Panggonan Wingit:
IKAN SAKTI SUNGAI JANIAH
TAK SEORANG PUN BERANI MENANGKAP, APALAGI MEMAKAN IKAN-IKAN DI TELAGA INI. KONON, IKAN-IKAN ITU BERASAL DARI DUA ANAK DURHAKA, LELAKI DAN PEREMPUAN, YANG TELAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS SEDARAH. MEREKA DIKUTUK MENJADI IKAN, DAN TERUS BERANAK PINAK. BAGAIMANA KISAH LENGKAPNYA…?
BUKIT TINGGI ternyata bukan saja terkenal dengan Jam Gadangnya. Kota yang berlokasi di propinsi Sumatera Barat ini juga terkenal dengan obyek wisatanya yang hingga kini masih ramai dikunjungi oleh turis lokal maupun. mancanegara. Khususnya pada hari minggu dan hari-hari libur nasional lainnya.
Salah satu obyek wisata yang sangat menarik perhatian di Bukit Tinggi adalah wana wisata Air Jernih Ikan Sakti. Dari namanya saja, seperti ada misteri, atau jalinan kisah legenda di balik obyek wisata yang satu ini. Mengapa ikan-ikan di sana dianggap sakti dan dikeramatkan? Seperti apa pula legenda yang melatar belakanginya?
Guna mencari jawaban seputar cerita tersebut, beberapa waktu lalu, penulis mendatangi lokasi obyek wisata unik yang terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, atau tepatnya di Bukit Tinggi Baso. Cerita selengkapnya tersaji dalam Rubrik Jelajah berikut ini…
Obyek wisata Air Jernih Ikan Sakti sekitar 3 km dari Baso. Menurut sumber yang diperoleh penulis, bermula tempat ini ketika pada zaman dahulu kala ditemukan sebuah sumur tua yang berada di dekat masjid. Sumur inilah kemudian berubah menjadi sebuah telaga yang berukuran sekitar 300 x 200 meter, dan sekarang dikenal dengan nama Telaga Air Jernih Ikan Sakti.
Syahdan menurut legenda, telaga ini dihuni oleh ikan-ikan air tawar besar maupun kecil yang dipercaya merupakan jelmaan bocah-bocah berusia 9 dan 6 tahun. Uniknya ikan-ikan yang berwarna nila dan hitam tersebut sejak keberadaannya di sana, mau diberi makanan yang hanya disukai manusia. Misalnya saja nasi, kerupuk, kacang dan lain-lain. Artinya, ikan-ikan itu tidak memakan cacing, rerumputan, kotoran, lumut, seperti yang biasa dimakan ikan pada umumnya.
Menurut kepercayaan warga setempat meski terkesan jinak, tapi, ikan-ikan yang dianggap sakti tersebut tidak boleh ditangkap. Apalagi kalau sampai menyantapnya sebagai makanan, alamat kutuk atau bakal celaka.
Di kalangan warga beredar suatu kisah yang cukup menarik. Disebutkan, pernah salah seorang warga yang iseng menangkap beberapa ekor di telaga ini untuk dijadikan menu lauk makan. Akibatnya cukup fatal, warga yang terbilang nekat ini mengelar aneh, setiap petang tiba, Badar terserang demam tinggi dan dia selalu berteriak-teriak ketakutan. Penyakit ini ta disembuhkan, sehingga tubuhnya menjadi kurus kering, bak tulang berbalut kulit.
Tak hanya itu, siang maupun malam, pria malang ini terus saja batuk-batuk. Anehn ketika batuk dia sering memuntahkan tulang-tulang ikan yang tajam-tajam hingga berdarah. Pihak keluarga dan ninik mamak si sudah berusaha menyembuhkan kemana-mana, baik medis maupun non medis. Namun tidak membuahkan hasil.
Pada suatu waktu, si ninik mamak bermimpi, dalam mimpinya ada ikan raksasa seukuran bocah SD yang bisa bicara.
“Kemenakan angku (paman, red) telah menangkap dan memakan keturunanku!” Kata ikan itu berbicara.
“Oh ya, benarkah seperti itu?” Saat itu, si ninik mamak terheran-heran, karena baru itu dia mendengar ikan bisa bicara. “Di mana kejadiannya?” Tanya ninik mamak kemudian.
“Di telaga Air Jernih!” Jawab si ikan yang bi bicara.
“Jadi, karena itu kemanakanku selalu kesurupan dan menderita sakit batuk darah dengan memuntahkan tulang ikan?”
“Tepat sekali.”
“Kalau begitu, kami minta maaf wahai ikan sakti!”
“Jangan minta maaf kepada saya!”
“Lalau kepada siapa?”
“Kalian harus minta maaf pada orang-orang tua di sekitar telaga Air Jernih Ikan Sakti itu!”
