Kisah Kyai Pamungkas:
MENGOBATI PUTRI JIN

KISAH INI TERGOLONG ANEH. SELAIN SULIT DITERIMA AKAL SEHAT, JUGA JARANG TERJADI PADA MANUSIA. TAPI PADA KENYATAANNYA, KISAH INI MEMANG BENAR-BENAR TERJADI. SEBAGAIMANA DITUTURKAN KYAI PAMUNGKAS KEPADA PENULIS…

 

KISAH INI terjadi pada waktu aku sedang berzikir selepas melaksanakan sholat Tahajud. Entah kenapa, malam itu udara terasa panas, sehingga untuk melanjutkan dzikir, telah membuatku harus pindah posisi dari dalam kamar ke ruang tamu.

 

Sekitar setengah jam berdzikir, tiba-tiba saja ada hawa dingin yang datang menerpa. Aku mulai merasakan keanehan, sebelumnya hawa terasa begitu menyengat, mengapa sekarang tiba-tiba mendadak berubah dingin?

 

Namun aku tak mau terganggu, meskipun tahu akan ada sosok gaib yang ingin bertemu. Tetapi hawa dingin ini terasa asing, tidak seperti hawa sahabat-sahabat gaibku yang biasa datang berkunjung.

 

Aku langsung memejamkan mata untuk lebih mengkhusyukkan diri dalam menyatukan pikiran dalam memuji-Nya. Ketika mata baru saja dipejamkan, kembali hawa dingin menerpaku. Kali ini terpaaannya terasa agak lama, seakan sengaja mengganggu tafakurku.

 

Aku sengaja tidak memperdulikan hawa dingin tersebut. Tapi semakin kudiamkan, hawa dingin tersebut malah semakin kencang menerpa hingga membuat gorden dan beberapa perabot di ruangtamu jadi bergoyang. Seiring dengan terpaan hawa dingin tersebut, sayup-sayup terdengar suara halus memanggil, “Den bagus… den bagus,” Suara itu semakin jelas terdengar dan seakan memenuhi ruang tamu.

 

Aku yang merasa terusik dengan sedik kesal berkata: “Tolong jangan mengganggu Kalau memang ingin bertemu, datang secara baik-baik dan tunjukkan wujudmu yang sebenarnya.”

 

Setelah berkata begitu, aku pun terus melanjutkan dzikir sambil memejamkan.

 

“Selamat malam, Den Bagus. Saya ada di depan Anda.”

 

Seketika aku merasakan hawa dingin yang sangat menusuk dari arah depan. Dengan memantapkan hati, pelan-pelan kubuka kelopak mata. Karena tak ingin kelihatan terkejut di hadapan makhluk halus tersebut pun berdoa, “Ya Allah kuatkan dan lindungi hamba dari makhluk yang datang ini.”

 

Terlihat sosok anggun dan cantik. Karena tak ingin tergoda, maka aku langsung menanyakan maksud dan tujuan dia.

 

“Ada apa malam-malam begin menemuiku? Sebutkan siapa Anda dan asal usul Setelah itu pergi dari sini. Saat ini tidak tepat. Aku sedang berzikir di kalau mau bertemu beritahu dulu.” Ujarku dengan nada agak ketus.

 

Sejenak kulihat Kuntilanak itu ragu-ragu untuk mengutarakan maksud kedatangannya. Dengan sorot mata tajam, tiba -tiba dia menitikkan airmata.

 

“Aku akan mendengarkannya, kalau kamu ada keperluan, Insya Allah aku akan membantumu.” Setelah mendengar jawabanku, Kuntilanak itu pun tersenyum.

 

“Namaku Gendawari, Penguasa Bukit Tamzaya. Adapun maksud datang ke sini ingin minta bantuan kepada Den Bagus. Tapi Dan sebelum kulanjutkan, boleh aku bertanya apa benar Den Bagus yang bernama Kyai Pamungkas? Kalau diizinkan boleh saya panggil Den Bagus dengan nama itu?” Kata Gendawari membuka percakapan.

 

Astaga! Aku terkesiap mendengar katakatanya. Bukit Zamzaya? Di mana tempatnya? Dan dari mana dia tahu namaku?

