Panggonan Wingit: CURUG SIKLOTHOK, LOKASI PARA BIDADARI MANDI
Curug atau air terjun bernama Siklothok ini diyakini memiliki daya mistis untuk menjadikan wajah awet muda. Sawab itu muncul, karena konon pada saat-saat tertentu, banyak bidadari mandi di sini.
Secara geografis, Curug Siktothok berada di Dukuh Jeketro, Desa Kaligono, Kaligesing, Purworejo, Jateng. Dinamakan Curug Siklothok, karena memang curug ini berada di wilayah yang bernama blok Siklothok.
Menuju Curug Siklothok, relatif mudah. Dari kota Purworejo, arah timur kurang lebih 13 km. Lokasi desa yang ada di pusat kecamatan Kaligesing, menjadikannya mudah dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Desa Kaligono sendiri, merupakan Desa Wisata andalan Purworejo. Dan Curug Siklothok merupakan wisata alam andalan Desa Kaligono, dalam menggaet wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sebagai desa wisata, Kaligono juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, antara lain, home stay, rumah budaya, juga berbagai atraksi kesenian seperti kuda lumping, incling, dolalak, soyar maole, dan di Curug Siklothok juga ada permainan fliying fox. Kegiatan out bond sering dilakukan di sini. Tak hanya itu. Ada daya tarik lain dari Kaligono, yakni, adanya buah durian dan manggis, yang juga menjadi potensi andalan Kaligono. Tak heran, jika saat panen durian dan manggis, banyak wisatawan berdatangan ke Kaligono. Hal itu, dibenarkan oleh Suroto (50), kepala desa Kaligono. Jelas Suroto, Desa Wisata Kaligono ini, Sempat memperoleh penghargaan dari pemerintah pusat, karena masuk 10 besar Desa Wisata 2014. Desa Kaligono harus bersaing dengan 148 desa wisata lainnya se Indonesia.
“Sebenarnya, banyak manfaat dengan mengunjungi Curug Siklothok ini. Mitosnya, bahwa siapapun yang mandi di Curug Siklothok ini, akan menjadikan wajah awet muda dan selalu berseri,” terang Suroto sedikit berpromosi.
Sumber air dari Curug Siklothok ini, berasal dari 3 mata air, yakni dari Gunung Irengan, Gunung jepati, dan mata air Katerban. Ketiga mata air ini menyatu di mata air Katerban, lantas membentuk sebuah sungai menuju Curug Siklothok.
Ketinggian air terjunnya, mencapai 50 meter. Hawa sejuk saat berada di Curug Siklothok, bisa menjadikan pikiran menjadi fresh. Tak heran, jika obyek wisata alam ini selalu ramai tiap hari, terutama di hari-hari libur. Bagi kalangan anak-anak muda, Curug Siklothok merupakan tempat yang pas buat memadu kasih. Tempatnya yang berada di ketinggian 700 m dpl, menjadikan Curug Siklothok ini sepi, jauh dari hiruk pikuk kota. Meski begitu, Suroto selalu mengingatkan pada para pengunjung, terutama anak-anak muda, agar jangan sekali-kali berbuat mesum di Curug Siklothok ini. karena jika larangan Ini sampai dilanggar, maka bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya. Hal itu pernah terbukti beberapa waktu lalu, ketika di salah satu kedung di Curug Siklothok ini ditemukan sepasang kekasih tewas dengan cara mengenaskan.
Konon, sepasang kekasih ini tewas setelah sebelumnya berbuat mesum di kawasan Curug Siklothok. Meski sudah diingatkan sebelumnya oleh petugas, namun sepasang kekasih tetap nekat. Keduanya ditemukan tewas dalam keadaan setengah telanjang. Sepintas, ujar Suroto, Curug Siklothok merupakan tempat Penuh keindahan, dengan suasana alamnya. Tempat ini cocok jika dijadikan penghilang stress, berada di lokasi ini, bisa lupa waktu. “Tapi jangan lupa, di balik keindahan Curug Siklothok ini, menyimpan sejumlah misteri yang ada kaitannya dengan mistis. Kami menganggap Curug Siklothok sebagai tempat yang masih angker dan keramat. Pantang berlaku mesum di lokasi ini,” ungkap Suroto lebih jauh.
