Kisah Kyai Pamungkas:
DITEMUI ARWAH PENASARAN
Tak bisa dipercaya, jika dalam ritual pengajian malam ketiga, roh arwah Tuti muncul. Meski tak dapat dipahami, namun mereka yakin jika kematian gadis itu belum sempurna. Tak hanya arwah Tuti, pada malam yang sama juga ditemui tamu tak diundang. Lelaki berkumis tebal itu, memesan lubang makam.
Kisah ini dituturkan oleh seorang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bernama Daud, bukan nama sebenarnya. Setelah kepulangannya dari Malaysia, Daud memutuskan tinggal di desa saja, untuk mengurusi keluarga. Bekerja dari satu tempat ke tempat lain sudah sangat menjemukan. Karenanya ia ingin menghabiskan hari tua di rumah sambil mengawasi empang (kolam ikan) warisan almarhum ayahnya. Lelaki yang mengaku asli orang Karawang, Jawa Barat ini adalah sosok suami taat beribadah sekaligus pigur bapak yang bertanggung jawab terhadap keluarga.
Hasil pernikahan dengan Komalasari dikaruniai seorang putri bernama Astri yang sekarang sudah menginjak usia remaja dan seorang putra yang kini masih duduk di kelas enam SD. Kedua buah hati itulah yang kerap membayangi benak Daud setiap kali merantau di negeri orang. Bapak sederhana, yang sudah merasakan getirnya bergelut dengan keringat, merasa kapok jadi pahlawan devisa negara. Kenyataannya, jauh panggang dari api. Demikian penyesalan lelaki berkulit hitam setiap Kali mengingat pengalamannya di luar negeri.
Saat itu masih diingat. Ternyata tak hanya modal fisik kuat dan mental baja, kenekatanpun kiranya diperlukan untuk tetap kerasan. Namun bagi Daud, semuanya itu tak berlaku. Membayangkan kedua buah hatinya di tanah air, adalah gangguan yang tak bisa dihilangkan setiap kali beraktifitas. Akhirnya, kurang dari satu tahun, berada dalam lingkungan yang keras telah membuatnya begitu cepat kembali ke kampung halaman. Ia berprinsip, hujan emas di negeri orang, masih lebih baik hujan batu di negeri sendiri.
Melalui biro ilegal, ia berhasil pulang dari tanah jiran. Meski sebelumnya banyak kesulitan dalam proses pengembalian ke tanah air. Lelaki yang anti rokok ini harus bersyukur, meski tak membawa hasil seperti yang diharapkan, sampai di rumah dengan tak kurang satu apapun sudah merupakan sebuah anugerah besar.
Akan tetapi, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Kira-kira begitulah pepatah yang pas untuk lelaki berkumis ini. Pasalnya, tak beda jauh dengan di negeri orang. Di kampung halamannya sendiri hingga berbulan-bulan lamanya masih sulit memperoleh pekerjaan. Nasib baik belum berpihak, akan tetapi ia tetap berusaha dan berdoa.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini boleh dikata belum cukup mapan bahkan selalu kekurangan materi. Untuk itulah kenapa setiap hari Daud Danugiri, demikian nama lengkap sumber inspirasi penulis kali ini, begitu ngotot mencari nafkah. Baginya, memiliki perkerjaan adalah harga diri, apapun bentuknya. Sekalipun harapan tersebut berada didasar samudera, begitu kira-kira semangatnya.
Doa lelaki yang berpembawaan kalem yang dipanjatkan setiap kali usai shalat, akhirnya didengar Sang Illahi Robbi. Suatu hari, seorang rekan dari dinas kebersihan dan pertamanan tata kota, menawarinya pekerjaan. Meski hanya pekerja lepas sebagai tenaga kebersihan jalan, ia masih bisa berbangga hati. Dengan demikian ia tidak lagi berstatus pengangguran. Untuk saat ini yang penting dapur ngebul.