“Baiklah, akan kami lakukan secepatnya!”
Walau sang ninik mamak masih ingin bicara namun tiba-tiba, dia tersentak bangun dari mimpinya yang cukup aneh tersebut. Cukup lama dirinya termangu-mangu dan duduk di bibir ranjang sambil terus mengingat mimpiny bertemu dan berkomunikasi dengan ikan besar itu.
Mimpi itu kemudian diceritakannya pada kaum kerabat yang lain. Dan di antara mereka banyak yang percaya, bahwa hal itu isyarat dari alam gaib yang perlu dilakukan. Tanpa membuang waktu, bergegas keluarga si sakit mendatangi lokasi telaga Air Jernih Ikan Sakti tersebut.
Kepada orang tua yang bermukim di sekitarnya, mereka menceritakan ihwal mimpi yang telah didatangi ikan besar yang bisa bicara.
“Ya, kalau kalian percaya makna mimpi itu, kami semua orang-orang tua di sini siap memaafkan si sakit. Asal saja perbuatan itu tidak diulangi lagi” Demikian kata salah seorang tetua.
“Salain itu, apa lagi yang perlu kami laku Datuk?” Tanya salah seorang keluarga si sakit kemudian. “Maksud kami, apa perlu memberi sesajen di telaga itu?”
“Tidak perlu…” Tegas lelaki tua ini menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tapi, kalau kalian ingin membes makan ikan-ikan itu dengan makanan yang biasa disantap manusia, silahkan saja!” Ia memberi petunjuk.
Begitulah kisahnya. Ninik mamak si sakit itu kemudian pamitan pulang. Namun, si lelaki tua menolak dengan halus begitu sebuah amplop berisi uang akan diserahkai ke tangannya. “Maaf, kami bukan tidak butuh uang, namun sebaiknya uang itu dibelikan untuk makanan ikan-ikan secukupnya,” ujar kemudian.
“Kalau begitu, kami mohon pamit, Datuk.”
“Silahkan… oh ya, saya hampir lupa, setelah si sakit sembuh kelak. Dia tidak dibenarkan makan ikan selama 7 tahun, baik ikan air maupun ikan air tawar.”
“Terima kasih, Pak Datuk, pesannya akar kami sampaikan dengan sebaik-baiknya da sungguh-sungguh.”
Tujuh hari setelah permintaan maaf itu dilakukan, kemudian, si sakit berangsur-angsur sembuh. Sejak itu, hampir tiap hari keluarga si sakit memberi makanan pada ikan-ikan di Telaga Air Jernih. Baik berupa kerupuk, kacang atau nasi.
Disebutkan, sejak peristiwa itu semakin menambah keyakinan kepada warga setempat bahwa memancing atau menangkap ikan di telaga tersebut memang pantangan yang bukan sekadar dongeng belaka. Apalagi kalau berani memakannya, maka, akan cela hidupnya. Karena itu, hingga sekarang tidak ada yang berani melanggarnya.
Setelah mendapatkan kisah masih harus diuji kebenaran oleh penulis yang penasaran kemudian menimba informasi lebih banyak tentang awal mulanya ikan-ikan sakti itu menghuni telaga. Misal muncul legenda bahwa ikan-ikan itu berasal dari bocah-bocah anak lacur, setiap warga yang ditanya enggan untuk menjawab pertanyaan penulis, mereka lebih memilih tutup bab bicara masalah yang satu ini.
Akhirnya penulis mencari informasi dari warga yang agak jauh dari telaga, tepatnya di Kampong Tanah Sawah. Di sini penulis bertemu dengan sesepuh setempat, Musa Sutan Sati.
Tokoh ini dikenal sebagai ninik mamak dan cerdik di ranah Bukit Tinggi. Dikesempatan santai senja itu penulis mempunyai kesempatan untuk menanyakan tentang riwayat keberadaan ikan-ikan sakti di Telaga Jernih tersebut.
Nah, penuturan Musa Sutan Sati tersebut penulis rangkum sebagai berikut…
Konon, di era Kerajaan Minangkabau tempo dulu, tiap negeri berdiri sendiri-sendiri. Apa yang disebut negeri itu dapat dikata merupakan kerajaan-kerajaan kecil tetapi cenderung memiliki persamaan dalam hal hukum adat dan budaya, etnis bahasa.
Federasi antar negeri atau kerajaan kecil itulah yang merupakan cikal bakal yang kelak dikemudian hari terwujudnya kerajaan Minangkabau atau yang antara lain dikenal dengan pemerintahan Bundo Kanduang.
