Panggonan Wingit: MAKAM MBAH BAYI, PEJUANG SAKTI WONOGIRI

 

Di tempat keramat ini, peziarah tidak diperkenankan untuk meminta perjudian. Tapi penunggu gaibnya akan memberi solusi bagi siapapun untuk mendapatkan harta dunia…

 

Semasa hidupnya tokoh pejuang yang berasal dari Wonogiri ini dikenal memiliki ilmu kesaktian yang sangat tinggi. Selain itu sebuah baju rompi pusaka miliknya mampu membuat seluruh tubuhnya kebal, tak mempan senjata tajam dan bedil. Sosoknya dianggap sebagai seorang pemimpin bagi warga. Kini setelah wafat makamnya banyak dikunjungi orang yang ingin ngalap berkah agar mudah diterima menjadi tentara dan pejabat. Lokasinya di Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri.

 

Mbah Bayi, adalah tokoh pejuang yang ikut andil bersama dengan rakyat menggempur Belanda pada saat perang Kedander, peperangan hebat melawan Belanda semasa perjuangan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa. Raden Mas Said dikenal sebagai salah satu sosok pejuang dari trah Mataram yang sangat gigih menentang kolonial. Daerah perjuangannya meliputi seluruh wilayah yang kini menjadi Kabupaten Wonogiri.

 

Peperangan antara Belanda dan Raden Mas Said yang dibantu oleh prajuritnya serta penduduk desa telah pecah hampir di semua wilayah selatan Surakarta Hadiningrat (Wonogiri). Peperangan hebat ini merembet ke arah selatan di Dusun Watu Ireng, Desa Platarejo. Desa Platarejo berjarak sekitar 60 km dari ibukota Kabupaten Wonogiri yang mengarah ke Pacitan, di sebuah dusun kecil inilah Mbah Bayi tinggal. Melihat situasi peperangan semakin mendekati arah desa mereka, penduduk Desa Platarejo berusaha menyiapkan senjata seadanya yang bisa digunakan sebagai alat berperang melawan tentara Belanda jika akhirnya mereka harus bertempur.

 

Salah seorang pejuang dari Desa Platarejo ini adalah Mbah Bayi, pengikut Pangeran Samber Nyawa yang telah lama menetap di Desa Platarejo. Mbah Bayi adalah salah satu punggawa khusus Raden Mas Said yang dikenal sangat gigih menentang kolonial. Sosoknya sangat dihormati kawan-kawan seperjuangannya. Selain itu Mbah Bayi dianggap sebagai salah seorang pemimpin yang gemar menjalani laku tapa brata.

 

Tak lama berselang peperangan pecah juga di Platarejo, Mbah Bayi dan para penduduk bertempur habis-habisan melawan tentara Belanda dalam peperangan yang sangat dahsyat. Saking dahsyatnya pertempuran saat itu, konon darah yang membasahi tanah desa Platarejo sampai di pangkal pergelangan kaki. Desa Platarejo Rejo menjadi lautan darah manusia dari kedua belah pihak yang membanjiri bumi Platarejo.

 

Pertempuran yang dinamai Perang Kedander di bawah pimpinan Raden Mas Said dengan dibantu punggawa khusus dan seluruh rakyat Wonogiri akhirnya mampu memukul mundur tentara Belanda. Di wilayah Watu Ireng Platarejo perang Kedander di bawah pimpinan Mbah Bayi juga berhasil mengalahkan tentara Belanda, meski darah korban dari para pejuang harus tumpah menggenangi bumi Platarejo.

 

Mbah Bayi merupakan salah satu punggawa yang sangat berperan membantu perjuangan Raden Mas Said di wilayah selatan Wonogiri. Beberapa punggawa khusus serta pasukan khusus dibentuk oleh Raden Mas Said saat menyusun kekuatan dalam menghadapi Belanda dengan menggunakan taktik perang gerilya. Salah seorang yang menjadi pasukan khusus punggawa Raden Mas Said saat itu adalah Mbah Bayi.

 

“Julukan Mbah Bayi telah lama melekat di dalam sosok Punggawa pembantu Raden Mas Said semasa perjuangan melawan kolonial penjajahan Belanda,” jelas Hartini (38) salah seorang putri Haryono, juru kunci makam Mbah Bayi.

