Kisah Kyai Pamungkas:
JENAZAH SUAMIKU JADI BELUT PUTIH
KARENA MENGAMALKAN ILMU BELUT PUTIH, MAKA, JENAZAH ITU KEMUDIAN MENJELMA MENJADI SEEKOR BELUT PUTIH SEBESAR PAHA ORANG. DEWASA INI TERBUKTI SETELAH KUBURANNYA DIGALI. BAGAIMANA RENTETAN PERISTIWA INI TERJADI…?
SELASA PAGI, 10 Agustus 2008, aku mendapat telepon dari kepolisian Semarang Kota, bahwa suamiku mendapat musibah, meninggal dunia. Atas dorongan putera-puteraku juga beberapa kerabatku yang lain, aku bisa berdiri dengan tegar saat jenazah suami datang dan antar ke tempat pemakaman umum, derai air mata ini tak bisa kubendung. Untunglah, kehadiran dua buah hatiku benar-benar memberiku kekuatan untuk menatap masa depan yang masih panjang.
Entah berapa banyak air mata yang kutumpahkan. Entah berapa puluh kali aku harus menangisi kemalangan ini. Tapi aku harus sadar bahwa kematian adalah keharusan bagi semua manusia. Hanya waktu saja yang menentukannya. Ya, inilah yang pada akhirnya membuatku sedikit tersenyum, walau duka itu sungguh menyakitkan.
Anehnya. belum tujuh hari suamiku dimakamkan, tiba-tiba aku mendapat mimpi. Ya, mimpi yang bagiku aneh. Dalam mimpi itu, Mas Danu datang dan meminta agar kuburannya digali.
“Kumohon, galilah kuburku, agar kamu tau apa yang sebenarnya terjadi. Dengan begitu aku akan merasa tenang di alam sana.”
Demikian pinta Mas Danu dalam mimpi itu. Sungguh, permintaan yang tak masuk akal. Mungkin, mimpi itu hanya bunga tidur semata.
Mula-mula, aku memang acuh tak acuh dengan mimpi tersebut. Aku pikir, mimpi adalah hal yang biasa saja terjadi dan dialami orang. Toh, bisa saja mimpi itu di alam bawah sadarku, karena pada dasarnya aku memang masih sangat mencintai Mas Danu.
Tapi herannya, malam berikutnya, mimpi serupa datang lagi. Seperti malam sebelumnya, permintaan Mas Danu tetap sama. Ya, dia meminta agar kuburannya kembali. Bahkan Mas Danu sampai bertekuk lutut di hadapanku sambil menangis tersedu-sedu. Dia meminta tolong agar aku menggali kuburannya dan menolongnya keluar dari kuburan itu.
Khan mati karena kecelakaan, apalagi yang harus dipikirkan? Sudah jelas penyebab kematiannya. Namun, mimpi itu mengganggu batinku, ia meminta dengan penuh permohonan selalu terngiang-ngiang meski sekuat apapun aku berusaha melupakan mimpi ini. Apalagi aku selalu berpikir rasional menghadapi masalah di dunia. Tapi selalu mimpi-mimpi itu membuatku harus berpikir keras, bahkan hampir membuatku jadi senewen…
Karena teror mimpi itu, akhirnya aku konsultasi ke seorang psikolog. Kata sang psikolog semua itu mungkin saja terjadi karena aku terlalu larut dalam kesedihan sehingga terbawa dalam mimpi.
“Ibu ikhlaskan saja kepergian suami biar dia tenang di alam sama. Dan ibu melanjutkan perjuangan dalam membesarkan anak-anak ibu,” kata sang psikiater deng sabar.
Aku turuti nasehat tersebut dengan melakukan kesibukan dan mengintensi peribadatan kepada Allah SWT. Nyatanya mimpi itu datang lagi, lagi dan lagi, dengan alur sama. Karena itu, akhirnya aku terpaksa meyakini bahwa mimpi itu memang bukan mimpi biasa. Aku pun mengambil sikap menanggapi mimpi itu sebagai sesuatu yang serius.
“Ma, kayaknya mimpi ini bukan mimpi biasa. Kita harus berkonsultasi dengan orang pintar dan bertanya, apa maksud dari mimpi ini sebenarnya!” Kata putera sulungku saat kuceritakan tentang mimpi-mimpiku yang tidak masuk akal itu.
Terus terang, jauh dalam relung hati sebenarnya juga berpikiran yang sama seperti anak sulungku yang ternyata berpandangan jauh ke depan ini. Tapi malu, sebab selama ini aku orang yang tidak pernah percaya dengan hal-hal mistik. Walau begitu, sekali ini agaknya memang harus mengalah pada keadaan.
Akhirnya, dengan ditemani adik, akupun mendatangi orang pintar yang di daerah Condet, Jakarta Timur. Nama orang pintar ini Kyai Pamungkas. Tempat tinggalnya berjarak sekitar 6 KM dari rumahku.
Sama sekali tak kuduga sebelumnya ternyata Pak Kyai Pamungkas ini sangat dekat dengan almarhum suamiku. Semasa hidup suamiku adalah sahabat karib Haji Kyai Pamungkas ini. Katanya, almarhum suamiku sering datang rumahnya dan ngobrol banyak tentang gaib dan kanuragan yang dipelajarinnya. Dan itu masuk akal, karena Kyai Pamungkas adalah seorang Pengurus Pusat sebuah perguruan pencak silat yang berafiliasi dengan ormas Terbesar di Indonesia. Kyai Pamungkas punya perguruan yang berisi ratusan siswa silat.
