Panggonan Wingit:
MASJID BATU SERIBU PERMINTAAN
MASJID BATU ITU DIDIRIKAN OLEH H. DAENG ISMAIL MUNDU BIN KARIM. KARENA KEWASKITAAN PENDIRINYA, MASJID INI MENJADI TEMPAT YANG DIPERCAYA PENUH DENGAN KAROMAH. ANEHNYA, DI MALAM-MALAM TERTENTU DAENG ISMAIL MUNDU BIN KARIM KONON SERING MUNCUL BERSAMA PENGIKUTNYA YANG SUDAH MENINGGAL…
NAMANYA Masjid Batu. Sebagai sarana ibadah umat Islam yang berada di sebuah kawasan terisolasi, keberadaan masjid ini memang belum cukup dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Padahal, menurut informasi yang diperoleh penulis, rumah ibadah ini dibangun sekitar rentang 1926, oleh salah seorang ulama sekaligus guru besar yang dikenal telah sampai pada malam tertinggi dalam penguasaannya terhadap ilmu tarekat.
Selain menyimpan nilai historis, bangunan tua ini juga menyimpan daya tarik tersendiri. Karena itu, di samping menjadi tempat rekreasi keluarga, masjid itu sekaligus menjadi obyek wisata rohani.
Secara geografis, Masjid Batu terletak di Desa Delat Remis, Kecamatan Teluk Padekai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kawasan yang terbilang sangat sepi dan lengang ini berada cukup jauh dari hiruk-pikuk pemukimam penduduk. Bangunan masjid dikelilingi oteh ratusan, bahkan ribuan pohon kelapa, dengan sungai-sungai kecil mengalir di dalamnya.
Kondisi seperti itu merupakan nilai tambah bagi para pengunjung yang gemar menyendiri, bersemedi maupun bertafakur. Nah, selain panorama alam di sekitarnya yang terkesan sejuk dan eksotik, oleh masyarakat setempat, Masjid Batu ini juga diyakini memiliki karomah. Dipercaya, karomah masjid ini dapat mengabulkan setiap permintaan, terutama yang berhubungan dengan segala bentuk masalah kehidupan.
“Kepercayaan tersebut sudah turun temurun. Karomah masjid ini tentu saja tidak terlepas dari pendirinya. Namun, semua itu tentu saja berkat keridhoan Allah semata,” demikian ungkap Abdul Kahar, salah seorang peziarah yang ditemui penulis.
Untuk bisa mencapai lokasi masjid ini, memang bukan suatu perkara yang mudah. Selain ada beberapa rute yang harus dilewati, medan yang akan ditempuh pun lumayan beratJalan yang merupakan akses utama, sebagai sarana penghubung antar desa dan kecamatan, rusak berat dan sulit untuk dilalui kendaraan. Apalagi mobil. Karena itu, perlu waktu sekitar lima jam perjalan untuk bisa sampai ke tempat tersebut.
Bila perjalanan dimulai dari kota Kabupaten Kubu Raya Merupakan urutan pertama yang akan dilalui, Kemudian, dua buah kecamatan, yakni Kecamatan Sei Raya dan Kecamatan Rasau Jaya. Setelah melewati dua kecamatan ini, nantinya perjalanan akan berakhir di pelabuhan desa Parit Sarim,
Perlu diketahui, ada dua pelabuhan di desa ini, yakni pelabuhan penyeberangan kapal kelotok yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat, dan pelabuhan penyeberangan kapal feri milik Dinas Perhubungan yang baru saja dibuka dan dioperasikan untuk umum.
Kedua model transportasi air itu memiliki tujuan yang sama, yakni siap mengantarkan penumpang menyeberangi sungai Kapuas, meski pun pada malam hari. Masalah ongkos penyeberangan, tidaklah terlalu mahal. Bila menggunakan kelotok biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp. 40 ribu untuk empat orang plus dua buah sepeda motor. Dan untuk jasa feri, biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp. 20 ribu rupiah saja untuk sekali penyeberangan.
