PENGALAMAN NAIK KAPAL HANTU
Bersama lima pemuda asal kota Lombok Timur, Paranormal-Indonesia.com berkemah di pulau ini pada malam Jum’at Kliwon, tanggal 9 Januari 2004 yang lalu. Dengan menyewa perahu nelayan, kami mengarungi ombak berketinggian dua meter berangkat dari desa Lingga Ujung pukul 18.50 Waktu Indonesia Tengah (WIT) dan sampai di tengah laut Selat Lombok pukul 19.30 WIT.
Penggagas acara ritual dan penjelajahan gaib ini, Amran Wirabhakti, 26 tahun, adalah calon investor yang berminat membuka pulau itu sebagai daerah tujuan wisata gaib. Tapi kepada Paranormal-Indonesia.com Amran menyangkal bahwa penjelajahan itu sebagai suatu usaha perusahaannya yang berminat akan membuka suatu daerah bisnis pariwisata; “Secara bisnis, daerah ini sangat tidak layak untuk dikembangkan. Siapa sih mau datang ke daerah yang dihuni banyak hantu?” tanya Amran, tidak menuntut jawaban. Amran yang sudah 10 tahun mempelajari secara khusus ilmu menjinakkan hantu ini, melibatkan guru spritualnya dalam ekspedisi dunia gaib itu, Ki Rangga Suryana, 56 tahun, paranormal kota Dompu, yang jadi komandan ritual. Ki Rangga bersedia diajak muridnya untuk mengundang kapten kapal hantu agar maujud dan berdialog dengan tim sebagi suatu tantangan profesi. “Sebagai seorang praktisi bidang supranatural mengundang makhluk gaib, saya merasa tertantang dalam ekspedisi ini” kata Ki Rangga.
Ki Rangga Suryana ini adalah juru kunci Pesarean Gajahmada yang ada di puncak Gunung Tambora, 2821 dpl di utara Dompu. tokoh berpenampilan eksentrik itu bisa membawa siapapun yang berminat untuk bertemu dengan Gajahmada, panglima perang kerajaan Majapahit di abad 14-an lalu. Tentang keberadaan Gajahmada di Gunung Tambora, Pulau Sumbawa ini, Kiyai Haji Yahya Assegaf pengelola majelis taklim Pramuka, Jakarta itu, mengakui bertemu Gajahmada di puncak gunung itu. “Saya sempat bersalaman dengan Gajahmada di sana. Tangannya sangat lembut selembut kapas!” tutur Kyai Yahya Assegaf yang biasa dipanggil habib ini.
Walau tidak sepintar gurunya, Ki Rangga juga mampu berkomunikasi dengan makhluk gaib, baik berupa arwah manusia yang sudah mati maupun bertemu dengan makhluk gaib jenis jin kafir atau jin muslim yang ada di wilayah NTB. “Dia murid saya yang paling duluan tamat. Walau dia pengusaha yang sukses, tapi dia mau secara serius mendalami ilmu itu dan dia telah mendapatkannya” puji Ki Rangga.
Karena laut sedang dilanda angin barat, maka perjalanan malam itu sungguh mencemaskan jantung. Soalnya perahu yang kami tumpangi sudah berada di bawah ombak. Gelombang laut dari angin barat itu melambung antara dua sampai dua setengah meter dengan kecepatan angin rata-rata 70 km per jam.
Tapi untunglah, di malam yang gelap gulita tanpa bulan dan bintang itu, kami didampingi seorang yang memiliki ilmu sakti mandraguna semacam Ki Rangga. “Kalian terus berdoa meminta keselamatan pada Allah dan jangan sekali-kali melihat ke belakang. Pandangan kalian harus ke depan dan yakinlah bahwa perahu kita tak akan tenggelam,” perintah Ki Rangga, setelah melihat sebagian anggota tim yang ketakutan melihat ombak yang nyaris menenggelamkan perahu tim itu.
Belakangan setelah penulis tanya pada Ki Rangga, dapatlah diketahui, bahwa apabila kita melihat ke belakang, perahu akan karam. Soalnya ada makhluk semacam monster yang ada di belakang perahu kami, yang bila dilihat akan marah dan akan mencelakai perahu yang ditumpangi. Makhluk di belakang itu ternyata monster samudera, hantu laut yang sering maujud seperti gurita raksasa, yang pernah mencederai sebuah kapal Lee Ben Tong milik pengusaha Singapura di Laut Cina Selatan.
