Panggonan Wingit:
MISTIK DI CANDI GEDONG SONGO, SEMARANG
Di balik keindahan candi Gedong Songo terletak di Ambarawa, tepatnya di Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, ternyata tersimpan beribu kisah. Selain sebagai salah satu tempat daerah tujuan wisata, nyatanya tempat ini juga banyak dikunjung peziarah untuk berbagai maksud.
Ada yang datang untuk mencari jati diri, harta kekayaan bahkan untuk mendapatkan petunjuk. Di tempat yang berudara sejuk ini juga terdapat mata air keramat yang dapat menyembuhkan bermacam penyakit. Dan tak jauh dari candi Gedong juga terdapat Rawa Pening yang sudah terkenal keangkerannya dan petilasan Bukit Cinta banyak didatangi oleh para pemburu nomor jitu.
Untuk mengetahui dengan lebih jelas penulis berusaha untuk menelusurinya..
Pada zamannya, tiap melakukan persembahan ataupun tengah menghadapi berbagai persoalan pelik, Ratu Sima, selalu melakukannya di tempat ini.
Candi yang berada di ketinggian sekitar 1.200 hingga 1.300 meter di atas permukaan laut ini terletak di desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Letaknya yang tersebar dengan jarak 500 meter antara yang satu dengan lainnya, apalagi terletak di ketinggian, membuat siapa pun yang datang akan langsung merasa dekat dengan Sang Pencipta. Bahkan ada yang berpendapat, melihat keadaannya, maka, hanya orang-orang yang terpilih atau yang kuat tekadnya saja yang dapat mencapainya.
Pintu masuk Candi Gedong Songo. Karena pada waktu diketemukan oleh Raffles hanya berjumlah tujuh buah, awalnya, komplek tersebut terkenal dengan sebutan Candi Gedong Pitu (tujuh – Jw). Kemudian, karena diketemukan lagi dua bangunan Candi, akhirnya, candi-candi yang letaknya tersusun dari satu hingga sembilan itu lebih dikena dengan sebutan Candi Gedong Songo (sembilan – Jw). Jika ditinjau dari bentuk bangunan ataupun relief yang ada candi-candi ini di bangun pada Masa kebesaran agama Hindu. Bukti lain adalah, di sini kita akan mendapatkan relief atau arca seperti Civa Mahadewa, Civa Mahaguru, Ganeca, Durga Mahesa. suramardini, Nandikala dan Mahakala, Bahkan Yoni, yang terdapat pada bilik candi. Di samping itu, keistimewaan Candi Gedong Songo adalah terdapatnya arca gajah dalam posisi duduk (jerum – Jw) di kaki candi Gedong Tiga serta Yoni dalam bentuk persegi panjang pada candi Gedong Satu.
Banyak yang memperkirakan candi-candi ini hampir seumur dengan candi yang terdapat di daerah pegunungan Dieng yang diperkirakan di bangun sekitar abad VII hingga abad IX Masehi. Dengan kata lain, merupakan bangunan candi tertua yang ada di Jawa Tengah.
Karena pada waktu diketemukan bangunan bersejarah ini banyak yang hancur, akibatnya, sebagian besar bangunannya sudah mengalami perbaikan.
Bagi penghayat spiritual, kelompok bangunan candi yang berjumlah sembilan buah ini memiliki tingkat kekeramatan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hal ini akan tampak dengan jelas, dari banyaknya peziarah yang menempatkan bebungaan sebagai tanda penghormatan dan sekaligus memohon keberkahan. Menurut keyakinan mereka, yang paling keramat adalah candi Gedong Songo yang terletak di puncak yang tertinggi.