Seperti pekerjaan yang satu ini mungkin tak banyak dilirik orang. Meski dengan upah minim sekalipun, tetap ia jalani dengan ikhlas. Dengan begitu bisa mengawasi kedua anaknya dengan baik. la tak ingin nasib yang menimpa buah hatinya, terutama Astri serupa dengan nasib almarhumah Tuti, putri tetangganya yang mati gantung diri akibat pergaulan yang kebablasan dan kurangnya pengawasan orang tua.
Kesibukan yang mengharuskannya bangun di pagi buta telah membuka mata hati. Dari rutinitas itulah banyak yang telah diperoleh termasuk pengalaman dan wawasan. Hingga pada kesempatan lain, lelaki 36 tahun kembali mendapat job pekerjaan yang menurutnya cukup unik. Yakni sebagai penggali kubur di pemakaman umum. Meski pekerjaan tersebut baru pertama kalinya dilakukan, namun telah membuat lelaki yang mengaku lahir di desa Wadas, kecamatan Teluk jambe berpikir lebih keras.
Pertama bertugas sebagai penggali kubur, merasakan takut bukan kepalang. Apa lagi, bila mendapat pekerjaan yang mengharuskannya menggali lubang kubur di malam hari. Namun seiring berjalannya waktu, rasa takut karena seramnya saat penggalian, perlahan terkikis oleh banyaknya kebutuhan financial rumah tangga. Sebaliknya dalam hati mulai muncul perasaan senang. Apa lagi setelah menemukan rekan yang cocok untuk urusan pekerjaan.
Di lokasi pemakaman umum Sirna raga inilah Daud memulai pekerjaannya. Profesi yang digeluti tak hanya sebatas sebagai seorang penggali kubur biasa, tetapi lebih dari itu ia juga memiliki kemampuan sebagai seorang pemindah jasad mayat di kuburan tersebut. Bahkan iapun tidak menolak jika ada orang atau ahli waris almarhum yang jasadnya ia kuburkan, meminta untuk mengaji.
Pekerjaan yang digelutinya memang tak seperti pekerjaan biasa pada umumnya. Namun diperlukan keberanian dan keahlian khusus saat melakukan pekerjaan. Sekaligus membuang rasa takut, dan mencermati bagaimana cara mengambil jasad yang telah membusuk serta mengenali berbagai macam tulang belulang manusia yang sudah bercampur dengan tanah. Pekerjaan laki-laki yang telah dikaruniai 2 orang anak ini merasa tak lagi mengenal istilah takut terhadap roh orang yang telah mati.
Bahkan dalam proses pekerjaan tersebut, tak jarang pula jika dirinya kerap menemukan berbagai macam benda berharga milik korban yang dengan sengaja diikut sertakan dikubur bersama dengan jasadnya. Di antaranya, gigi emas, dan cincin ataupun batu akik. Hal ini merupakan rejeki tersendiri bagi Daud dan Asep, rekannya yang telah lebih dahulu menekuni profesi tersebut.
Selama bertugas, Daud dan Asep menempati pos jaga yang dibangun di gerbang depan area pemakaman. Namun Asep-lah yang lebih sering menempatinya, karena ia tidak memiliki keluarga seperti Daud. Begitu luasnya area pemakaman, membuat keduanya berbagi tugas untuk mengontrol. Sebagai penjaga makam berpengalaman, Asep agaknya sudah hapal betul tempat-tempat mana saja yang harus dihindari karena keusilan penghuninya.
Daud sendiri sebenarnya kurang begitu percaya. Kendati demikian, memang ada mitos-mitos yang harus dipegang erat-erat. Salah satunya seperti jangan bersiul di malam hari. Konon, apa bila mitos ini dilanggar maka akan menghadirkan sosok gaib berwujud harimau bahkan kuntilanak.