 

Julukan Mbah Bayi yang melekat kepada sosok pejuang ini dikarenakan beliau tak pernah memiliki gigi, alias ompong. Oleh karena itu masyarakat menyebutnya Mbah Bayi atau bayi langgeng. Sosok ini dikenal suka menjalani laku tirakat semasa mudanya di sebuah tempat di Cekungan yang ada di dusun Watu ireng. Cekungan ini berupa lahan seluas kurang lebih 300 M2 yang banyak ditumbuhi pohon jati dan randu. Di tempat inilah Mbah Bayi mendapatkan kesaktian dan sebuah pusaka berwujud baju rompi yang bernama Klambi Gundil (baju gundil).

 

“Selama empat puluh hari empat puluh malam Mbah Bayi bertapa di Cekungan tanpa makan dan minum,” tandas Hartini, wanita yang telah dikaruniai satu orang putra.

 

Lanjutnya, saat itulah Mbah Bayi mendapatkan pusaka yang dikenal dengan nama Klambi Gundil. Kesaktian Klambi Gundil sama dengan baju Ontokusumo, tak mempan ditembus dengan peluru dan senjata tajam. Baju sakti ini pernah digunakan Mbah Bayi perang menghadapi tentara Belanda pada saat pertempuran Kedander di Watu Ireng.

 

Selain memiliki Klambi Gundil, kesaktian Mbah Bayi juga terkenal seantero Wonogiri. Semasa hidupnya Mbah Bayi dikenal sangat dekat dengan penduduk, kerendahan hatinya £ membuat seluruh warga hormat kepadanya. Beberapa Kejadian yang sampai sekarang masih melekat dalam ingatan penduduk desa adalah saat Mbah Bayi meminta api kepada penduduk desa.

 

Dengan menggunakan selendang kembennya Mbah Bayi menyulut api yang diberikan oleh tetangganya, namun anehnya kemben Mbah Bayi tak pernah hangus terbakar sedikitpun. Tak hanya kemben miliknya yang tak bisa terbakar oleh api, saat Mbah Bayi mengambil air dari sumber mata air yang jauh dari Dusun Watu Ireng Mbah Bayi menggunakan keranjang yang digunakan Untuk membawa rumput. Air yang dibawa Mbah Bayi tak bisa tumpah, padahal keranjang rumput tersebut terbuat dari anyaman bambu.

 

Rasa horrnat penduduk desa Watu Ireng kepada sosok Mbah Bayi tak pernah pudar sampai sekarang, meski beliau telah mati sekalipun. Kini tempat yang pemah digunakan Mbah Bayi menjalani ritual tapa brata menjadi tempat dirinya dimakamkan. Di tempat inilah Mbah Bayi dikenang ketokohannya sebagai salah seorang pejuang yang gigih mempertahankan bumi pertiwi.

 

Makam tempat penstirahatannya hanya terbuat dari plesteran semen yang dipagani dengan kayu dan atap seng Sejak dulu makam Mbah Bayi tak pernah diberi nisan, hanya gundukan tanah yang diselimuti dengan kain kafan warna putih hingga sekarang Di sekeliling makam masih banyak ditumbuhi pohon jati yang besar serta beberapa pohon randu yang telah berusia ratusan tahun seperti jaman dulu. Demi menghormati kepada Mbah Bayi, masyarakat Watu Ireng setiap malam satu sura selalu mengadakan pagelaran wayang kulit di makamnya. Sedangkan pusaka Klambi Gundil miliknya kini disimoan oleh

 

Haryono, salah seorang anak keturunannya yang kini menjadi juru kunci makam.

 

Ngalap berkah jabatan.

 

Tiap malam Jum’at Kliwon dan Selasa Kliwon makam Mbah Bayi ramai dikunjungi para ziarah. Ada yang hanya sekedar menjalani lelaku ziarah dan ada juga yang Ingin ngatap berkah.

 

“Kebanyakan mereka yang datang ke sini menginginkan agar lolos dan sukses dalam menjalani ujian masuk angkatan (TNI/Polri ).” Terang Hartini.