Nah, bila Anda ingin berlama-lama menyaksikan keindahan sungai Kapuas dengan jajaran hutan mangrove di kanan-kirinya, maka, dipersilahkan untuk menggunakan jasa angkutan kapal kelotok.
Setelah sampai di pelabuhan penyeberangan kecamatan Teluk Pakedai, maka, perjalanan pun dilanjutkan kembali menuju pasar tradisional yang ada di kecamatan tersebut. Dengan melewati jalan rusak dan memakan waktu kurang lebih satu setengah jam, Anda akan berjumpa dengan pasar. Ya, sebuah pasar terbilang ala kadarnya, namun begitu ramai dengan ragam aktivitas warga.
Bagi para pengunjung yang baru menginjakan kaki di pasar tersebut, mungkin akan terkejut mendengar banyaknya suara burung yang selalu berkicau tiada henti. Namun perlu diketahui, itu bukanlah suara kicauan burung, melainkan rekaman kaset yang keluar dari speaker tape. Hal itu berfungsi untuk menarik perhatian burung walet agar datang dan bersarang di bangunan yang menyerupai gedung berukuran mini yang memang sudah disediakan. Begitulah usaha sampingan yang dimiliki masyarakat setempat dengan berbudidaya burung walet.
Tujuan para peziarah bermacam-macam. Ada yang lelaku tirakat karena tempatnya tenang untuk meminta berkah dan kebanyakan mereka mencari peruntungan.
“Bagi kami, keberadaan Masjid Batu memang menjadi suatu kebanggaan. Terutama karomah yang dimilikinya. Sejak turun temurun kami percaya bahwa karomah masjid itu dapat membantu kami dalam menyelesaikan segala bentuk masalah yang sedang dihadapi. Dan keyakinan itu sudah terbentuk sejak jaman nenek dan orang tua kami masih hidup. Mungkin, dari mulut ke mulut, informasi mengenai keromah yang terkandung di Masjid Batu bisa sampai ke telinga orang luar. Ya, dari orang-orang yang hajatnya terkabul. Dan itu sebatas orang-orang tertentu saja,” tutur Daeng Bacok.
Penulis juga mendapatkan kisah menarik dari seorang yang bernama Kacung, 38 tahun. Dia dikenal sebagai seorang prajurit TNI Angkatan Darat, yang bertugas di markas militer yang ada di kota kecil tersebut. Belasan tahun mengabdikan diri pada negara, namun kehidupannya tak juga berubah. Selalu saja dihadapkan berbagai permasalahan pelik yang mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga akibat utang yang melilit.
Berbagai cara pun ditempuh Kacung untuk dapat membayar utang yang sudah menumpuk itu. Namun bukannya terbayar, utang itu malahan makin bertambah. Akibatnya, keharmonisan rumah tangganya pun berada di ujung tanduk.
Di tengah kebingungan itu, Kacung mendengar dari orang lain perihal karomah Masjid Batu. Tanpa pikir panjang, dia pun segera berangkat dengan maksud mencari peruntungan. Setelah melakukan tirakat di tempat itu, secara perlahan,.masalah-masalah yang hampir membuat dirinya depresi pun teratasi.
“Alhamdulillah, kalau dulu saya sekeluarga tinggal di rumah kontrakan, sekarang ini meski pun kredit, saya sudah dapat membeli rumah sendiri di kompleks ini,” tutur Kacung. Dia mengaku memeroleh beberapa keajaiban dalam tirakatnya di Masjid Batu. Sayang, Kacung yang prajurit TNI ini tak mau berterus terang dalam mengisahkan pengalamannya. Hanya, “Saya yakin itu semua tak lepas dari kuasa Allah. Apa yang saya lakukan di Masjid Batu hanyalah sebagai sebuah syareat saja, hakikatnya Allahlah yang menentukan,” tambahnya diplomatis.
Sorenya, ketika hari sudah mulai gelap, sementara hujan pun baru reda, akhirnya penulis bersama tim kembali meneruskan perjalanan menuju Masjid Batu. Dengan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi hutan sagu di kanan kirinya, kami pun sampai di lokasi Masjid Batu. Dalam keadaan nyaris basah kuyup, kedatangan penulis dan tim langsung disambut penjaga masjid.
