Panggonan Wingit:
WISATA SPIRITUAL DI PULAU DATU, TANAH LAUT
Datu Pulut tidak ingin tempat tinggalnya dijamah binatang pembawa najis seperti anjing dan babi. Untuk itu dibuat garis memisah di sebelah selatan. Lama-kelamaan, garis pemisah yang beliau buat tersebut benar-benar memutuskan semenanjung tersebut dari daratan, sehingga menjadi sebuah pulau yang diberi nama Pulau Datu…
Kalimantan Selatan, memiliki banyak obyek wisata spiritual, misalnya Masjid Pangeran Suriansyah. Ini adalah masjid pertama kerajaan Banjar yang terletak di Kampung Kuin, Banjarmasin. Masjid kuno ini dibangun Pangeran Surtansyah (1595 – 1620), raja Islam pertarna di Kerajaan Banjar
Ada pula Masjid Agung Al-Qaramah di kota Martapura, yang berumur satu abad, namun memiliki yoni yang cukup tinggi. Karena dipercayai didirikan para Wali, di antaranya KH Surti Muhammad Arif yang lebih dikenal dengan gelar Datu Landak. Ada juga makam Syekh Muhammad Arsyah Al Banjari atau Datu Kelampayan (1710 – 1812) mercusuar Islam Kalimantan yang menjadi cikal bakai para alim ulama di seluruh persada Kalimantan.
Makam-makam zuriat atau keturunan beliau juga menjadi makam keramat yang dimuliakan banyak orang, baik yang terdapat di Brunai Darussalam, Tenggarong, Kalimantan Timur, Barito, Kalimantan Tengah, dan yang paling banyak terdapat di Kalimantan Selatan.
Ada yang di darat, pesisir pantai, bahkan ada yang dilepas pantai di sebuah pulau karang tak berpenghuni, yang oleh masyarakat Kalimantan Selatan dikenal dengan sebutan Pulau Datu. Di sinilah tempat makamnya Datu Pulut yang memiliki nama asli Syekh H Muhammad Thahir.
Satwa Langka
Pulau Datu terletak di objek wisata bahari pantai Batakan, kecamatan Batakan, kabupaten Tanah laut, 160 kilometer dari Banjarmasin. Untuk menuju pantai batakan, biasanya para wisatawan menggunakan angkutan darat berupa pick up colt atau bus. Namun, sayangnya kondisi jalan yang dilewati cukup memprihatinkan, terlebih jika musim hujan tiba, jalan yang tidak beraspal menyadi licin. Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan, sebab jalan yang dilalui bukan gunung atau bukit yang terjal, melainkan jalan datar biasa yang tidak beresiko tinggi terhadap kecelakaan.
Bahkan di sepanjang jalan, wisatawan bisa menikmati keindahan hamparan, sawah ladang dengan latar belakang gununggunung yang menghijau, juga bisa menikmati pesisir Kuala Tambangan, serta Batu Lima.
Dari pantai Batakan terlibat sebuah pulau kecil di tengah laut. itulah Pulau Datu, objek wisata spiritual yang dahulu hanya dikunjungi orang-orang tertentu. Misalnya membayar khaul karena keinginannya tercapai, mengharap berkah kekeramatannya atau berziarah karena menghormati ketinggian ilmu agamanya.
Namun sekarang, pulau Datu berubah fungsi. Tidak lagi murni sebagai obyek wisata spiritual, karena banyak pengunjung yang datang ke pulau tersebut bukan untuk nyekar di makam keramat Datu Lulut, tetapi hanya ingin menikmati keindahan panorama alam yang disajikan Pulau Datu.
Tidak semua pengunjung parai Batakan berani mengunjungi Pulau Datu kecuali para muda mudi yang menyukai petulangan. Sebab untuk menuju kesana, hanya menggunakan perahu motor dengan penumpang maksimal 14 orang. Padahal terpaan ombak di sekitar pulau tersebut cukup besar, sehingga perahu motor sering terombang-ambing. Bahkan perukan air laut sering menerpa penumpang yarg duduk di depan.
