Panggonan Wingit:
PERAN PRAMBANAN DALAM KEMERDEKAAN

PRAMBANAN, SEBUAH KOTA KECIL DI PERBATASAN SOLO-JOGJA, YANG DIKENAL MEMILIKI BANYAK KEUNIKAN, KHUSUSNYA BILA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG MISTIS…

 

Kemistisan kawasan Prambanan seolah-oleh banyaknya bangunan candi di tempat itu, hingga ada nuansa saling memengaruhi antara candi dengan kondisi masyarakatnya.

 

Prambanan mungkin merupakan satu-satunya tempat di negara kita, yang merupakan aset wisata sekaligus tempat ibadah, persis di perbatasan antara dua kerajaan Yogya dan Surakarta.

 

Prambanan ternyata memang mencatat beberapa kejadian yang cukup penting ditinjau dari perkembangan sejarah masa lalu. Di antaranya adalah:

 

TEMPAT PERISTIRAHATAN SULTAN HADIWIJAYA SAAT MEMERANGI PANEMBAHAN SENOPATI

 

Sejarah mencatat, ada semacam perasaan tidak rela pada masa surutnya kerajaan dan munculnya kerajaan Mataram Islan Terlebih dari putera mahkota Pajang, Pangeran Benowo.

 

Sultan Hadiwijaya sendiri menyadari kalau kerajaannya tidak akan berumur panjang lagi. Tidak tega dalam hati Sultan Hadiwijaya untuk memerangi Raden Sutawijaya, anak angkatnya, yang diramalkan akan menjadi raja bahkan mampu menurunkan raja-raja besar di Tanah Jawa.

 

Akan tetapi karena desakan Pangeran Benowo, dengan setengah hati, Sultan Hadiwijaya terpaksa mengikuti kehendak anaknya untuk pergi ke Mataram. Dan dalam kondisi sakit parah, beliau pun berangkat ke Mataram, dan berhenti di Prambanan.

 

Sementara itu, Pangeran Senopati, juga tak berniat untuk memerangi ayah angkatnya. Dalam kondisi seperti ini, terpaksalah Kanjeng Ratu Kidul yang sudah berjanji akan membantu dalam meraih cita-citanya menjadi Raja di Mataram, bertindak dengan jalan mengerahkan bala tentara jin, baik dari laut Selatan maupun gunung Merapi, agar menteror, menakut-nakuti dan mengacaukan barisan penyerang dari Pajang itu.

 

Taktik ini ternyata berhasil. Bahkan, Sultan Hadiwijaya wafat di atas gajah titihannya, sewaktu mau pulang ke keratonnya di Pajang.

 

MASA PENENTUAN DI ZAMAN AMANGKURAT II

 

Peristiwanya terjadi sekitar 1674, sepeninggal sinuwun Amangkurat I yang wafat dalam perjalanan ke Batavia dengan maksud minta bantuan pada kompeni untuk mengatasi pemberontakan Trunojoyo di keraton Yogyakarta. Pangeran Tejaningrat selaku putera mahkota, semula bergabung dengan Trunojoyo, kemudian berubah haluan, kembali bergabung dengan ayahandanya. Ini terjadi setelah dia mengetahui bahwa Trunojoyo sendiri berambisi ingin menjadi raja untuk menggantikan ayahandanya di Mataram.

 

Dengan bantuan kompeni, Pangeran Tejaningrat berhasil mendirikan keraton baru di Kartasura. Sementara itu, di keraton Yogyarakta rakyat menghendaki Pangeran Puger menjadi raja untuk menggantikan Amangkurat 1.

 

Saat itu Prambanan menjadi saksi bisu atas tercapainya perdamaian antara Sinuwun Amangkuat II di Kartasura dan Pangeran Puger di keraton Yogyakarta, yang didukung oleh lasykar dari Kedu dan Banyumas.

 

Semula Pangeran Puger mengira, bahwa keraton di Kartasura adalah bikinan Kompeni. Pada waktu itu, Pangeran Puger berada di sebelah barat kali Opak. Tiba-tiba dari arah timur datang Pangeran Tejaningrat dengan mengenakan pakaian kebesaran raja Jawa, Dengan demikian, Pangeran Puger menjadi yakin, bahwa yang mendirikan keraton di Kartasura, bukanlah kompeni yang dimusuhinya, melainkan saudaranya sendiri. Pangeran Tejaningrat dengan gelar barunya, Amangkurat II.

 

Hal ini tidak diperkirakan sebelumnya, mengingat sewaktu mereka sama-sama melawat ayahandanya di Tegalarum menyatakan akan pergi ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam ke lima. Ternyata itu sekadar alasan, sebab kenyatannya di tengah jalan Pangeran Tejaningrat berbelok menuju Semarang.

 

Tak urung, terjadilah pertemuan yang sangat mengharukan antara keduanya, dan kemudian Pangeran Puger mengurungkan niatnya untuk menjadi raja dan langsung mendukung keberadaan keraton di Kartasura.

 

TEMPAT PERISTIRAHATAN SEMENTARA R.A. SERANG PADA ZAMAN PERANG DIPONEGORO

 

Pada waktu Perang Diponegoro, Prambanan juga merupakan saksi bisu, dari R.A. Serang selaku penasehat spiritual sekaligus Senopati pilih tanding laskar Diponegoro, menjadikan Prambanan sebagai tempat penghentian sementara setelah melakukan long march sambil mengobrak-abrik pertahanan musuh.

 

Sejak dari Serang dan Yuwana melintasi Purwodadi, Gundih, Klaten, Demak, Pati, kemudian Semarang, Magelang, melengkung ke arah Boyolali, Klaten dan berhenti di Prambanan, dari tempat ini dia mencari tahu tentang perkembanagn di Yogyakarta, sekaligus memantau perkembangan Pangeran Diponegoro, yang akan berunding dengan Jenderal De Kock di Magelang.

 

BANGUNAN RUMAH TUA TEMPAT BUNG KARNO

 

Di tempat ini juga ada saksi sejarah berupa sebuah rumah tua, milik mantan mandor tebu yang dikemudian hari dihuni oleh seorang Belanda yang terletak di dusun Benea ketu Bugisan, Prambanan, Klaten.

 

Jauh sebelum kemerdekaan RI, di rumah ini dan dihadapan para sahabatnya, Bung Karno menjanjikan bahwa suatu saat nanti bangsa ini berhasil merebut kemerdekaanya. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)