Memang benar, pesona Masjid Batu tak hanya dapat dilihat dari tampilan panorama alamnya yang terkesan eksotik. Berada di dekat bangunan kolosal ini, penulis merasakan masjid
ini memiliki keunikan tersendiri. Di tengah gelapam malam, bangunan yang didirikan oleh seorang guru besar bernama H. Daeng Ismail Mundu bin Karim, dengan luas kurang lebih 30 x 20 meter itu tampak begitu kokoh berdiri.
Rumah ibadah yang berbentuk menyerupai istana Melayu tempo dulu, dengan tiga buah kubah di atasnya ini memang telah mengalami empat kali renovasi. Di antaranya dimulai pada 1959, 1960, 1982, dan dilanjutkan kembali pada 2002. Sementara bangunan masjid yang dapat dilihat sekarang ini, adalah hasil rehab pada 2003. Meski demikian, beberapa bagiannya masih dibiarkan sebagaimana aslinya.
Bagian masjid yang masih terlihat asli itu adalah lantainya. Lantai tersebut terbuat dari keramik yang dipasang bersamaan dengan ketika masjid ini dibangun. Tak tanggungtanggung, menurut informasi yang diperoleh dari beberapa orang warga setempat, keramik bermotif batik yang didominasi tiga warna: hitam, putih dan kuning itu, didatangkan langsung dari Singapura dengan menggunakan kapal.
Namun sayang, tak ada yang tahu bagaimana proses perjalanan dan pengangkutannya sehingga keramik-keramik tersebut bisa sampai di pedalaman Kalimantan.
Tak hanya itu, dua buah pintu yang berada di serambi samping masjid juga masih tetap dipertahankan keasliannya. Pintu yang terbuat dari kayu ulin tersebut dicat dengan warna putih, dan dibagian fentilasinya berukiran kaligrafi arab yang dibuat dengan cara dipahat.
Di dalam masjid pun, tepatnya di sampang tempat iman memimpin sholat, terdapat sebuah mimbar yang blasa digunakan guru Ismad Datok H. Ismail Mundu bin Karim berkhotbah. Mimbar berwarna hijau yang memang tak pernah difungsikan lagi setelah wafatnya sang guru ini telah dibuatkan ruangan tersendiri dan diberi penutup berupa kain kuning di bagian mukanya. Hal ini bertujuan untuk menghindari para pengunjung naik ke atas mimbar yang dikeramatkan itu.
Menurut penjaga masjid, Muhammad Saleh, 42 tahun, umur mimbar ini sudah cukup tua. Sebelum masjid didirikan pun, mimbar tersebut memang sudah ada. Namun tak ada yang tahu dari mana mimbar itu didapat. Yang jelas, kemudian dijadikan tempat khotbah oleh Datuk Ismail Mundu.
“Hal itu berlaku sampai dengan sekarang ini. Banyak yang menyaksikan Datuk Ismail kerap berkunjung ke Masjid Batu. Biasanya, beliau datang tepat tengah malam. Selain melakukan sholat berjamaah bersama pengikutnya yang telah wafat, beliau pun sering duduk-duduk di mimbar itu. Namun, pada hari-hari tertentu, tepatnya pada peringatan hari besar Islam, Datuk sering berkhotbah di depan para pengikutnya tersebut. Ini mungkin tidak masuk akal. Tapi banyak saksi mata yang menyaksikan kejadian aneh ini,” terang Muhamad Saleh.
Bagi masyarakat yang percaya, mimbar masjid ini memiliki karomah yang dapat memberi keberkahan. Namun untuk metakukar permohonan, ada syarat yang harus dipenuhi. Pengunjung diharapkan membawa sepotong kain kuning. Nantinya, sebelum bermunajat, kain tersebut diikatkan di salah satu tiang mimbar. Hal ini bertujuan sebagai pengingat, karena bila hajat terkabul si pemohon diwajibkan kembali untuk membuka kain tersebut dan mengutarakan kembali bahwa permohonannya telah terkabul. Namun, tidak berlaku bagi pengunjung yang berniat tidak baik, seperti meminta nomor buntut aan sejenisnya.