Sebagaimana biasa, terlebih dahulu, penulis pun memberikan uluk salam kepada penguasa gaib Gedong Songo dan sekaligus mencari juru kuncinya. Kebetulan, pak Siswoyo, juru kunci candi Gedong Songo sedang berada di rumah. Dengan penuh semangat, bapak setengah baya ini mengantarkan penulis untuk menelusuri lorong-lorong candi yang di balut dengan kekentalan mistik. Dan sebelum memasuki candi Gedong Satu, pak Siswoyo memperkenalkan dan sekaligus memberitahukan niat penulis kepada Mbah Murdo, penguasa gaib candi Gedong Songo. Manakala salam perkenalan berlangsung, walau terjadi pada siang hari, tetapi Misteri dapat merasakan perubahan suasana yang demikian mendadak. Bahkan, bulu kuduk pun langsung meremang. Dari ekor mata sebelah kiri, penulis jelas-jelas melihat adanya sekelebat bayangan. Itulah sosok Mbah Murdo, sang penguasa gaib candi Gedong Songo.
Manakala penulis menanyakan siapa mula pertama yang membangun candi ini, dengan singkat pak Siswoyo pun menjawab, “Sampai sekarang masih terjadi pro dan kontra.”
“Tetapi menurut cerita eyang buyut, Candi Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima. Raja Jawa yang pertama. Karena memeluk agama Hindu dan sebagai persembahan kepada Dewa, maka, beliau pun membangun candi-candi ini,” imbuhnya.
Ternyata bukan hanya itu, menurut tutur yang disampaikan secara turun temurun kepada sang juru kunci, candi ini memang sengaja dibangun oleh Ratu Sima sebagai tempat untuk puja semedhi baginya. Dan jika Sang Ratu kalah dalam suatu peperangan, biasanya, ia akan berdoa dan sekaligus mencari wisik gaib di tempat ini untuk memukul balik lawan-lawannya. Ternyata, wisik gaib yang diterimanya di tempat ini benar-benar jitu. Buktinya, banyak daerah yang menyatakan takluk, hormat dan bahkan mengakui akan kebesaran Ratu Sima.
Karena tempat ini sering dipergunakan oleh seorang ratu untuk melakukan puja semedhi, maka tak heran, sampai sekarang aura gaibnya masih melekat demikian kental. Akibatnya, berbagai kejadian aneh yang terjadi seolah tak mengenal waktu. Tak hanya malam, bahkan, siang pun bisa saja terjadi. Demikian ungkap bu Minem yang sudah berbilang tahun berjualan minuman ringan di sekitar candi tua ini.
“Misalnya ketika sedang sepi pengunjung, saya seperti melihat ada sepasang kekasih yang sedang asyik berpacaran. Tetapi ketika saya perhatikan, tiba-tiba, mereka hilang entah kemana,” sambungnya dengan logat Jawa yang medok.
Berbeda dengan pengalaman pak Sobari, lelaki tua yang merawat bangunan bersejarah itu. Ia berkilah, “Pada malam Selasa atau Jum’at Kliwon, saya sering mendengar seperti banyak prajurit yang sedang berjalan ke arah candi.”
“Tetapi ketika saya perhatikan, ternyata tak ada apa-apa. Akhirnya, saya pun menjadi terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu,” lanjutnya lagi.
Menurut Siswoyo, karena usia candi-candi itu sudah mencapai ratusan tahun, maka, semua kejadian aneh yang dialami oleh keduanya adalah merupakan hal yang biasa. Berbeda dengan pengalaman Kang Parman, yang sehari-harinya giat menjajakan rokok di pintu masuk candi. Suatu malam, dirinya melihat banyak orang yang berpakaian mirip orang Bali berjalan menuju candi. Ia langsung mendekati rombongan itu dengan harapan dagangannya akan laku terjual. Tetapi apa lacur, ketika di dekati, rombongan itu hilang entah kemana. Mereka seolah raib di telan bumi. Karena sudah terlalu sering melihat ataupun mengalami hal-hal yang aneh, akhirnya, para pedagang yang ada di sekitar lokasi candi menjadi terbiasa karenanya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)