Kami perkenalan dan basa basi sejenak, selanjutnya curhat bab hal-hal yang mengganjal di hati ini. Setelah mendengar curhatku bab mimpi-mimpi itu, Kyai Pamungkas ijin untuk sholat dan berdiam diri minta petunjuk-Nya, untuk melakukan sholat sunnah di ruag kholwatnya. Cukup lama kami menunggu untungnya isteri pak Haji orangnya ramah mengajak kami ngobrol dan mencerital tentang kebaikan almarhum suamiku.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Haji Kyai Pamungkas keluar dari meditasinya.
“Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, aku dapat berinteraksi dengan arwah Danu, suamimu. Beliau dengan wajah berderai air mata dengar pakaian compang-camping tanpa alas bersujud di hadapanku. Beliau minta agar nanti malam kau dan kedua anakmu bergotong-royong membongkar makamnya. Hujan atau tidak hujan, itu harus dilakukan tepat pada pukul 24 tengah malam ini.” Demikian papar Pak Haji lirih agak berbisik, agar tidak terdengar oleh orang lain.
Belum sempat aku menghela nafas k terkejut, Haji Kyai Pamungkas melanjutkan kata-kata yang pada intinya mengatakan bahwa yang terjadi dan nanti bakal kami lihat di dalam makam setelah dibongkar, maka tergeletak di situ mesti diangkat dan harus dilepaskan ke sungai Bedadung. Jika berwujud hewan, lepaskan ke air. Bila tetap berbentuk mayat juga tetap lepaskan ke air.
Benar-benar gila sekaligus sulit diterima akal sehat. Bagaimana nanti aku dan kedua anakku yang semuanya masih kecil harus masuk ke pekuburan. Bergejolak pikiran ini, berjuta keraguan membuncal hatiku.
Tapi, mimpi-mimpi itu juga bukan sesuatu yang sederhana, tidak bisa dianggap enteng. Perminta itu bukanlah sesuatu yang biasa, yang luar biasa dan patut kulakukan lalu apa yang terjadi nanti. Untunglah, Haji Kyai Pamungkas mensupport dan menyertai kami dalam tugas berat ini meski beliau dalam kondisi tubuh yang kurang prima karena sedang terkena demam. Keberanian kami muncul setelah diberi minum segelas air putih yang sudah didoakan oleh Kyai Pamungkas.
Pukul 24.30 malam itu, di kuburan, skop mentok di papan pembatas diangkat dan senter diarahkan ke tempat mayat diletakkan, kami berempat tersentak kaget. Kami seperti tidak percaya dengan apa yang kami lihat di dalam kuburan itu. Ternyata bukan mayat Mas Danu! Namun seekpr belut putih! Bersih dan mengkilat. Di mata kami, belut itu kelihatan sangat indah. Tubuhnya tampak menggeliat-geliat sedemikian rupa.
Kemana hilangnya mayat Mas Danu? Entahlah! Yang jelas, mayat itu benar-benar tidak ada sama sekali. Jangankan tulang belulang atau daging Mas Danu yang telah membusuk, bahkan kain kafan pun tak nampak tersisa di situ. Sekali lagi, yang ada hanya seekor belut putih sebesar paha orang dewasa. Ukuran hewan yang juga tak lazim.
Sesuai dengan bisikan gaib yang diterima Pak Haji Kyai Pamungkas, belut putih sebesar paha orang dewasa itu kami angkat bersama-sama dan kami ceburkan ke sungai Bedadung yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat pemakaman umum. Selanjutnya dengan dibimbing Pak Haji, kami membaca beberapa surah dan ayat Al-Qur’an sesuai perintah Pak Haji pula.
Besoknya, warga heboh. Di sungai Bedadung yang lebarnya sekitar 300 meter itu, yang tadinya tidak ada belutnya, kini dipenuhi oleh belut-belut besar dan mudah ditangkap. Semua orang akhirnya berbondong-bondong turun ke sungai untuk menangkap belut itu. Bahkan saking banyaknya, ada beberapa warga menjual hasil tangkapannya ke kota. Belut-belut itu mendatangkan rejeki bagi masyarakat di sekitar sungai.
Tapi di antara ratusan belut yang hitam mengkilat dan besar-besar yang ada di sungai, ada satu belut yang tidak pernah bisa ditangkap orang. Belut yang tidak bisa ditangkap itu adalah belut yang berwarna putih sebesar paha orang dewasa. Belut yang satu ini hanya muncul setiap malam Jum’at Kliwon, di bawah pohon nangka besar yang tumbuh di dekat relung sungai.
Pada setiap malam Jum’at Kliwon, sesuai dengan petunjuk Pak Haji Baihagi, aku dan kedua anakku tidak pernah lupa untuk menunggui kemunculan belut putih. Belut tersebut kami beri makanan kembang tujuh warna dan kami kirimi bacaan surah Al-Fatihah. Biasanya, setelah kami melakukan ritual, belut putih itu pergi dan muncul lagi pada malam Jum’at Kliwon berikutnya.
Menurut penjelasan Pak Haji
Kyai Pamungkas, almarhum suamiku ternyata mendalami ilmu belut putin. Hewan yang jadi simbol raja belut. Karena itulah dia dapat mengundang seluruh kerabatnya untuk berkumpul di sungai Bedadung!
“Suamimu bukan jadi belut putih itu, tapi belut itu adalah simbol kematian yang hidup,” kata Haji Baihagi.
Suamiku, menurut Pak Haji, sebenarnya sudah pergi ke alam barzah, tapi belut putih itu adalah ruh-nya yang hidup maujud sebagai simbol kehidupan. Singkatnya, belut itu didatangkan Allah SWT lewat cara musykil. Hanya Alllah-lah Yang Maha Tahu segalanya… Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)