 

“Tetapi tak jarang juga para calon kepala desa yang menyalani laku ritual di makam Mbah Bayi agar kelak terpilih menjadi Kepala Desa,” tambahnya.

 

Lebih lanjut Ningrum menceritakan, mereka yang ingin menyalani laku ritual di makam Mbah Bayi biasanya memohon ijin dulu kepada juru kunci, setelah itu juru kunci akan menuntun para pelaku ritual ke makam Mbah Bayi. Jarak dari rumah ke makam Mbah Bayi sekitar 100 meter, dalam perjalanan ini biasanya para peziarah di sarankan tak boleh bernafas atau megeng nafas istilah lelakunya. Biasanya mereka yang mampu bertahan doanya akan diterima oleh Tuhan dan berhasil meraih jabatan atau bisa lulus ujian masuk angkatan.

 

Selain melakukan ritual megeng nafas di makam Mbah Bayi, para pelaku ngalap berkah saat berada di rumah sang juru kunci biasanya akan di berikan semacam berkah kekuatan dari Klambi Gundil, dengan cara meletakan Klambi Gundil di atas kepala pelaku ziarah. Selain para pelaku ziarah, upacara ngalap berkah meletakan Klambi Gundil di atas kepala ini juga dilakukan oleh sang juru kunci kepada seluruh warga Watu Ireng yang berkumpul di rumah juru kunci pada tiap malam satu suro, saat menjelang upacara tahunan selamatan di makam Mbah Bayi.

 

Klambi Gundil

 

Kekuatan Klambi Gundil milik Mbah Bayi sampai sekarang masih sangat dipercaya. Baju yang berwujud rompi tersebut konon memiliki motif ceplok (bulat), karena motif inilah rompi pusaka Mbah Bayi di sebut Klambi Gundil. Klarnbi pusaka tersebut disimpan di sebuah peti kayu sampai sekarang di rumah Haryono. Klambi itu tak pernah dikeluarkan dari dalam peti kayu sampai dengan sekarang. Hanya pada waktu-waktu tertentu dan Haryono seorang yang mampu mengeluarkan serta memegang Klambi Gundil itu.

 

Tiap malam satu suro rumah Haryono ramai dikunjungi tamu dan warga Watu Ireng Pada malam itu biasanya warga desa menggelar doa di makam Mbah Bayi yang dipimpin oleh Haryono sang Juru Kunci.

 

Para tamu dan warga tak jarang menginap di rumah Haryono, namun para tamu dan masyarakat apabila tidur di rumah sang juru kunci disarankan kakinya tak boleh mengarah ke ruangan yang menjadi tempat penyimpanan Klambi Gundil. Ruangan itu berada di sisi utara ruang tamu yang terpisah dari papan kayu.

 

“Pusaka Klambi Gundil tak mau disimpan di ruangan yang bagus. Pernah suatu kali dipindah bapak ke dalam ruangan yang berbeda dari tempatnya semula, namun tiba-tiba Klambi Gundil balik ke ruangan sebelumnya padahal tak ada yang memindahkanya. Selain itu para tamu saat tidur tak bolen ngungkuri (membelakangi dengan kaki) Klambi Gundil” tandas Hartim.

 

“Mereka yang pernah melanggar pantangan apabila tidur di rumah ini, biasanya akan dipindah dari tempatnya tidur, entah dipindah ke mana. Ada juga yang penah dipindah di depan teras rumah atau di belakang rumah,” kata putri juru kunci ini menceritakan.

 

“Selain itu tak seorangpun kecuali bapak yang boleh memegang Klambi Gundil, pemilik atau ahli waris Klambi Gundil akan diteruskan secara turun-temurun ke anak laki laki.” Terang Hartini.

 

Selain pusaka peninggalan Mbah Bayi sampai sekarang yang masih dipercaya merniliki kekuatan mistis, makam Mbah Bayi konon juga memiliki kekuatan membingungkan orang apabila ada orang yang memiliki niat jelek masuk ke Dusun Watu Ireng. Salah satunya pencuri, para pencuri yang menyatroni Watu Ireng biasanya akan dibingungkan jalan kembalinya. Pencunnya akan berkutat di sekitar Makam Mbah Bayi dan akhirnya akan ketahuan warga setempat. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)