Kisah Kyai Pamungkas:
PRABU SILIWANGI DAN KOTA BOGOR
Kota Bogor baru saja melaksanakan Ulang Tahunnya pada Juni lalu. Kota ini merupakan pusat Kerajaan Pajajaran dengan maharaja agungnya Sri Baduga Prabu Siliwangi yang hingga kini masih dipercaya tetap hidup…
Bogor adalah kota kuno yang sarat dengan nilai-nilai sejarah bagi perjalanan Bangsa Indonesia sejak jaman Pajajaran hingga momentum lahirnya SUPER SEMAR di istana Bogor, sampai penyelenggaraan Konperasi APEC yang dihadiri puluhan Kepala Negara di dunia.
Membicarakan sejarah kota Bogor tidak mungkin terlepas dari sejarah Pakuan, sebagai Pusat Pemerintah Kerajaan Pajajaran yang hingga kini petilasan-petilasannya masih bisa kita saksikan, bahkan banyak nama kampung dan desa di Bogor yang sampai saat ini masih menyandang nama tertentu yang erat kaitannya dengan sejarah Pajajaran, seperti: Baranangsiang, Lawanggintung, Pamoyanan, Batutulis, Jerokuta, Lawangseketeng, Rancarnaya dan Leuwi Sipatahunan. Keberadaan situs-situs purbakala juga memperkuat bukti bahwa kota Bogor adalah Pakuan yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan Pajajaran dengan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi dinobatkan pada tanggal 03 Juni 1482 yang selanjutnya tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi kota Bogor yang selalu diperingati setiap tahun.
Sebagai akibat penyerbuan tentara Banten (Islam) ke Pakuan Pajajaran, banyak catatan dan peninggalan sejarah Pakuan Pajajaran yang sengaja dimusnahkan. Akan tetapi dengan kedatangan rombongan ekspedisi orang-orang Belanda pada tahun 1687 yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeck maka sejarah Pajajaran mulai terungkap kembali melalui serangkaian penelitian pada situs-situs yang ada. Dan, 58 tahun setelah kedatangan Scipio dan Riebeck, tepatnya pada tahun 1745 Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu yakni Baron Van Inhoff terkesan dengan kesejukan kota dengan topografinya yang khas, dan seiring dengan dibangunnya jalan yang menghubungkan Batavia dan Bogor, Baron Van Inhoff berniat mendirikan Istana Peristirahatan di Bogor.
Pada masa pendudukan Inggris di Indonesia dengan Gubernur Jenderalnya Sir Thomas Raffles, kota Bogor mengalami rehabilitasi tata ruang kota hingga diarahkan menjadi kota peristirahatan bagi pembesar-pembesar dari Batavia. Oleh Thomas Raffles istana Bogor direnovasi sedemikian rupa hingga bentuknya yang seperti sekarang. Pada tahun 1817 sebagian lahannya seluas 87 Ha dijadikan suatu Kebun Raya (Botanical Garden).
Sebagai pusat pemerintahan kerajaan Pajajaran, di Bogor sampai saat ini masih banyak situs-situs bersejarah yang terpelihara dengan baik dan banyak dikunjungi peziarah dari berbagai pelosok. Salah satu dari sekian banyak petilasan yang terletak di dalam kota serta mudah dikunjungi adalah situs Batutulis yang terletak tepat di depan Istana Batutulis.
Istana Batutulis sendiri sarat dengan perjalanan sejarah almarhum Presiden Soekarno. Semasa hidupnya beliau yang memang terkenal sebagai pencinta seni dan keindahan sangat terkesan dengan alam dan panorama Desa Batutulis. Alkisah, sebidang tanah tersebut dibeli secara mencicil oleh Bung Karno dari pemiliknya yang warga desa setempat. Di sini Bung Karno membangun Hing Puri Bima Sakti yang diarsitekinya sendiri.
Prasasti Batutulis yang terletak persis di depan Istana Batutulis dibuat oleh salah seorang putra Prabu Siliwangi yaitu Raja Surawisesa (1521-1535), pada sebidang batu tertulis prasasti dalam huruf Kawi Kuno yang mengisahkan tentang pribadi dan kewibawaan Raja Surawisesa yang memerintah dengan adil, bijaksana dan dihormati oleh rakyatnya. Di sampingnya terletak batu berbentuk lingga, dan di bagian bawah prasasti pada sebongkah batu hitam, tercetaklah telapak kaki Raja Surawisesa yang konon karena kesaktiannya telapak kaki itu langsung terbentuk saat Sang Prabu menginjakkan kedua kakinya dibatu tersebut.
Menurut penuturan para ahli sejarah, prasasti ini dulunya digunakan sebagai tempat pelantikan para pemimpin di bawah kekuasaan Sri Baginda Maharaja Prabu Siliwangi.
Ahli sejarah memperkirakan bahwa pintu gerbang sekaligus tembok pertahanan Kerajaan Pajajaran terletak disekitar Lawanggintung dan Batutulis, oleh karenanya sampai sekarang di kawasan ini dikenal desa bernama Jerokuta yang kurang lebih artinya “Kraton Bagian Dalam.”