Meski Daud kurang menggubris cerita tersebut, namun ia tidak pernah menentang cerita lelaki kurus yang usianya lebih muda darinya itu. Bertahun-tahun kehidupan kedua penjaga makam itu dihabiskan di TPU. Bermacam-macam penampakan makhluk gaib, katanya, sudah mereka lihat. Mungkin akibat seringnya melihat kuntilanak, wewe gombel ataupun makhluk halus lainnya, mereka tidak merasa takut lagi.
“Yang penting kita jangan mengusili mereka, kang,” tandas Asep yang memang dikenal pemberani.
Kalau malam, lelaki ini jarang sekali tidur. la malah memilih siang hari untuk tidur. Daud sendiri masa bodo saja, toh temannya memang masih bujangan, tidak seperti dirinya.
Sebagai penjaga makam, kejadiankejadian ganjil kerap mereka alami. “Jenis makhluk apa yang belum mengganggu, mas. Hampir semua jenis hantu pernah mengganggu kami,” jelasnya, membuka perbincangan dengan penulis. Dari pengakuanya, roh penasaran yang suka usil itu rata-rata adalah arwah yang baru saja dikuburkan.
Bahkan Asep mencontohkan kejadian menyeramkan ketika dirinya masih bertugas sendiri. Kala itu ia sedang bebas tugas, lantaran selama sepekan menjaga ibunya yang sakit keras di rumah sakit Jakarta. Pada waktu dirinya absen, ia tidak hadir dan tidak turut membantu menggali lubang makam untuk jasad wanita yang meninggal saat melahirkan.
“Ketika saya tugas kembali. Malam harinya, arwah wanita itu menampakkan diri di depan saya, mas. Meski tidak menyeramkan, tetapi kehadirannya cukup membuat saya kaget,” tuturnya menerangkan kejadian saat itu.
Malam itu, Asep baru saja pulang dari warung kopi. Saat membuka pintu pos, . ia melihat seorang wanita melintas dan memasuki areal pemakaman yang dijaganya. Merasa ada yang ganjil dengan wanita itu, Asep diam-diam mengikutinya. Dan setelah jarak cukup dekat sosok itu lantas ditegurnya dengan mengatakan ada keperluan apa malam-malam masuk ke pemakaman. Yang ditegur memang menjawab pertanyaan Asep. namun wanita itu tetap dalam posisi berdiri membelakangi.
“Katanya ia mau pulang ke rumahnya di belakang sana,” ujar Asep menirukan ucapan wanita tak dikenalnya itu.
Selanjutnya diterangkan, begitu menyaksikan tubuh wanita itu berbalik menghadapnya, ASEP terkesiap kaget. Ternyata wanita itu tidak sendiri, tapi bersama seorang bayi yang sedang disusui. Yang menjadikan Asep terkesiap, bukanlah sosok ibunya, melainkan oleh wujud bayi itu yang nampak menyerupai tengkorak, tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhnya. Bahkan yang menjadikan bulu kuduknya merinding saat itu, tatkala melihat ibu dan bayinya itu tertawa terkekeh-kekeh mengejek Asep yang ketakutan hingga dirinya terkencing di celana.
Meski yang dihadapi bukanlah manusia, Asep berinisiatif mengusir mereka.Tapi tetap saja wanita itu tidak mau pergi. Akhirnya, dengan menggunakan sedikit kekerasan, barulah ibu dan bayi itu pergi. Saat beranjak itulah, wanita tersebut tiba-tiba berubah wujud menjadi bentuk kain putih yang terbang berputar-putar di area pemakaman.
“Jika saja tidak ada tukang ojek yang mencari saya karena ongkos yang saya bayarkan sepulang dari warung kopi kurang, mungkin saya mati lemas di tempat itu,” imbuh Asep, sebagaimana yang diceritakan Daud tentang pengalaman teman kerjanya.
Bahkan ditambahkan Daud satu pengalaman magis yang belum tentu dialami setiap orang. Yakni di saat keduanya sedang menggelar pengajian di kuburan, “Saya masih ingat, mas. Peristiwa itu terjadi sekitar pertengahan tahun 2005 silam,“ ujar pria yag memiliki fostur tubuh sedang ini.
