskan. Ada yang kepalanya pecah, dadanya remuk, dan ada pula yang terpisah bagian tubuhnya.
Salah seorang penumpang mini bus, Etek Mariana, menceritakan. Dari jarak sekitar 10 meter, dia melihat tiba-tiba muncul iring-iringan jenazah menuju ke pemakaman. Rombongan iring-iringan jenazah jumlahnya mencapai puluhan orang sehingga memakai separuh badan jalan.
Bustami, sopir mini bus rupanya tidak mau mengambil risiko menabrak iring-iringan pengantar jenazah. Mungkin, inilah yang menyebabkan tabrakan fatal terjadi.
Ketika penulis mengonfirmasi hal ini pada Anggut Uma, seorang dukun di kampung Lubuk Alung, lelaki gaek berusia delapan puluh lima tahun ini mengatakan, “Rombongan itu akan mengantar jenazah Nek Jorong pimpinan mereka yang meninggal dunia.”
Siapakah mereka itu sebenarnya? “Orang-orang tua kita menyebut orang bunian,” jawab Anggut Uma.
Memang, sejak lampau cerita orang bunian sudah sering kita dengar. Namun, zaman telah maju dan hutan banyak yang berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Komunitas makhluk bunian mungkin lebih memilih untuk migrasi ke tempat lain. Tapi dugaan ini ternyata tidak semuanya benar.
Beberapa kepala keluarga orang bunian enggan pindah. Mereka memutuskan untuk menetap di tanah leluhur yang telah dihuni ribuan tahun lamanya. Seperti di Penurunan Tapakis. Jumlah mereka memang tidak banyak. Hanya tinggal ratusan kepala keluarga saja. Dan pimpinan mereka dikenal sebagai Nek Jorong. Beberapa bulan terakhir ini, Nek Jorong menderita sakit. Beberapa orang tabib dari istana sudah didatangkan untuk menyembuhkannya. Tapi penyakit Nek Jorong tidak kunjung sembuh, bahkan bertambah parah.
“Suatu malam, datang dua orang utusan Nek Jorong ke rumah Anggut. Mereka memohon agar mengobati penyakit Nek Jorong. Jika sembuh, mereka akan memberi hadiah apa saja yang Anggut pinta. Permohonan itu Anggut penuhi. Setelah tiga kali melakukan pengobatan, penyakit Nek Jorong pun mulai kelihatan membaik. Keluarga dan warga kampung bunian merasa gembira. Nek Jorong yang sudah hampir selama satu bulan tidak selera makan, tiba-tiba timbul selera makannya. Bahkan beliau sudah bisa berjalan keluar rumah, cerita Anggut Uma.
Namun, Nek Jorong kini telah meninggal dunia. Iring-iringan jenazah yang dilihat Etek Mariana di Penurunan Tapakis pada 2000 silam, ternyata adalah para pengantar jenazah Nek Jarong yang akan dikuburkan tak jauh dari Penurunan Tapakis.
Masih menurut cerita Anggut Uma, jalan raya di Penurunan Tapakis pernah dilihat warga di sekitarnya berubah menjadi pasar. Orang terlihat ramai berdagang kebutuhan sehari-hari. demikian pula yang berbelanja.
Warga desa yang melihat ada pasar di tengah jalan raya tidak ada yang berani berbelanja. Mereka takut jika masuk ke dalam pasar dan berbaur dengan orang bunian akan menyebabkan mereka tidak ingat pulang ke rumah.
Cerita, atau lebih tepat lagi legenda mengenai orang bunian memang sejak lama tumbuh subur di kalangan masyarakat pedesaan di wilayah Sumbar. Bahkan, bagi mereka, orang bunian ini bukan sekadar legenda, melainkan kenyataan yang sangat dipercayai kebenarannya. Buktinya, banyak warga yang menikah dengan orang bunian, atau banyak di antara mereka yang hidup di tengah kelompok masyarakat gaib ini. Allahu’alamu Bisswab! ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)