Sebagai kerajaan yang disegani pada masanya, Prabu Siliwangi telah menerapkan sistem pertahanan yang kuat untuk melindungi kemungkinan serangan dari pihak luar. Sampai saat ini masih bisa kita saksikan bekas parit pertahanan kerajaan yang sekarang ini terletak tidak jauh dari Stasiun Batutulis. Kurang lebih 2 Km arah Barat Istana Batutulis ada makam Eyang Ranggagading di Pamoyanan. Makam ini terletak agak tersembunyi di bawah pepohonan yang rimbun. Untuk masuk ke lokasi harus berjalan kaki melalui jalan tanah sepanjang sekitar 100 meter. Pamoyanan menurut etimologi Bahasa Sunda berasal dari kata “moyan” atau “berjemur” yang menurut hikayat tempat ini adalah tempat kelangenan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi menikmati udara pagi dan cahaya matahari sambil membahas masalah pemerintahan beserta pembantu-pembantunya. Menurut Mang Uu, juru kunci makam Eyang Ranggagading, adalah salah satu kepercayaan Sang Prabu Siliwangi menjabat sebagai Hakim Agung pada masa Prabu Surawisesa. Pada peziarah dari berbagai pelosok banyak yang mengunjungi makam Eyang Ranggagading. Setelah usai berziarah dan memanjatkan doa di makam Eyang Ranggagading, proses ritual yang tidak boleh dilewatkan adalah mandi di pancuran yang terletak 200 meter di belakang rumah Mang Uu, di lembah tepat di pinggir Sungai Cisadane. Akan tetapi peziarah disarankan untuk terlebih dahulu kungkum di tempuran Sungai Cisadane, Di makam Eyang Ranggagading ini acapkali menjadi tempat bersilaturahmi beberapa orang yang mempunyai daya luwih dan dapat berhubungan secara bathiniah dengan Baduga Prabu Siliwangi yang dalam bahasa mereka acapkali disebut sebagai Paduka Eyang Prabu. Sebagaimana dipercaya oleh umummya masyarakat Priangan, terutama kalangan sesepuh di Bogor, bahwa Baginda Prabu Siliwangi sampai saat ini belum mangkat selain hanya mukswa atau gaib (sunda: tilem) dan hingga saat ini Sri Baduga Prabu Siliwangi beserta hulubalangnya bersemayam di Gunung Gede, Bogor. Persisnya disalah satu lokasi bernama Taman Suryakancana.
Salah seorang yang dapat berkomunikasi secara langsung dengan Sang Prabu adalah Ibu Dewi Suryaningrat asal Bali. Menurut penuturannya, pada saatsaat diperlukan Ibu Dewi dapat langsung melakukan kontak batin dengan Eyang Prabu di mana beliau muncul dengan wujudnya sebagai pria berjubah.
Ibu Dewi Suryaningrat yang dari rona wajahnya nampak memiliki kedalaman bathiniah mampu merasakan firasatfirasat tertentu yang bakal terjadi baik di lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan kesehariannya, tentunya melalui bisikan gaib (wisik). yang diperolehnya dari Prabu Siliwangi. Bahkan apabila dikehendaki Ibu Dewi bisa mengetahui lelembut-lelembut yang ada di sekitar kompleks tempat tinggalnya di Bekasi, lengkap berikut nama dan wataknya masing-masing.
Sebuah lukisan Raden Prawiroharjo yang biasa melukis dengan kemampuan indra keenamnya dapat dilihat penampilan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dengan harimau tunggangannya. Untuk melukiskan ini, dia mohon perkenan sang prabu, sehingga memerlukan laku bathin dan tirakatan yang sangat berat. Bahkan Raden Prawiroharjo nyaris ambruk dan jatuh sakit, terutama ditahap akhir penyelesaian lukisan ini.
Lukisan kedua adalah panorama Prabu Siliwangi sedang menunggang Gajah diiringi pasukan berkuda. Dalam iringiringan itu tampak paling depan seorang pawang kerajaan sedang menuntun seekor harimau besar, sedangkan di kiri kanan jalan yang dilalui iring-iringan Prabu Siliwangi tampak rakyat Pajajaran sedang memberi penghormatan takzim kepada Baginda Prabu.
Menurut terawang bathin pelukisnya, panorama ini terjadi di sekitar daerah Rancamaya, Bogor, kurang lebih 3 Km arah selatan dari situs Batutulis yang memang terdapat situs kerajaan yang disebut Bukit Badigul. Sayang di kawasan ini telah dibangun Rancamaya Real Estate sehingga keberadaan situs bersejarah sulit ditelusuri mengingat adanya hamparan padang golf dan perumahan yang telah banyak menggeser lahan di kawasan yang diyakini banyak menyimpan situs purbakala peninggalan Prabu Siliwangi. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)