Kisah Kyai Pamungkas:
SUAMIKU MENJADI DRAKULA
Untuk memperbaiki keturunan, aku memilih suami pria bule. Bila menikah dengan lelaki kulit putih, jangkung dan berhidung mancung, maka keturunan akan berubah. Maka itu, aku menjadikan pria bangsa asing menjadi suamiku…
Pikirku, jika aku menikah dengan pribumi, maka sama juga artinya aku mempertahankan bentuk fisik keturunanku. Yaitu manusia yang berhidung pesek, bertumbuh pendek dan berwarna kulit gelap. Karena aku sangat kepingin anakku kelak berhidung mancung, Kulit kuning dan bertubuh jangkung, maka menikah dengan pria berbentuk fisik jangkung, mancung dan kulit kuning.
Memang, baik pria maupun wanita, anakku kelak, yang berbentuk seperti bule, maka aku akan mendapatkan banyak keuntungan. Aku bisa memasukkan anakku nanti ke dunia seni peran. Dunia hiburan berakting. Bisa main film, main sinetron atau menjadi host televisi. Paling tidak, anakku kelak akan bisa dijual sebagai foto model iklan dan penyanyi. Bentuk fisik keindoan, akan gampang dijual di negeri ini.
Semua production house dan biro pembuat iklan, mengutamakan manusia berciri indo. Indo di sini maksudnya dari keturunan Indonesia-Eropa atau Indonesia-Amerika, Indonesia-Amerika Latin. Paling rendah Indonesia-Timur Tengah. Jika hidung pesek, pendek, kulit sawo matang, besar kemungkinan akan tersingkir dari persaingan. Berdasarkan riset yang dilakukan Monitor Entertaint, Sembilan puluh persen wajah pribumi tersingkir dari persaingan. Utamanya pada saat dilakukan audisi untuk seleksi bintang iklan, main sinetron dan film. Mengkampanyekan suatu produk terkenal di Indonesia.
Untuk mendapatkan pria bule ternyata tidak mudah. Ada banyak pria kulit putih dan mancung yang lalu lalang di sekitarku, tapi tidak semua aku suka. Kalau pun aku suka, eh dianya yang menolak. Yang menghindar dariku. Namun, walau begitu, aku tetap bertekad mau mendapakan pria bangsa Eropa, Turki atau Amerika yang bisa diajak masuk agamaku dan menikahiku. Persyaratan iman juga utama bagiku. Maka itu aku agak sulit mendapatkan suami bule. Maksudku, pria bule yang mau seiman denganku. Karena agamaku mengharamkan aku menikah dengan pria yang tidak seiman.
“Haram hukumnya dan sama saja dengan berzinah selamanya bila engkau menikahi pria yang bukan dari golongan agamamu,” kata Kiyai Dimyati Azhar. 78 tahun guru spiritualku di Jakarta Selatan.
Karena pekerjaanku di dunia seni, maka aku lebih mudah bertemu pria bule. Aku melukis potret di Denpasar, Bali dan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan banyak turis mancanegara. Aku membuka sanggar lukis di Kuta, tidak jauh dari bandara internasional Ngurah Rai, Bali.
Pada hari Jumat Pahing, 14 Januari 2011, aku menikah dengan pria asal Derby, Inggris Utara di Denpasar. Pria bernama Richard Herman itu seumuran denganku. Dia dating ke Bali sebagai pemusik yang mempelajari musik gamelan Bali untuk dikembangkan di Inggris sebagai musik gabungan pentatonik dan diatonik. Menggabungkan musik tradisional Bali dengan musik modern Inggris, negaranya.
Perkenalanku dengan Richard Herman terjadi di Legian, dalam suatu pesta ulang tahun pelangganku. Heru Sudibyo, pemilik restoran Kayu Daun di Legian, yang menjual masakan Eropa. Aku diundang oleh Heru Sudibyo karena aku membuat ornament restoran miliknya itu. Sementara Richard Herman diundang sebagai pengisi acara musik. Di mana pada acara ulang tahun restoran itu, Richard Herman memainkan lagu-lagu The Beatles tahun 70-an. Richard sangat mahir bermain gitar akustik bersama tiga temannya dari Bali, menyanyikan lagulagu John Lennon dengan baik.
Heru memperkenalkan aku dengan Rihard Herman dan kami berbincang akrab di saat akhir pesta ulang tahun restoran Kayu Daun itu. Besoknya berlanjut dengan pertemuan. Richard datang ke sanggarku dan dia menyatakan cintanya kepadaku. Setelah bersedia masuk Islam, Richard langsung mengucapkan dua kalimah syahadat dan kami pun menikah. Aku mendatangkan wali nikah, yaitu abangku tertua yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur.