“Memang banyak yang terkabul, salah satunya adalah seorang pejabat legeslatif yang meminta agar tanahnya cepat laku terjual. Dan ternyata terbukti, karena tak lama kemudian, dia pun kembali untuk membuka kain kuning yang diikatkan itu. Malah dia menyumbangkan separuh keuntungan dari hasil menjual tanah itu untuk membangun jalan masjid,” terang Saleh.
Tak jauh dari masjid, kira-kira berjarak kurang lebih delapan ratus meter, terdapat pemakaman umum. Pemakaman itu berada di tengah-tengah kebun kelapa. Dan di sisi sebelah kiri, tepatnya di atas parit kecil, berdiri sebuah pendopo.
Pendopo tersebut baru saja dibangun dan difungsikan sebagai tempat berkumpulnya para peziarah yang ingin mengirimkan doa kepada yang telah meninggal dunia. Termasuk makam Datuk Ismail Mundu beserta isterinya.
Menurut informasi yang diperoleh penulis, Datuk Ismail merupakan sosok penyebar Islam kharismatik yang wafat sekitar 1970-an. Kehidupannya terkenal sederhana dan dekat dengan pengikutnya. Hal itu dapat dilihat dari kondisi makamnya yang tidak terlalu mencolok, sebagaimana makam orang-orang besar pada umumnya.
Selain diaggap sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu setingkat wali, dirinya pun merupakan tokoh masyarakat berdarah Makasar yang kharismatik. Keseriusannya memerdalam ilmu agama, ternyata telah mampu membawa dirinya sampai ke Jazirah Arab, tepatnya ke kota Mekkah.
Di kota suci ini, selama lebih kurang dua belas tahun dia diangkat murid oleh salah seorang Muffi Mekkah bernama Abdullah Jawawi. Ketika kembali ke kampung halamannya, dia pun segera menyebarkan ilmu yang didapatkan sekaligus menjadi pelindung bagi kaum lemah dan papa.
Menurut cerita yang berkembang, setiap Datuk Ismail mengucapkan sesuatu dari mulutnya, dapat segera terwujud. Itulah salah satu karomah yang dimilikinya sebagai seorang salik atau penempuh jalan Tuhan.
Sayangnya, ketika penulis hendak mengambil gambar masjid dan makam, beberapa penjaga masjid melarang dengan keras. Hal ini karena ada sebuah peraturan yang berlaku di tempat itu, bahwa pada malam hari pengunjung tak diperkenankan mengambil gambar di sekitar makam, maupun di sekitar masjid. Terkecuali di dalam bangunan masjid.
Dengan sangat kecewa Misteri pun mengurungkan niat dan berencana menginap di Masjid Batu untuk melakukan pemotretan esok paginya. Namun, keputusan itu berubah, setelah salah seorang rekan Misteri bernama Juandi, S.Hut, kerasukan. Mendadak wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil dingin seperti es. Hal ini terjadi akibat kelalaiannya yang berani memanjat mimbar yang dikeramatkan itu tanpa diketahui oleh rekan-rekan yang lain. Karena kejadian yang tak disangka-sangka ini, di tengah-tengah kegelapan Subuh kami pun segera bergegas meninggalkan Masjid Batu dengan perasaan was-was.
Fadilah, salah seorang rekan yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan alam gaib mengatakan bahwa apa yang dialami Juandi merupakan sebuah peringatan kecil agar dirinya lebih waspada dan berhati-hati bila memasuki daerah baru. Karena di mana pun keberadaan manusia, tentulah tidak sendiri, melainkan ada juga makhluk lain yang patut dihargai. Dan itu harus dikembalikan lagi pada maksud dan tujuan kita datang ke suatu tempat.
“Itu juga yang saya katakan pada Datuk Ismail ketika beliau maujud saat menyambut dan menemani saya di tepi sungai kecil dan Masjid Batu, tutur Fadilah dengan mimik serius.
Memang terasa aneh. Tapi, memang demikianlah petualangan bernuansa gaib. Selalu ada keanehan di dalamnya. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)