Dari kacamata mistis, Curug Siklothok ada penunggu gaibnya yang bernama Ki Dligang Joyo. Tokoh dari bangsa lelembut ini diyakini sebagai panguasa gaib Curug Siklothok. ki Dligang Joyo tak ingin, daerah kekuasaannya dikotori dengan perbuatan-perbuatan bejat. Bisa jadi, tewasnya sepasang kekasih di Curug Siklothok beberapa waktu lalu, karena dijadikan tumbal oleh Ki Dligang Joyo. Meski terkesan angker, namun Curug Siklothok selalu ramai pengunjung. Dari obyek wisata yang dikelola Desa Kaligono ini, bisa mendatangkan pemasukan sekitar Rp 7 juta tiap bulannya. Suroto mengungkapkan lebih jauh, adanya mitos, bahwa Siapapun yang mandi di Curug Siklothok akan membuat wajah awet muda, masih Sangat dipercaya hingga kini. Mitos ini sendiri, sudah ada sejak ratusan tahun silam. Agar aura atau energi yang memancar dari Curug Siklothok bisa merasuk lebih sempurna, kata Suroto, ada tata cara ritualnya. Yang paling utama, adalah niat, sehingga timbul sugesti. Selanjutnya melakukan doa sebelum ritual dilakukan. Akan lebih oke, jika membawa juga Uborampenya, yakni kembang dan kemenyan. Kemenyan dibakar, lalu sampaikan doa. Pinuwunan disampaikan pada danyang Curug Siklothok, Ki Dligang Joyo. Dalam ucapan doa itu, juga disampaikan permohonan agar bisa awet muda dan cantik seperti bidadari.
Setelah itu, kembang telon yang dibawa bisa disebar di kedung atau di bawah pancuran. Selanjutnya ritual mandi bisa dilakukan. Nah, saat mandi inilah, diyakini, energi yang ada pada air Curug Siklothok, akan merasuk ke dalam jiwa pengunjung.
“Sebenarnya, ritual awet muda ini Cocoknya untuk wanita. Namun pria juga nggak ada larangan jika mau melakukan ritual serupa. Di sini mengandung aura pengasihan tinggi,” kata Suroto, ayah 2 anak ini. Di komplek Curug Siklothok, ada beberapa kedung, diantaranya kedung Jonggol, Lesung, Kwali, Malang dan kedung Kendit. Dari kesekian kedung itu, menurut Suroto, hanya kedung Kendit yang dianggap paling keramat. Di kedung yang berada di bawah air terjun inilah, ritual awet muda sering dilakukan.
Munculnya mitos, bahwa daya mistis air Curug Siklothok bisa membuat wajah awet muda, menurut Suroto, ada kaitannya dengan cerita yang hingga kini masih melegenda. Konon ceritanya, pada saat-saat tertentu, para bidadari yang ada di kayangan kerap mandi di tempat ini, tepatnya di kedung Kendit. Para bidadari yang kerap mandi di sini, kata Suroto, Dewi Kusumawati, Dewi Wulandari, Dewi Mahasuci, Dewi Wati, Dewi Putri, dan Dewi Nurhayati. Kebiasaan mandi para bidadari ini, diyakini masih sering dilakukan hingga kini.
“Jika suatu hari kami melihat adanya pelangi, kami yakin, para bidadari tengah mandi di Curug Siklothok. Adanya mitos awet muda itu, ya dari kebiasaan bidadari mandi ini. Para wanita ingin agar bisa cantik dan awet muda seperti para bidadari itu,” terang Suroto panjang lebar.
Mitos adanya aura pengasihan dan awet muda yang ada pada Curug Siklothok ini, ternyata sudah banyak yang membuktikannya. Cerita Suroto, setahun lalu, ada pengunjung wanita dari Jakarta, yang sudah cukup umur, tapi belum mendapatkan jodoh juga. Dari penampilan, wanita ini terlihat cantik, tapi entah kenapa, setiap laki-laki yang dekat padanya, akhhirnya memutuskan hubungan. Sudah berbagai cara dia tempuh, agar bisa segera mendapatkan jodoh, termasuk meminta bantuan orang pintar. Namun belum juga menampakkan hasil.