Saat itu tepat malam Selasa kliwon. Bersama Asep, rekannya, mendapat job menggelar ritual pengajian di makam Tuti, gadis perawan ting-ting yang mati gantung diri. Menurut selentingan, kedua orang tua Tuti tidak merestui hubungan mereka berlanjut ke pelaminan. Sehingga membuat kedua pasangan muda usia itu frustasi dan nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri di pohon nangka di pinggir sungai Citarum.
Menurut kepercayaan yang sudah berlangsung turun temurun dan tidak jelas asal-usulnya, konon bila anak perawan meninggal di hari keramat (Selasa Kliwon), maka ikatan atau tali pocongnya mengandung tuah gaib. Tak mengherankan jika kemudian banyak orang yang memburunya, terutama bagi orang yang menganut ilmu aliran hitam.
Mereka akan berusaha sekuat tenaga mengambil tali pocong tersebut. Katanya, benda ini dipercaya dapat dijadikan jimat ilmu menghilang. Itulah sebabnya, kenapa keluarga almarhumah meminta pusara anaknya dingajikan selama satu Minggu. Hal inilah yang membuat keluarga itu merogoh kocek lebih dalam untuk membayar orang atau penjaga makam yang andil dalam pengajian tersebut.
Diceritakan, malam itu selepas Isya, tepatnya malam ketiga. Daud dan Asep kembali mendatangi kuburan Tuti, untuk melanjutkan ritual pembacaan ayat-ayat SUCI Al-Qur’an. Seperti malam-malam sebelumnya. Tiba di pemakaman umum yang terbelah oleh jalan tembus ke kawasan Cihuni ini, si ibu (ibunya Tuti) sudah menunggu ditemani pak Karya, suaminya.
Mereka rupanya belum bisa menghilangkan kesedihan hati. Ini terbukti dari mata keduanya yang masih nampak merah dan sembab karena sudah terlalu lama menangis. Suasana di lokasi pun tak ada perubahan. Sebuah tenda dari kain terpal masih terpasang memayungi makam putri mereka. Selain beberapa kitab suci Al-Qur’an tersedia pula makanan, buah-buahan dan air minum, yang diperuntukkan untuk mereka.
Tanpa berbasa-basi, seperti malam sebelumnya, setelah mengambil air wudlu di kran air yang ada di TPU, Daud mendapat giliran pertama dalam pembacaan ayatayat Suci tersebut. Alunan ayat-ayat khalam Illahi berkumandang dengan indah dan menyentuh kalbu. Saking menyentuhnya lantunan ayat Illahi itu, sehingga membuat tangis Ibu almarhumah meledak. Merasa keadaan mulai terganggu, sang suami segera mengajaknya pergi dari lokasi.
Beberapa jam kemudian, Asep menggantikan posisi Daud untuk mengaji. Akan tetapi sekitar pukul 23.00, ketika Daud rebahan dan mulai memejamkan mata di bale-bale yang disediakan, lamat-lamat mendengar suara berdebum seperti suara benda jatuh. Namun begitu diperhatikan lagi, selanjutnya terdengar suara seseorang sedang menangis. Awalnya mengira suara tersebut berasal dari salah satu warga yang rumahnya tak jauh dari areal pemakaman.
Namun setelah diyakinkan, ternyata suara tangis itu bersumber dari tengah kuburan. Tentu saja hal itu membuatnya merinding. Melihat temannya seperti itu, Asep berhenti mengaji kemudian bertanya,
“Memangnya kamu gak denger, ada suara seseorang sedang menangis. Sepertinya dari arah tengah makam,” kata Daud, pada rekannya.
Dijelaskan demikian, Asep nampak diam, seolah ragu. Ia malah berkelit dan mengaku tidak mendengar suara itu, selain suara burung hantu dan tonggeret. Merasa tak ditanggapi, namun Daud tetap dengan keyakinannya, diam-diam pergi hingga ke tengah areal pemakaman yang dikenal warga sebagai makam Sadamalun ini. Beberapa saat kemudian, langkah kakinya terhenti.
