Kisah Kyai Pamungkas:
DITEROR ARWAH KORBAN PEMBUNUHAN
SEBUAH KESAKSIAN MENARIK DITUTURKAN OLEH SEORANG PELAKU PEMBUNUHAN KEJI. YA, DIA MENGAKU TERPAKSA MENYERAHKAN DIRI KEPADA POLISI KARENA TAK KUAT DITEROR OLEH ARWAH KORBAN YANG DIBUNUHNYA…
SEBENARNYA, antara kedua orang ini merupakan sahabat karib. Namun, hanya karena uang senilai Rp. 3 juta, salah seorang dari mereka tega menghabisi sahabat karibnya sendiri. Rupanya, arwah korban tak terima atas perlakuan keji ini.
Terbukti, ketika pelaku melarikan diri, arwah korban selalu membayang-bayangi agar dia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bahkan, ketika menampakkan wujudnya, sang arwah muncul dalam sosok tubuh yang utuh, sama seperti halnya ketika masih hidup.
Ya… kisah keji sekaligus mencekam ini memang terjadi di dunia nyata. Beberapa tahun silam antara Gatot Iswahyudi. 27 tahun, warga Desa Bagi, Kecamatan Nglames, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, dengan Jumadi, 26 tahun, warga Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, adalah merupakan sahabat kental. Persahabatan mereka bermula saat keduanya sama-sama menjadi TKI di Hongkong. Hidup di rantau orang membuat mereka merasa memiliki tali persuadaraan yang erat. Bahkan, ketika keduanya sama-sama pulang ke kampung halamannya di Madiun, persahabatan mereka masih terjalin dengan baik.
Karena ikatan persahabatan inilah, pada suatu ketika, saat Jumadi meminjam uang sebesar 3 juta rupiah kepada Gatot, pria ini langsung memberinya dengan tanpa embelembel jaminan apa pun. Apalagi, Jumadi berjanji dalam waktu dekat akan sanggup mengembalikan pinjaman tersebut.
Namun, rupanya janji tinggallah janji. Pasalnya, setiap kali ditagih oleh Gatot, Jumadi selalu mengaku belum punya uang. Walau begitu, Gatot masih tetap bersabar.
Pada 13 Februari 2008, untuk kesekian kalinya Jumadi berjanji akan melunasi utangnya Dan malam itu, selepas Isya, Gatot langsung meluncur ke rumah sahabatnya, untuk menagih uang yang malam itu dijanjikan akan dibayar oleh Jumadi.
Sebelum sampai di tempat tujuan, entah dengan maksud apa, Gatot terlebih dahulu membeli sebotol minuman keras. Setelah itu, dia pun meluncur ke rumah Jumadi. Sayangnya, di tengah jalan Jumadi meneleponnya via HP bahwa dirinya menunggu di SD III Dolopo. Memang, kala itu Jumadi bekerja sebagai penjaga sekolah di SD tersebut.
Mereka pun akhirnya bertemu di kantor SD III Dlopo. Setelah berbasa-basi, Gatot tidak langsung mengutarakan niatnya untuk menagih utang, walau sebenarnya sudah dijanjikan akan dibayar pada hari itu. Namun, Gatot terlebih dahulu mengajak sahabatnya untuk menenggak minuman keras yang dibawanya. Setelah sedikit mabuk, baru Gatot menagih uangnya yang dipinjam oleh Jumadi.
Rupanya, Jumadi belum dapat menepati janjinya. Pasalnya, saat ditagih, dia masih berusaha mengulur waktu dengan alasan belum punya uang. Karena merasa dipermainkan oleh sahabatnya, Gatot yang setengah mabuk itu langsung naik pitam. Saat itu juga dia mengancam, bisa atau tidak bisa, Jumadi harus membayar utangnya malam itu juga. Namun, Jumadi dengan tegas menyatakan tetap tak sanggup.
Akhirnya, terjadilah pertengkaran mulut di antara keduanya. Kemudian, pertengkaran ini menjurus ke adu fisik. Dan secara kebetulan, di dalam rumah dinas Kepala Sekolah tempat mereka sedang melakukan kontak fisik, ada sebuah linggis. Merasa terdesak, Gatot langsung meraih linggis dan dipukulkan ke rekannya sebanyak 7 kali. Tiga kali di bagian kepala, dan empat kali di bagian dada.