Kini, sejak Januari 2011, kami berdua sudah bersama selama empat tahun. Kami dikarunia dua orang putra, satu wanita dan satu lelaki. Richard Herman menetap di Bali dan menjadi warga Negara Indonesia. Dia main musik tetap di hotel berbintang di Bali dan Lombok. Tiap malam minggu, dia main musik di Senggigi Beach Resor, Lombok, Nusa Tenggara Barat, sedangkan malam biasa, dia main di Hotel Tripoli di Denpasar.
Seperti yang aku harapkan, dua anakku berwajah indo. Tuhan menengarkan pintaku dan aku dimanjakan dengan pemenuhan keinginanku untuk mendapatkan anak-anak berwajah indo. Di Bali, anakku yang masih balita, sudah dipakai untuk promosi produk, menjadi anak kecil bintang iklan. Keduanya sudah dibayar mahal untuk pekerjaan itu. Aku yang membuat kontrak dan aku yang menjadi manager kedua anakku. Sementara itu, melukis potret tetap aku jalankan dan usaha itu semakin lancar.
Setelah empat tahun menikah, Richard Herman diminta pulang ke Inggris oleh ibunya. Ayahnya sakit keras di Derby County dan kami diminta datang menemui ayah Richard Herman yang sakit.
Pada hari Minggu Kliwon, 11 Januari 2015 lalu, kami pergi ke Inggris. Dua anakku semua dibawa berikut aku ke rumah orangtua suamiku di Derby County, Inggris Utara.
Sesampainya di rumah mertua, ayah dari suamiku, Mr. John Herman, meninggal dunia. Ibu mertuaku sangat terpukul walau dia bisa menerima musibah itu. Richard menangis dan menyesali tidak bisa merawat ayahnya yang sangat dicintainya.
Setelah pemakaman mertuaku Mr.John Herman, kami banyak berdiam di rumah. Sebuah rumah bertingkat tiga di kaki bukit yang sangat dingin. Rumah tua berbentuk rumah-rumah jaman renaissance, lusuh dan angker. Rumah terpencil jauh dari tetangga dan sangatlah antik juga klasik.
Pada Malam Sabtu Legi, 17 Januari 2015, enam hari setelah berada di Derby County, kamar tidur kami diketuk seseorang. Jam di dinding kala itu menunjukkan pukul 23.45 malam, menjelang tengah malam. Dengan santai aku berdiri dari ranjang dan membukakan pintu kamar. Sementara itu, Richard dan dua anakku tertidur pulas di raniang yang sama.
Dengan perlahan aku mendekati pintu tua yang tinggi dan lebar itu, lalu membuka engsel dan kunci antik berwarna coklat tua. Setelah terbuka, kagetlah aku. Di sana berdiri Mr.John Herman, mertuaku yang sudah mati, pucat putih dengan stelan jas hitam, dasi kupu-kupu yang dikenakan saat berada di dalam peti mati kala dimakamkan. “Duh Gusti, mengapa mertuaku hidup lagi?” Batinku, ketakutan.
Walau aku nyaris pingsan karena takut, namun aku sempat berteriak membangunkan Richard suamiku. Richard terbangun dan menghambur membantuku yang lunglai di muara pintu yang terbuka lebar.
“Ada apa darling, kenapa engkau menjerit?” desisnya, sambil memegang bahuku yang lemah.
Aku menunjuk ke luar pintu dan suamiku melihat kearah ria berjas dan berdasi kupu-kupu yang berdiri kaku di balik sinar lampu LED di depan kamar kami.
“Oh Daddy, mengapa Daddy kembali?” Tanya Richard, kaget.
Arkian, ternyata mertuaku menjadi drakula. Mulutnya merah menganga dan terlihat dua taring tajam di bagian gigi atas barisan giginya yang putih. Matanya melotot tajam dan maju beberapa langkah menyerang suamiku. Richard digigit lehernya dan Richard pun terjatuh. Di luar dugaan, Richard pun mati dan Mr.John menghilang dalam hitungan detik Aku menangisi jasad Richard yang terbujur kaku dan aku segera membangunkan dua anakku. Kami bertiga lari keluar ke kantor pilisi dengan taksi.
Kami bertiga diamankan di kantor polisi Derby County dan beberapa polisi menuju TKP, Ke rumah mertuaku dan menyelidiki kasus aneh ini.