Bias cahaya lampu mercuri yang sudah tua namun mampu menerangi area pemakaman yang pekat, cukup jelas bagi Daud. Barisan batu nisan tampak bagai pasukan iblis yang menyeramkan. Dengan penasaran ia sorot-sorotkan lampu senternya ke segala arah, guna mencari sumber suara. Pada saat itulah mendadak Daud terdiam hingga beberapa lama. Matanya menangkap bayangan seorang gadis duduk di sebuah kijing makam di dalam cungkup.
Saat itu dirinya seolah terhipnotis. Bahkan secara tak terduga, bayangan putih itu tiba-tiba berdiri dan berbalik menatap kearahnya. Jarak antara keduanya tak terlalu jauh, Daud mampu melihat dengan jelas, jika bayangan tersebut adalah sosok almarhumah Tuti. Daud dapat menyaksikan wajahnya yang sedang menangis.
“Astaghfirullah! Subhanallah! Nak Tuti!” pekik Daud saat itu.
Ia tidak mengira, kematian Tuti yang tidak wajar telah membuat arwahnya gentayangan di malam ke tiga saat digelar pengajian. Perasaan takut dan ngeri mendadak menyergapnya. Tak mau ketinggalan untuk menyampaikan penemuannya, Daud segera beranjak untuk menemui Asep guna menyampaikan apa yang baru saja dilihatnya.
Lelaki yang gemar menyumbang lagu-lagu dangdut di setiap hajatan warga, lantas membisikan tentang sosok yang dilihatnya. Mendapat kabar seperti Itu, Asep kembali berhenti dari mengaji. Ia menatap tajam wajah kang Daud yang menatapnya serius. Asep berpikir jika rekannya sedang bercanda. Akan tetapi nyatanya, tidak.
Dan malam itu mata Asep benar-benar terbelalak. Apa yang diceritakan kang Daud sama sekali bukan cerita isapan jempol semata. Namun seperti tidak percaya, Asep melihat sosok Tuti duduk di atas kijing makam.
Tuti nampak duduk termenung, dengan kedua belah tangannya sibuk merapihkan rambutnya yang kelihatan mengucurkan banyak darah.
“Asep, Tuti kan sudah meninggal tiga hari yang lalu, kenapa bisa seperti ini,” bisik Daud hampir tak terdengar.
Sinar temaram yang terpantul dari lampu mercuri mampu membantu mereka melihat apa saja yang terjadi disekitar itu. “Yah itu memang sosok mirip Tuti, kang Daud,” bisik Asep pelan. Suasana kembali hening, sejurus kemudian sayup-sayup desiran angin malam terdengar gemerisik menerpa dedaunan. Daud bangkit hendak mendekat pada sosok tersebut, namun ditahan oleh Asep. Keduanya kini khusyu menyaksikan arwah Tuti yang gundah gulana. Sempat pula terdengar isak tangisnya yang memilukan. Tangis itu merasuk ke dalam sukma raga Daud, yang tidak boleh tidak Daud jadi membayangkan siksa kubur bagi Tuti yang hidupnya dihabiskan dengan cara tak berguna dan melanggar perintah Allah SWT.
“Perhatikan saja, Kang. Tidak usah mendekat. Nanti apa bila dia tahu bahwa kita begitu perhatiannya, boleh jadi akan ada makhluk lain yang nimbrung di situ. Akibatnya Kita bisa saja didatangi berbagai macam roh yang mengaku Tuti ataupun arwah-arwah lainnya yang penasaran,” sergah Asep menahan langkah rekannya.
Menyaksikan fenomena yang demikian ganjil, pikiran Daud kembali ke belakang, ke beberapa hari yang lalu. Semua tak ada yang menyangka, jika nasibnya semalang itu. Gadis manis itu meninggal gara-gara kenekatannya bunuh diri begitu mengetahui kedua orang tuanya tidak mengijinkan dirinya berpacaran terlebih sampai kebablasan.
