Kisah Kyai Pamungkas:
UJUNG HIDUP PEMUJA UANG GAIB
DENGAN BERSEMEDI DI PANTAI CIPATUJAH, MAKA UANG BALIK ITU AKAN DATANG BERSAMA GELAP MALAM DAN ANGIN YANG MEMBADAI. DENGAN UANG ITU ANDA BISA KAYA. TAPI, ADA HUTANG YANG HARUS DIBAYAR…
Di era tahun 90-an, di desanya yang terletak di kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Adang sudah dikenal sebagai salah seorang pengusaha yang sukses dan dermawan. Usahanya memang tergolong amat maju. Bahkan di pusat kota Bandung, kala itu toko emasnya dapat dikatakan yang terbesar. Belum lagi usaha yang lainnya. Pokoknya, Adang boleh dibilang sebagai konglomerat untuk ukuran Tasikmalaya dan sekitarnya. Murah hati dan tak segan-segan membantu orang yang sedang ditimpa kesulitan, merupakan sifat keseharian Adang yang sangat dihormati. Saat penerangan listrik di desanya belum ada, sementara rumahnya sudah memasang listrik dengan tenaga diesel yang dipunyainya, Adang pun memberikan aliran listrik secara cuma-cuma kepada tetangga dekatnya. Terutama untuk kepentingan umum dan masjid. Boleh dikata, tiap ada kegiatan di desanya, Adang selalu menjadi seponsor utama.
Waktu terus berlalu. Bak air yang semakin surut, entah kenapa perlahan tetapi pasti usaha yang dirintis Adang mulai terpuruk. Satu per satu, aset perusahannya pun mulai berpindah tangan. Tiap hari, ada saja yang datang mencarinya untuk menagih utang. Semua warga desa tak pernah menyangka, Adang yang begitu kaya dan dermawan ternyata bisa jatuh miskin. Tapi begitulah kehidupan ini. Kata orang, seperti roda pedati. Kadang di atas, tapi sekali waktu bisa ada di bawah.
Setelah jatuh miskin, Adang berusaha mencari pinjaman guna membangun kembali usahanya. Tetapi hasilnya tetap saja sama, nihil. Bahkan utangnya menjadi kian bertumpuk.
Setelah semua usahanya gagal, kini Adang betul-betul patah semangat, hidupnya pun menjadi tak tenang. Untuk menghindari orang-orang yang datang menagih utang, belakangan, Adang menjadi jarang tinggal di rumahnya. Kabarnya, ia selalu bersembunyi di tempat-tempat yang terpencil.
“Bu, jika keadaan terus begini, rasanya aku tak sanggup lagi,” keluh Adang pada istrinya. “Aku kasihan melihat anakanak harus menanggung kesulitan yang seperti ini.”
“Yah, bagaimana. Semua usaha sudah kita coba, bukannya berhasil, malahan utang yang makin bertumpuk,” jawab sang istri dengan nada sendu sambil menerawang jauh entah kemana.
“Bu, aku akan mencari orang pintar. Siapa tahu ia bisa menolong kita. Doakan Saja, mudah-mudahan berhasil,” sambung Adang sambil berdiri dan mencium kening istrinya. Dengan diiringi isak tangis isterinya, Adang pun segera pergi dengan membawa beberapa lembar pakaian dan bekal ala kadarnya.
Dan sejak itu, Adang tak pernah lagi tampak di desanya. Bahkan semua penduduk yang dulu sangat segan kepadanya tak pernah ada yang tahu, kemana perginya sosok yang dulunya amat dermawan dan disanjung oleh warga masyarakat desanya.
Bagaimana perjalanan Adang yang sebenarnya? Walau berbilang orang pintar dan makam keramat telah didatangi, tetapi hasilnya tetap saja sama. Nihil! Tapi Adang tak pernah kenal kata putus asa. Cita-citanya sudah bulat. Ia ingin mengembalikan kejayaan yang pernah dimilikinya.
Perjuangan yang tak mengenal lelah akhirnya membuahkan hasil juga. Adang bertemu dengan salah seorang kakek yang tinggal jauh dari keramaian dan berjanji akan mampu mengembalikan kesuksesannya.
Setelah menceritakan keluhannya, dengan tersenyum sang kakek pun berkata, “Aku bisa membantu, hanya saja, engkau harus siap untuk menjalani syarat yang amat berat.”
“Baik, saya akan berusaha untuk memenuhinya,” sambut Adang cepat.
“Jika begitu, besok engkau harus memulai ritualnya,” ujar sang kakek.