“Nelayan setempat tahu persis soal itu. Maka ketika ombak menggulung begitu besar, mereka tidak boleh melihat ke belakang” ujar Ki Rangga.
Perahu kami sandar di Pulau Anggana pukul 23.30 WIT. Semua ransel diturunkan dan kami membangun tenda di bawah sebuah kayu mahoni berdiameter dua meter. Begitu tenda sudah terpasang, Ki Rangga menaburkan garam keliling tenda agar ular tidak berani masuk tenda. Sebab selain biawak, di pulau berluas 45 hektar itu banyak terdapat ular sanca yang besar-besar, yang beberapa kali memakan babi hutan yang masih berjumlah ratusan di puIau itu.
Pukul 24.00, Ki Rangga dan rombongan memasang dupa di pinggir selatan Pulau Anggana. Di dekat dupa ada beberapa jajanan pasar dan ketan putih bercampur hitam. Di sebelahnya lagi terlihat tumpukkan bunga tujuh warna, yang dipersiapkan dari Mataram pagi harinya.
Pada saat asap dupa dari kemenyan Arab itu menyala, tiba-tiba dari arah laut timur, terdengar suara gemuruh. Sebuah kapal besar nampak sandar dengan lampu yang terang benderang. Dari dalam kapal itu terdengar suara musik orkestra yang membawa lagu-lagu klasik Eropa Timur dan Eropa Barat; Ada lagu In Fantasia yang Bethoven dan ada lagu Great Romance karya Christian Zanneti.
“Mereka sudah datang, kalian jangan bergerak dulu sebelum aku perintahkan!” perintah Ki Rangga, sambil menyemburkan asap Elizabeth Arden dari mulutnya. Kami terguncang hebat. Tubuh kami sama-sama panas dan berasap, seakan ada embut yang keluar dari lobang pori-pori. Asap itu, ternyata kekuatan Elizabeth Arden untuk menahan kekuatan energi yang dikeluarkan oleh makhluk gaib di kapal hantu itu.
Penulis mengikuti komando Ki Rangga. Walau di balik rasa takut ada rasa penasaran untuk segera melihat, tapi karena larangan Ki Rangga, maka niat itu diurungkan. Setelah 10 menit suara itu menggema, barulah Ki Rangga berdiri. Dia mengajak kami mendekati kapal. Suara jeritan wanita mengiang dan merindingkan bulu kuduk, suara tangis bayi membuat jantungku berdetak hebat.
“Kalian harus tenang, anggaplah kapal itu kapal biasa, bukan kapal hantu” kata Ki Rangga.
Setelah membentang-bentangkan tangannya ke langit, Ki Rangga mengajak kami menaiki tangga kapal. Kami masuk ke dalam kapal yang aromanya sangat harum, wangi seperti bunga melati dan bunga mawar. Bebauan yang menusuk hidung itu harus dinikmati, dihirup sampai ke dalam tubuh. Demikian perintah Ki Rangga.
Kenapa pakar itu memerintahkan begitu? Apa maksudnya? Ternyata, bila kita menghisap sampai ke dalam tubuh, itu artinya kita bersatu dengan mereka. Bau-bau yang dihisap itu menjadi sarana komunikasi dan intraksi alam gaib dengan makhluk halus itu. “Kita sudah masuk dalam habitat mereka. Jika tidak, kita tidak dapat berinteraksi dengan kelompok itu dan mereka menolak kehadiran kita” ujar Ki Rangga.
Singkat cerita, kami masuk dalam suatu kapal abad 19 yang mewah. Bobot kapal itu sekitar 10 ton dengan tonase muatan sekitar 20 ton. Dengan begitu, kapal itu cukup besar menurut ukuran kapal tempo dulu. Walau kapal itu terbuat dari kayu ulin, tapi kapal itu sangat nyaman. Interior dan gardening cukup apik. Ada taman bunga kecil di depan kapal dengan bunga tulip secara hydrophonic. Di dalam ruang restorasi deretan minuman beralkohol secara lengkap. Di dinding restorasi, terdapat tiga lukisan pelukis Belanda Van Gogh, Leonardo Da Vinci dan lukisan kubisme Piccaso. Di bartender nampak terlihat tiga wanita cantik berbusana top tank dengan gelas minuman beralkohol dosis tinggi seperti Remy Martin, Corvoiser dan John Sexored.