Pulau Datu yang luasnya hanya beberapa hektar ini, terdiri dari batu kararg yang menjulang, berupa bukit padas terkecil ditumbuhi pohon-pohon rambat dan lain-lain. Di puncak bukti yang gelap oleh pepohonan ini, terdapat makam Datu Lulut atau Syekh H. Muhammad Thahir beserta istri dan keturunannya.
Di samping, makam terdapat sebuah tempat peristirahatan berlantai papan yang tampak kotor, juga piring, cangkir, dan ceret berisi air, disediakan untuk pengunjung yang mungkin kelelahan sehabis mendaki bukit karang. Makam dan tempat peristirahatannya tidak terawatt ini dapat dimaklumi. Karena pulau Datu tidak dihuni manusia, juga jaraknya yang bermil-mit dari pantai Batakan, membutuhkan waktu sekitar 30 menit jika menggunakan perahu motor.
Untuk bersandar perahu-perahu bermotar yang mengantar jemput penumpang, disediakan dua dermaga, barat dan timur. Di dermaga barat, tersedia tangga batu yang mulai agak rapuh. Di dermaga timur, terdapat tangga ulin. Kedua tangga tersebut dibuat untuk memudahkan para peziarah mencapai makam. Datu Lulut yang terletak di puncak bukit.
Pulau Datu tidak hanya menyuguhkan nuansa spiritual, sebab pulau karang tersebut memiliki pesona alam tersendiri. Hampir seluruh bukitnya ditumbuhi pepohonan yang rimbun. Di antara pchonpohon inilah, hidup sekelompok Bekantan. Ini jenis kera berhidung panjang dengan hulu berwana cokiat putih keabu-abuan atau kekuning.
Legenda
Menyimak keberadaan pulau Datu, tidak lepas dari legenda masyarakat setempat. Menurut cerita rakyat, dahulu pulau Datu bukanlah sebuah pulau, melainkan sebuah semenanjung. Di ujung semenanjung itu, hidup seorang alim ulama dari kota Martapura, Serambi Mekkah-nya Kalimantan Sebagian masyarakat mengatakan, beliau salah seorang keturunan Datu Kelampayan Syekh Muhammad Arsyah Al Banjari. Ulama penyebar ajaran Islam ini dikenal dengan sebutan Datu Lulut atau Pulut, karena beliau suka memulut burung.
Namun, burung-burung yang berhasil kena pulut, beliau lepas kembali ke alam bebas. Tidak pernah beliau Kurung apabila disembelih untuk dimakan. Karena beliau Juga seorang sufi, beliau tidak Ingin tempat tinggalnya dijamah binatang pembawa najis seperti anjing dan babi. Untuk itu dibuat garis memisah di sebelah selatan. Lama kelamaan, garis pemisah yang beliau buat tersebut benar-benar memutuskan semenanjung tersebut dani daratan, sehingga menjadi sebuah pulau yang diberi nama Pulau Datu. Di pulau tersebut, sekarang hanya hidup binatang-binatang seperti burung-burung dan sekelompok Bekantan yang dianggap sebagai ‘penunggu’, yang keberadaannya tidak boleh diusik agar tidak mendapat celaka.
Makna filosofis yang terkandung dari cerita rakyat tersebut, sangat erat kaitannya dengan pelestarian lingkungan alam, terutama untuk pelestarian lingkungan alam. Pulau Datu itu sendiri yang dihuni satwa langka, yang hanya hidup di Kalimantan serta keberadaannya dilindungi pemerintah berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar.
Namun sayangnya, obyek wisata spiritual Pulau Datu ini, tidak ditata dengan apik, sehingga para wisawatan domestik saja yang mengunjunginya. Kalau saja Dinas Pariwisata setempat pandai mengelola tempat wisata ini, misalnya saja merenovasi tangga batu sebelah barat sebagaimana tangga Pura Tanah Lot, serta memperindah makam Datu Pulut dari tempat peristirahatannya, Pulau Datu menjadi tempat wisata yang mempunyai nilai lebih dibanding tempat-tempat wisata lain di Kalimantan Selatan. Bahkan tidak mustahil akan dilirik wisatawan mancanegara. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)