Syahdan, polisi diserang oleh suamiku, Richard yang ternyata ketularan , menjadi drakula. Apabila seseorang mati karena digigit drakula, maka korban akan ketularan menjadi drakula pula.
Laporan polisi ini membuat aku makin tercekam. Maka itu, aku meminta kepada polisi agar aku dilindungi. Aku akan mengantarkan lebih dulu pemakaman suami dan ibu mertuaku, setelah itu, aku akan terbang ke London, lalu pulang ke Indonesia.
Setelah pemakaman suami dan mertua perempuanku, aku diantar polisi ke London. Dari London aku langsung pesan tiket pesawat ke Jakarta. Sesampainya di bandara Sekarno-Hatta aku ke rumah ibuku di Kota Tangerang. Tiga hari bersama ibu, aku membawa dua anakku ke Denpasar, Bali.
Aku segera memulai aktifitasku melukis karena banyak pesanan dari dalam negeri yang belum dituntaskan. Dua anakku juga ada kontrak syuting di televisi lokal Bali sebagai pengisi acara balita.
Setelah beberapa hari di Bali, kehidupan kami belum normal juga. Kenyataan hidup yang aku hadapi begitu berat dan dahsyat. Bagaimana tidak, suami yang sangat aku cintai, ayah dari dua anakku digigit drakula dan menjadi drakula pula di Inggris. Pikirku, jika tahu akan menemui masalah ini, lebih baik kala itu aku menolak dibawa ke Inggris. menolak pulang bersama suamiku dan menolak tinggal di sana beberapa hari.
Namun demikianlah perjalanan takdir. Suratan itu telah tersurat dan telah diskenariokan oleh Tuhanku, bahwa aku akan menghadapi masalah pelik dan berat ini. Pelik karena masih adanya kasus hantu drakula di dunia ini. Berat karena yang menjadi drakula itu justru suamiku, ayah mertuaku dan ibu mertuaku sekaligus.
Belakangan, baru aku tahu, bahwa mertua priaku, Mr.John Herman menjadi drakula karena dia wafat akibat digigit drakula. Drakula yang menggigitnya adalah mitra bisnisnya, Mr.Bill Cross, teman usaha bidang super market di Derby County. Kami belum tenang juga tinggal di Bali saat ini. Bayanganku tentang Richard Herman, suamiku, masih terus bergelayut di benakku. Bahkan, setiap malam aku susah tidur. Aku merindukan Richard sekaligus takut kepada dia. Aku takut sewaktu-waktu dia datang ke Bali dan memakan leher anak-anakku dan aku. Tapi Kiyai Haji Dimyati menenangkan hatiku.
“Tenang Yanti, drakula itu tidak bisa menyebarang samudra, tidak mampu terbang di atas lautan luas. Drakula itu tetap di Ingris dan tak akan datang ke Bali, Indonesia,” tegas Kiyai Haji Dimyati, kepadaku.
Karena Kiyai Dirnyati telah memagari diriku secara gaib, agar selamat dari gangguan hantu-hantu, maka belakangan ini aku agak tenang. Dua anakku hidup normal kembali dan mereka bermain ceria berdua.
Namun, suara musik yang dimainkannya, perpaduan antara musik diatonik Bali dengan pentatonik Eropa, selalu terdengar dari kejauhan. Tapi malam suara gitar akustik berbunyi, berikut suara gamelan Bali yang dia biasa mainkan. Suara karya cipta suamiku itu, terus kudengar dan aku berusaha menikmatinya.
Aku merasakan kerinduan yang dalam kepada permainan musik juga sosok suamiku ang tampan. Bule berhidung mancung, berkulit putih dan jangkung. Bule yang telah memberikanku dua anak tampan dan cantik, yang kelak akan kukibarkan mereka di jagat hiburan Indonesia karena bentuk fisik itu.
Kiyai Haji Dimyati menyebut, bahwa aku sangat beruntung mendapatkan dua anak indo yang cantik dan ganteng. Hal itu sesuai dengan tuntutan dan cita-cita serta anganku sejak dulu. Satu sisi Tuhan menyenangkan aku dengan memberikan apa yang kuinginkan, namun di sini lain, Tuhan menarik suamiku yang aku cintai dengan sepenuh hati. Tuhan mengambil suami bukan hanya nyawa suami, tapi juga menjadikan suamiku drakula, menjadikannya hantu yang menakutkan dan menyeramkan sejagat raya ini. Duh Gusti! (Kisah Yanti Yuliani). ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)