Ketika itulah Daud baru tersadar kalau yang dihadapinya bukanlah manusia, Daud segara membacakan ayat kursyi guna menetralisir kondisinya yang tegang. Namun tak urung rasa takut langsung menyergap keduanya. Tak kuasa menahan rasa takut, tanpa berpikir lama keduanya langsung berbalik badan dan mencoba menjauhi lokasi. Namun usaha itu sia-sia, tatkala menyadari bahwa mereka berlari di tempat.
“waktu itu kami benar-benar tak mampu berlari, Mas,” katanya dengan tersenyum.
Bahkan ketika menyadari dirinya hanya berlari di tempat, masih cerita Daud, spontan berteriak minta tolong.
Tapi teriakannya seolah tercekat di kerongkongan, hingga tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Entah datang dari mana, di saat hampir mati ketakutan, seorang lelaki tak dikenal menyadarkannya. Keajaiban terjadi, tak lama setelah itu perlahan keduanya kembali sadar.
Setelah tersadar sepenuhnya, Daud menjadi terkejut menyadari lelaki berkumis tebal itu sudah berdiri di dekatnya. Namun segera ia sembunyikan perasaan itu dengan bertanya tujuannya. Ditanya Daud, lelaki itu tak berkomentar tetapi diam seribu basa. Namun setelah diperhatikan, saat itulah Daud baru menyadari jika lelaki yang memakai parfum berbau aneh itu ternyata tuna wicara.
Tak lama setelahnya, lelaki bertubuh besar itu mengajak Daud dan Asep untuk mengikuti keinginanannya. Antara bingung dan penasaran, keduanya menurut saja apa yang menjadi keinginan lelaki tersebut. Bahkan pada saat itu rasa takut atas penampakan arwah Tuti yang kemudian dilihatnya telah raib menghilang entah kemana, perlahan sirna begitu saja.
Diiringi semilir angin malam suasana kuburan yang cukup luas itu, lelaki berkumis tebal itu berjalan di antara mereka menuju pohon sambi tua. Begitu tiba, lelaki tersebut menunjukan serta ‘menandai’ sepetak tanah pada Daud dan Asep. Saat itulah Daud paham, jika besok pagi, lelaki yang diketahui bisu itu ternyata menyuruh mereka, membuatkan lubang kubur diatas tanah yang telah ditandainya.
Usai memberikan amplop tebal berisi uang untuk biaya penggalian makam besok pagi, ketiganya kemudian meninggalkan lokasi. Bahkan saat itu Daud menawari lelaki tersebut untuk mampir ke tenda pengajian, karena mereka sedang menggelar pengajian atas nama almarhumah Tuti. Namun mendadak ditemui keanehan. Lelaki yang belum sempat ditanya namanya itu telah lenyap.
Keesokan paginya, Daud yang masih nyenyak tidur dibangunkan Asep. Dikatakan, bahwa pagi ini dirinya kedatangan beberapa orang utusan pak haji Maksum yang tinggal di Anjun kanoman. Mereka meminta untuk dibuatkan lubang kubur untuk pemakaman putra juragan keramik gerabah itu.
Awalnya Daud meminta pada rombongan tamu untuk bersabar, karena pagi ini jadwalnya padat. Bahkan Daud mengatakan jika pembuatan lubang makam untuk almarhum anaknya pak haji kemungkinan akan dikerjakan selepas dhuhur. Daud beralasan, karena pagi ini mereka ada pekerjaan yang sangat urgen dan sudah dipesan lebih dahulu. Untuk membuatkan dua lubang sekaligus itu tidak mungkin, karena mereka kekurangan tenaga. Ia hanya mempunyai tenaga empat orang saja, termasuk dirinya.