 

“Lanjutkan ceritamu dan terima kasih telah mengenal saya,“ jawabku seolah tidak tertarik dengan kedatangannya.

 

Gendawari melanjutkan ceritanya. “Sejak beberapa bulan ini, anakku sakit. Aku tak tahu apa penyakitnya. Aku sudah kemana-mana membawanya berobat, namun penyakitnya tak juga kunjung sembuh. Terus aku diberitahu untuk menemui Ki yang bisa mengobati. Dan apabila berkenan, sebagai balasannya aku akan mengabdi pada Kyai Pamungkas seumur hidup.”

 

Usai berkata begitu, Gendawari terdiam sambil menunggu reaksiku selanjutnya. Aku bingung dan terpana seakan tak percaya pada apa yang tengah kualami.

 

“Maaf aku hanya manusia biasa yang tidak mempunyai kuasa seperti itu. Kalaupun aku mampu itu hanya kepada manusia, belum pernah kepada makhluk gaib seperti Nyi Gendawari,” kataku jujur menjawab permohonannya.

 

“Tolonglah Ki. Anak saya sangat parah keadaannya. Saya rasa Ki dapat mengobatinya“ujar Gendawari seperti menangis.

 

Kembali aku tidak tega melihat ekspresi wajahnya dan berkata: ”Baiklah aku akan berdoa dulu mohon petunjuk-Nya. Kalau bisa, maka, akan kubantu. Tapi kalau tidak bisa mohon dimaafkan, karena kecuali Allah SWT, tiap makhluk punya keterbatasan.”

 

“Silahkan, Ki. Aku juga berdoa agar Ki diberi kekuasaan itu” ujar Gendawari mengharap.

 

Aku pun memejamkan mata sambil berdoa, “Ya Allah, hamba tidak tahu apa yang Kau hadapkan pada hamba sekarang ini. Namun hamba tahu, di balik semua ini ada hikmah besar yang Kau berikan pada hamba. Untuk itu, mohon berilah petunjuk, tuntunan dan kekuatan yang datangnya hanya dari-Mu.

 

Setelah selesai berdoa, aku pun berkata pada Gendawari, “Silahkan bawa kesini anakmu. Insya Allah aku bisa membantu.”

 

Sambil tersenyum bahagia, Gendawari bawa anak menoleh ke belakang dan berkata, “Cepatlah bawa anak kita, dia mau diobati!.” Tak lama kemudian muncul dihadapanku dua makhluk. Yang satu tinggi besar dan yang satu makhluk kecil di dalam pangkuannya. Belum habis keterkejutanku, Gendawari berkata lagi, “Ini suamiku. Namanya Lauberdah dan ini anakku. Lihat keadaannya sangat parah sehingga harus dipangku bapaknya.”

 

Tanpa banyak bicara, Lauberdah menurunkan anaknya dan meletakkannya di hadapanku.

 

“Saat aku mengobati, kalian juga harus berdoa dan memohon untuk kesembuhan anakmu,“ pintaku. Mereka menganggukkan kepala dengan perasaan haru dan cemas melihat keadaan anaknya yang lemah tak berdaya itu.

 

Tanpa membuang waktu, aku merapalkan amalan Ilmu Sepuluh Malaikat, sambil memohon agar diberikan kemampuan oleh Sang Pencipta. Kemudian kuusap dengan perlahan mulai dari kepala hingga kaki sambil menarik keluar penyakit anak Gendawari.

 

Setelah usapan yang ketiga, aku pun berkata dengan sedikit berteriak ”Waras kau dan bangkitlah!”

 

Alhamdulillah, dengan ridho dan rahmat-Nya, anak Gendawari langsung duduk dari tidurnya sambil menampakkan wajah ceria layaknya anak manusia yang lucu. Sesaat kemudian, Gendawari memeluk anaknya sambil menangis haru penuh bahagia diikuti suaminya.

 

Melihat situasi ini, hatiku jadi tersentuh, turut larut dalam keharuan. Ya Allah, jangankan manusia, makhluk halus ternyata juga mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya.

 

Terkadang kita harus merasa malu, karena di kalangan manusia banyak orang tua yang menelantarkan anaknya. Bahkan tega membunuh dengan cara menggugurkan dan dibuang dengan alasan takut aib terbuka dan tidak mau menanggung malu.