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Dan ritual langsung saja dilakukan di Laut Selatan, tepatnya di kawasan Pantai Cipatujah, Tasikmalaya.
Malam itu, diiringi dengan gemuruhnya ombak dan purnama penuh, tampak dua orang anak manusia sedang melakukan upacara sesembahan. Dan manakala ritual itu usai, sang kakek kembali berkata, “Sekarang engkau tinggal menungu jawaban dari penguasa Laut Kidul.” Ia bangkit dari duduknya sambil tersenyum puas. “Nah, mulai sekarang semedilah di tempat ini sampai jawaban berhasil engkau dapatkan. Dan aku akan kembali ke pondokku,” sambung sang kakek.
Diantara karang terjal yang menjulang dan menjorok ke laut, Adang pun bersemedi dengan khusuk. Ia tak memperdulikan hawa dingin dengan sengatan serangga yang terus mengganggunya.
Pada malam yang ketiga, alam seolah memberi pertanda bahwa jawaban akan diterima. Malam itu, ombak yang semula tenang tiba-tiba meninggi, sementara semilir angin telah berubah menjadi badai. Suasana benar-benar mencekam dan mendirikan bulu roma. Walau apa pun yang akan terjadi, tetapi Adang telah bertekad untuk menyelesaikan semedinya.
Tekad yang sedemikian kuat akhirnya membuahkan hasil. Adang merasakan ada sesuatu di pangkuannya. Perlahan ia membuka matanya, ternyata, beberapa lembar uang kertas. Hatinya bertanya-tanya. Ia tak paham dengan pertanda yang didapatkannya. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada sang kakek yang menolongnya. Begitu Adang memberikan lembaran uang itu, sang kakek pun berkata,
“Bagus… bagus, rupanya Sang Ratu perkenan untuk menolongmu!”
“bagaimana mungkin? Potong Adang.
“Uang ini bukan uang sembarangan. Tiap engkau membelajakan, maka uang ini dengan sendirinya akan kembali lagi kepadamu. Tapi ingat, engkau tak boleh sekali-kali membelanjakan uang ini di kota Tasikmalaya,” ujar sang kakek dengan wajah gembira. Adang melihat bintang kehidupannya akan segera bersinar benderang.
Tak lama setelah itu, Adang pun kembali ke desanya. Dan sejak itu, perlahan tetapi pasti, usaha Adang mulai berkembang. Bahkan belakangan, Adang tak pernah gagal dalam usaha yang dirintisnya. Karena merasa usahanya berhasil atas jerih payahnya sendiri, Adang pun menjadi lupa akan pantangan yang dikatakan oleh sang kakek.
“Bu… bagaimana jika uang gaib ini kita pakai belanja di Tasik?” cetus Adang pada istrinya.
“Jangan macam-macam. Bukankah Bapak sudah tahu pantangannya,” tukas istrinya.
“Tapi… setelah usaha kita maju, bukankah kita tak perlu lagi dengan uang gaib ini. Lagi pula, aku kurang percaya dengan pantangan itu,” bantah Adang.
Entah karena godaan, yang jelas, kian hari hati Adang kian penasaran untuk membelanjakan uang gaib itu. Dan benar, ketika dibelanjakan uang gaib itu tak kembali lagi kepadanya. Karena simpanan kekayaan yang telah berlimpah, agaknya Adang tak mau perduli dengan hal yang kecil itu. Padahal ia tak sadar, selama ini usahanya selalu dibantu dengan kekuatan gaib dari uang yang diperolehnya saat ia melakukan tapa brata di pantai Cipatujah.
Segalanya seakan berlangsung dengan wajar. Sejak kehilangan uang gaibnya, usaha yang dirintis Adang pun mulai berangsur-angsur turun, bahkan cenderung bangkrut. Tepat sebulan sejak kehilangan uang gaibnya, usaha yang dirintis Adang pun praktis bangkrut. Utang kembali melilit kehidupannya. Tatkala menyadari semua ini, Adang hanya bisa menyesali nasibnya.
Cobaan agaknya tak hendak lekang dari diri Adang. Kini ia mulai sakit-sakitan. Dan akibat menanggung beban batin yang berkepanjangan, tiga bulan setelah itu Adang pun meninggal dunia. Diam-diam banyak yang menyangka, Adang pasti diambil sebagai tumbal. Sementara istri dan anaknya, kini hidup dalam keputusasaan di sudut terminal kota Kembang, Bandung. Inikah harga dari sebuah persekutuan gaib? ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)