Berpijak pada data dan fakta sejarah, negeri-negeri yang saling berdekatan sering tidak rukun. Kerap kali mereka bertikai dan berdebat, yang mana terkadang menimba konflik dan sengketa berlarut-larut. Ujung-ujungnya angkat senjata dan terlibat peperangan. Dan peperangan rutin itu yang dikenal dengan sebutan Perang Adat.
Dikisahkan, kala negeri-negeri berada dalam suasana permusuhan, maka hidup sepasang suami isteri dengan sepasang anak mereka yang masing-masing bernama Buyuang Mangkutak dengan usia sekitar 6 tahun berjenis kelamin lelaki, dan kakaknya yan bernama Upiak Manih, berusia 9 tahun, berjenis kelamin perempuan.
Ketika negeri mereka berperang, keluarga ini mengungsi ke tempat yang lebih aman, sekarang letaknya diperkirakan di sekitar Baso. Mereka menetap di tempat ini sampai anak mereka tumbuh dewasa.
“Si adik, Buyuang Mangkutak, sejak baliq tidak mau pisah tidur dengan uninya. Karena itulah, lama kelamaan keduanya terlibat hubungan cinta kasih sayang yang salah. Bahkan, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, mereka kerap hubungan intim seperti laiknya suami isteri.
Pada akhirnya, kejadian yang nista itu disaksikan ayah ibu mereka. Kemudian keduanya diberi hukuman cambuk dan tidur mereka dipisahkan satu sama lain, mereka juga diancam akan dibunuh kalau kembali melakukan perbuatan itu.
Cinta memang buta. Terlebih cinta semata-mata hanya dilandasi nafsu. Saat dimarahi orang tua mereka bukannya insaf malah melarikan diri bersama, minggat dari rumah. Orang tua mencari kesana kemari. Sampai keluarlah kutukan kalau anak-anak mereka bukan lagi manusia. Karena tingkah laku mereka tidak selayaknya manusia.
Dalam pelarian 2 bersaudata ini menemukan sebuah sumur. Saking hausnya mereka melompat ke dalamnya. Kemudian air sumur naik dan terus meluap yang akhirnya di tempat itu membentuk sebuah telaga yang sangat jernih. Kemudian sekarang dikenal dengan sebutan Telaga Air Jernih Ikan Sakti.
Tidak jelas bagaimana nasib Buyuang Mangkutak dan Upiak. Namun, leluhur masyarakat percaya kalau kedua manusia itu tenggelam dan berubah wujud menjadi ikan, yang kemudian menjadi penunggu telaga.
Apakah benar ikan jantan dan betina asalnya dari manusia itu akhirnya beranak pinak dalam telaga tersebut? Sekali lagi, ini masih harus dibuktikan kebenarannya. Tapi, itulah legenda, yang kebenaran seja hanya dapat kita pasrahkan kepada Allah Namun yang pasti, berdasarkan riwayat ikan-ikan di dalam Telaga Air Jernih itu tidak boleh dipancing dan dimakan karena dipercaya merupakan jelmaan dari manusia.
“Demikianlah asal muasal keberadaan yang dihuni oleh ikan-ikan sakti tersebut.” Tutup Musa Sutan Sati kemudian sebagai penutur kisah yang memang sarat dengan muatan mistis dan magis itu.
Masih menurut beliau, kisah legenda hampir mirip dengan legenda terjadinya gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Bedanya, gunung yang cukup fenomenal tercipta akibat kasih sayang yang menyimpang dan menyalah antara anak dan ibu kandung sendiri, Sementara, Telaga Air Jernih tercipta akibat hubungan antara saudara sekandung dan mereka terkena sumpah menjadi ikan.
Akhirnya, rasa penasaran penulis untuk menggali informasi tentang awal mula ditemukanya sebuah telaga yang dihuni ikan sakti telah terpuaskan setelah menyimak riwayatnya dari nara sumber yang sangat dipercaya.
Meski kisahnya diwarnai unsur mistis, magis, kejadian itu bukan tidak mungkin terjadi kalau Tuhan menghendaki. Di kisah-kisah seperti ini, terlepas kebenarannya masih diragukan, hanya saja, mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang tua yang punya anak lelaki dan perempuan. Bahwa sebaiknya, sejak dini setiap anak beda jenis kelamin jangan dibiarkan tidur dalam satu kamar yang sama agar tidak terbius oleh rangsangan seksual yang terlarang untuk dilakukan bagi saudara kandung.
Seyogianya kisah-kisah seperti ini tidak perlu ditutup-tutupi atau dirahasiakan, di dalamnya sarat dengan ajaran moral. Sebagaimana halnya kisah Si Malinkundang, Sangkuriang, atau kisah-kisah legenda yang banyak tersebar di negeri ini. Terlepas dari benar atau tidaknya, kisah ini juga mengandung ajaran bagi anak untuk tidak melawan kata-kata orang tuanya. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)