Mendengar alasan Daud seperti itu, seorang bapak naik pitam. Ucapan Daud adalah alasan penolakan halus. Akhirnya bapak itu menelpon majikannya agar segera datang ke pemakaman, dengan alasan ada kekeliruan. Ketika Daud dan Asep dilanda kebingungan, tiba-tiba sebuah sedan berhenti diluar pagar makam. Sebentar kemudian seorang lelaki cukup umur berpakaian muslim, sarungan dan songkok putih di kepala, turun dari dalamnya. Daud menapsir, itulah pak haji Maksum.
Beda dengan anak buahnya yang emosian, pak haji Maksum justru lebih bijaksana dalam menengahi masalah. Haji Maksum memiliki sipat terbuka. Beliau malah menyerahkan semuanya kepada keduanya. Yang penting pembuatan lubang makam selesai hari ini juga. Beliau kemudian mengajak Daud dan Asep ke lokasi yang akan dibuatkan lubang makam.
Tiba di lokasi, Daud dan Asep jadi tertegun. Mereka seolah tidak percaya atas apa yang ditunjukkan pak haji. Pasalnya, lokasi tersebut sama persis dengan lokasi yang diminta lelaki berkumis tebal itu.
“Ini kan lokasi yang telah dipesan orang itu, pak haji?“ sergah Daud yang diamini Asep.
Mendengar keterangan itu, pak haji mengernyitkan dahi. Ia bahkan menatap heran Daud dan Asep. Pak haji seolah tidak percaya.
“Mereka terkejut, manakala mengetahui lokasi tersebut adalah lokasi yang akan kami buatkan lubang makam yang telah dipesan,” sambung Daud, mengingat kejadian saat itu.
“Itu tidak mungkin, karena saya meminta anak buah saya untuk menghubungi Asep baru tadi pagi, bukan malam. Dan saya baru mengetahui anak saya meninggal juga setelah subuh tadi,” sergah lelaki 63 tahun itu, meyakinkan Daud.
Daud dan Asep jadi serba bingung, bagaimana bisa lokasi yang sama menjadi rebutan dua keluarga. Mau mendahulukan pak haji Maksum, merasa tak enak dengan uang yang telah mereka terima dari lelaki berkumis itu. Untung saja saat itu Asep mendapat ide. Ia meyakinkan Daud agar segera menggali lubang di lokasi tersebut. Jika sudah selesai, baru membuat lubang “satunya lagi. Dan atas pertimbangan waktunya mepet, akhirnya pekerjaanpun segera mereka lakukan hingga rampung.
Sekitar pukul sebelas pekerjaan membuat lubang kubur, rampung. Dan ketika Daud cs hendak membuatkan lubang yang satunya lagi, rombongan pembawa jenazah dari keluarga pak haji Maksum tiba di lokasi pemakaman. Acara pelepasan jenazahpun dilakukan. Tutup keranda jenazah berwarna biru dengan tulisan ayat-ayat kalam illahi, dilepas. Seorang modin memimpin upacara doa pelepasan jenazah dengan khidmat.
Dan akhirnya, saat jasad diturunkan ke liang lahat, Daud terperanjat kaget. Ia yang saat itu berada di bawah lubang lahat bersama Asep dan dua anggota keluarga almarhum, mengenai betul siapa sosok jasad yang sedang mereka Kkuburkan. Ternyata jasad tersebut tidak lain adalah lelaki berkumis tebal yang menemui mereka semalam, dan memesan lubang makam.
Dari sini Daud tersadar jika arwah lelaki itu datang menemui kemudian mengajaknya menuju areal tanah yang saat itu menjadi pilihan tempat perisitirahatan yang terakhir. Ketika wajah jasad mayat itu dibalikkan dan diciumkan ke tanah, saat itu pula Daud melihat bibir jasad tersebut tersenyum kepadanya.
“Saya baru tahu mas, kenapa almarhum meminta dikuburkan di sana. Karena di bawah pohon sambi tua itu terdapat makam istrinya yang meninggal beberapa tahun silam,” kata Daud mengakhiri kisah pengalamannya yang menyeramkan kepada penulis. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)