“Kita tidak boleh memakan dan meminum apapun yang ada di kapal ini. Jika kita minum dan makan, kita tidak akan bisa kembali ke dunia kita lagi, setelah itu kita akan muksa, raib bersama habitat mereka,” kata Ki Rangga lagi.
Memang, begitu bertemu dengan kapten kapal, Ruud Van Homme, yang menyodorkan whisky, kami sedapat mungkin menghindar. Begitu terpojok, terpaksa harus menerima sebagai apresiasi, kami memegang sloki yang ditawarkan tapi kami tidak meminumnya. Pura-pura minum, tapi tidak menelannya. Maka Ki Rangga senang, karena Tuan Ruud Van Homme tidak tersinggung. Tuan penguasa kapal itu senang karena mengira kami minum. Mr. Ruud nampak tampan sekali. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan rambutnya coklat, tidak blonde. Wajah Mr. Ruud mengingatkan kita pada bintang Hollywood Mickey Rourkie yang bermain sangat bagus dalam film Wild Orchid. Terkadang tampangnya juga agak mirip dengan Luis Figo, bintang lapangan tengah Real Madrid Spanyol yang berdarah Portugal itu.
Sementara suara teriakan bayi dan jeritan wanita tiba-tiba, menghilang, yang dikatakan oleh Tuan Ruud bahwa suara anak-anak dan wanita yang terdengar di kapal itu, adalah korban kebakaran, ibu dan beberapa anak yang terbakar pada suatu musibah kapal ini yang pernah terbakar di tahun 1936 di Selat Lombok itu.
Bertemu kapten kapal hantu ini ternyata tidak berlangsung lama. Beberapa menit mengobrol, Si Tuan mohon pamit untuk meneruskan perjalanan ke Eropa Barat. Alkisah, kapal hantu yang sering membuat takut nelayan Lombok dan Sumbawa itu ternyata kapal arwah yang terbakar di Selat Lombok, dekat Dermaga Lembar pada tahun 1936 yang lalu. Semua isi kapal selamat, kecuali seorang ibu dan tiga anaknya yang masih kecil, ikut terbakar di dalam kamar kapal di dek bawah.
Kapten Ruud berhasil selamat bersama nakhoda lain. Tapi mereka mati beberapa tahun kemudian setelah kapalnya tertembak rudal di Samudra Atlantik. Setelah jadi arwah, mereka kembali kumpul di kapal yang bernama Rotterdam Beauty itu dan selalu menampakkan diri di perairan Lombok.
Ki Rangga yakin, bahwa kapal itu tidak akan mencelakakan manusia, baik nelayan maupun turis yang akan masuk ke Pulau Anggana. Maka itu, Ki Rangga tidak mau mengusir kapal itu dan membiarkannya muncul di setiap malam Jum’at Kliwon. Pada malam angker itu, si kapal akan muncul bila diritual dan dipanggil, sebagaimana yang dilakukan Ki Rangga. Kadang-kadang, jika tidak dipanggilpun, kapal suatu waktu akan muncul dan dapat dilihat oleh siapapun yang kebetulan punya ketajaman indera ke enam.
“Nelayan yang selama ini dapat melihat, seperti Pubuh Swaskita, 45 tahun, karena mempunyai indera ke enam. Puguh mampu melihat suatu yang halus menjadi jelas, karena dia punya indera ke enam yang sangat tajam dan baik” tutup Ki Rangga.
Besoknya, kami pulang ke Mataram dan menceritakan kejadian itu pada pemerintah daerah; Pemda akan membangun daerah itu dan akan menjadikannya kawasan wisata mistik; Tapi, benarkah itu akan terwujud, kita tunggu saja nanti. Daerah wisata mistik. memang belum ada dikelola oleh pemerintah secara permanen hingga sekarang. ©️KyaiPamungkas
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)