Hingga suatu ketika, wanita ini datang ke Curug Siklothok, setelah dia mendapatkan isyarat gaib agar datang ke curug ini. Di tempat ini, wanita ini lantas menjalani ritual mandi bunga, dan menyampaikan permohonan agar bisa segera mendapatkan jodoh, dan awet muda. Dan beberapa bulan kemudian, datang sebuah kabar dari Jakarta, yang memberitahukan, bahwa wanita yang dulunya jadi perawan tua itu, sudah mendapatkan jodohnya.
”Siklothok juga mempunyai makna, yakni melepaskan semua permasalahan atau aura-aura buruk pada diri seseorang. Energi yang terpancar memang alami dan positif,” jelas Suroto, kepala desa yang sudah dua kali menjabat ini.
Secara gaib, sebenarnya, ungkap Suroto, ritual di Curug Siklothok tak hanya untuk pengasihan dan awet muda saja. Di curug ini, tepatnya di Kedung Kendit juga bisa untuk menjalani ritual dalam mendapatkan ilmu Aji Pancasona, yakni, siapa yang memiliki ajian Pancasona ini, dia akan hidup lagi jika mati, sepanjang terkena air atau tanah. Ajian Pancasona dalam dunia pewayangan dimiliki oleh Sugriwo-Subali, tokoh kera yang bisa mengalahkan Lembu Suro dan Maesho Suro, raja Gua Kiskendo, yang telah mengobrak abrik kahyangan, di istananya para dewa, karena para dewa menolak lamaran keduanya saat meminang Dewi Tara.
“Dari cerita kakek buyut saya, konon Batara Guru, rajanya para dewa menurunkan Ajian Pancasona pada Sugriwo-Subali di Curug Siklothok ini,” cerita Suroto, yang mendengar cerita ini dari pada leluhurnya.
Ujar Suroto, melihat kondisi daerah Kaligesing dan sekitarnya, adanya cerita kalau di Curug Siklothok inilah, SugriwoSubali menerima ajian Pancasona, terlihat masuk akal juga. Karena, beberapa km ke arah timur laut dari curug ini ada Gua Kiskendo, istananya Maheso Suro dan Lembu Suro. Gua Kiskendo sendiri masuk wilayah Kulonprogo, Jogjakarta. Tak jauh dari Curug Siklothok, juga ada sebuah gunung batu yang disebut dengan gunung Wukir Kencono. Di bawah gunung inilah, konon SugriwoSubali menjalani lelaku topo ngalong, yakni ritual yang dalam lakunya seperti kalong (kelelawar), tidur di atas pohon dengan posisi kaki di atas seperti kalong. Kedua tokoh kera ini menjalani topo ngalong sebelum menerima ajian Pancasona.
Menurut Suroto, khusus untuk ritual untuk mendapatan ajian Pancasona ini, hingga kini sering dilakukan oleh orang-orang tertentu, yakni kalangan spiritual atau paranormal. Suroto meyakini akan adanya mitos ajian Pancasona ini.
“Ada pengalaman yang menguatkan, bahwa mitos itu benar adanya, dan bukan isapan jempol belaka,” ujar Suroto, suami dari Yuliati ini.
Cerita Suroto, di era tahun 80 an, daerah tempat tinggalnya sering diserang gerombolan kera dari atas gunung, tepatnya di sekitar Curug Siklothok. Ketika kera ini datang menyerbu, semua tanaman ludes dijarah kera. Hal ini menjadikan warga prihatin.
Suatu hari, saudara Suroto yang bernama Mbah Purwo, yang kala itu masih muda, bersama beberapa temannya sengaja naik ke Curug Siklothok, untuk mencari jejak atau sarang kera. Sesampai di sana, memang terdapat banyak kera. Karena jengkel, Mbah Purwo lantas menembaki kera-kera tersebut dengan senapan angin. Dari serangan itu, ada beberapa kera mati. Tak lama setelah itu, datang seekor kera dengan ukuran besar berwarna putih. Mbah Purwo meyakini, kalau kera putih ini rajanya kera. Kera putih ini lantas membawa tubuh beberapa kera yang mati tadi, kemudian menceburkannya ke kedung Kendit. Keajaibanpun terjadi.
“Ajaibnya, kera-kera yang sudah mati itu bisa hidup lagi begitu diceburkan di kedung Kendit. Dari peristiwa ini, kami jadi yakin, kalau di kedung Kendit ini bisa juga untuk laku mendapatkan ajian Pancasona,” pungkas Suroto, yang mendengar cerita ini dari Mbah Purwo. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)