 

Aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hikmah padaku dari peristiwa ini. Janganlah pernah sekali-kali menyia-nyiakan anak. Karena dia merupakan harta titipan yang diberikan Allah kepada kita sebagai orang tua. Kelak kita akan dimintai pertanggung jawaban mengenai harta kita, termasuk anak-anak kita.

 

Setelah larut dalam keharuan, Gendawari berkata kepadaku,”Terima kasih, Ki telah mengobati anakku hingga bisa sehat seperti semula.”

 

“Jangan berterima kasih kepadaku, tapi berterima kasihlah kepada Tuhan yang telah mengabulkan permohonanmu, ujarku memotong perkataannya.

 

“Sebenarnya apa yang terjadi pada anakku, Ki? Dan penyakit apa yang diderita sehingga keadaannya sangat parah?” Tanya Gendawari dengan nada penasaran.

 

“Anakmu pernah bermain jauh dari lingkungan kalian, bahkan lupa pulang. Karena bingung, dia sempat menyakiti anak manusia,” kataku menjelaskan.

 

“Orangtua anak itupun memanggil orang pintar untuk mengobati, orang pintar itu lalu memaksa anakmu pergi dengan sangat kasar. Sehingga anakmu yang tidak kuat akhirnya jatuh sakit,” lanjutku menguraikan penyebab sakitnya anak Gendawari.

 

Gendawari dan Lauberdah mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkan penuturanku. Selanjutnya, Gendawari berkata,

 

“Sekali lagi saya dan suami serta segenap rakyat Bukit Zamzaya mengucapkan terima kasih kepada Ki atas bantuannya tadi,” katanya.

 

“Saya juga berterima kasih karena telah dipercaya untuk membantu kalian,” jawabku.

 

Kemudian Gendawari berkata pada Lauberdah suaminya: “Bawa pulang anak kita dan jangan biarkan bermain terlalu jauh.”

 

Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih, Lauberdah menghilang dari pandanganku sambil menuntun anaknya pulang ke alamnya.

 

Selanjutnya Gendawari berkata lagi kepadaku, “Sesuai janjiku tadi, maka aku rela mengabdi kepada Kyai Pamungkas seumur hidup”

 

Belum sempat kujawab, tiba-tiba sosok Gendawari menghilang ditutupi asap tebal. Aku sampai menutup mata dan hidung karena tidak tahan dengan asap tersebut.

 

Setelah asap mulai menghilang, aku pun berteriak memanggilnya, “Nyi Gendawari, engkau ada di mana?”

 

Tiba-tiba terdengar suara, “Aku masih di hadapanmu Ki. Sebagai bentuk pengabdianku, maka, aku sengaja mengubah wujud menjadi keris.”

 

Astaghfirullahaladziim. Seketika aku langsung melihat ke lantai. Benar saja, dihadapanku tampak sebilah keris hitam berwarna kusam, tanpa gagang dan sarung.

 

“Nyi Gendawari. Engkau tidak perlu berbuat seperti ini terhadapku. Sebab hanya kepada Allah kita wajib mengabdi,” ujarku lagi di antara kebingunganku.

 

“Tidak apa-apa, Ki. Aku sudah berjanji dan ikhlas melakukannya. Karena seperti yang diberitahu kepadaku bahwa Ki mempunyai jiwa yang tulus dan ikhlas, maka, aku pun juga tulus melakukannya, sahut Gendawari memotong perkataanku.

 

Aku terharu mendengar perkataannya.

 

Aku pun hanya bisa terdiam tidak berusaha membalas ucapannya. Karena kupikir percuma juga membantahnya, ya, semua kuserahkan hanya kepada Allah semata.

 

Hingga kini, keris yang merupakan penjelmaan Gendawari itu masih kusimpan di tempat tersembunyi. Aku tidak ingin keris itu jatuh ke tangan orang lain yang nantinya dapat menyusahkan atau malah memperbudak orang.

 

Demikianlah, sekelumit pengalaman mengobati putri penguasa gaib Bukit Zamzaya. Meski tidak pernah mengetahui di mana letaknya, tetapi aku merasa bersyukur pernah mengobati makhluk Tuhan dari alam lain. Semoga kisah ini ada manfaatnya. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)