Mendapat hantaman linggis dari Gatot secara bertubi-tubi, Jumadi langsung terkapar di lantai. Saat melihat rekannya terkapar, Gatot langsung memeriksa keadaan korbannya itu. Rupanya, bukan untuk menolong. Justru berniat menghabisi nyawanya. Buktinya, begitu mengetahui Jumadi belum tewas, Gatot langsung mengambil seutas kabel listrik yang setara kebetulan juga berada di ruangan itu. Setelah menguliti ujungnya, kemudian kabel tersebut diikatkan pada ibu jari kaki Jumadi. Sedangkan satu ujungnya lagi ditancapkan pada sebuah stop kontak listrik yang terbuka.
Saat itu juga, Jumadi langsung menggelepar begitu tubuhnya yang hampir sekarat itu mendapat aliran listrik bertegangan tinggi. Tak lama kemudian, Jumadi pun langsung tewas.
Setelah yakin rekannya telah tewas, Gatot langsung meninggalkan TKP dengan membawa sebuah HP dan sepeda motor milik Jumadi. Dengan santainya, sepeda motor serta HP milik Jumadi dibawa pulang ke rumahnya.
Rupanya, selama beberapa jam berada di rumah, hati Gatot merasa tak tenang. Karena perbuatannya itu takut tercium oleh polisi, maka pagi harinya, bersama ditemukannya mayat Jumadi di rumah dinas kepala sekolah dalam keadaan tewas, Gatot langsung melarikan diri ke Surabaya.
Demikian gambaran Kejadian tersebut Paranormal-Indonesia.com sajikan berdasarkan hasil rekontruksi yang dilakukan tersangka sebelum menjadi pesakitan di depan pengadilan, Apa yang kemudian dilakukan Gatot?
Di kota Pahlawan ini, mantan TKI itu bersembunyi di rumah salah seorang rekannya. Namun, di malam pertama dalam pelarian inila arwah rekan yang telah dibunuhnya mulai gentayangan. Sebagaimana penuturan Gatot kepada Paranormal-Indonesia.com di ruang tahanan PN Madiun, di malama pertama pelariannya itu, arwah Jumadi sudah mulai menteror dirinya. Anehnya lagi, bentuk teror dari arwah rekan yang telah dibununnya, tidak melalui mimpi. Tapi langsung dalam kenyaatan. Jumadi mendatangi dirinya dalam wujud nyata, persis seperti ketika sahabatnya ini masih hidup.
Malam itu, seusai makan di luar, Gatot bermaksud kembali pulang ke rumah rekannya. Namun, baru berjalan beberapa meter meninggalkan warung, tiba-tiba Gatot dengan jelas melihat sosok Jumadi berdiri di bawah tiang listrik seperti sengaja menghadangnya.
Apa yang sedang terjadi? Bukankah Jumadi telah mati dibunuhnya? Gatot mengigil ketakutan. Terlebih ketika beberapa detik kemudian, sosok orang yang telah dihabisi nyawanya ini langsung hilang dari pandangannya. Lenyap bak ditelan bumi!
Gatot pun langsung mempercepat langkahnya agar segera sampai di tempat persembunyiannya. Anehnya, kejadian ini terulang kembali saat dirinya akan buang air kecil. Peristiwanya terjadi di malam yang sama. Lepas tengah malam itu, saat dirinya baru membuka pintu dapur, sosok Jumadi dengan pakaian serba putih sudah menghadang di depan pintu kamar mandi. Dengan tubuh gemetar, Gatot langsung balik bergegas masuk.
“Malam itu, karena merasa takut, aku benar-benar tak bisa tidur semalam suntuk. Aku sangat menyesal telah membunuh sahabatku sendiri,” kenang Gatot dengan mata memerah menahan kesedihan.
“Selama muncul dalam bentuk nyata dua kali dalam satu malam, memang tak ada kata-kata yang terlontar dari mulut Jumadi. Tapi bagi saya, itu merupakan teror yang luar biasa mencekam,” tambahnya.
Karena bersembunyi di Surabaya merasa terus diteror arwah Jumadi, dua hari kemudian Gatot langsung menuju Mojokerto.
Di kota yang tak jauh dari Surabaya ini, Gatot juga bersembunyi di rumah salah seorang rekannya. Namun seolah tak pernah tinggal diam, lagi-lagi, arwah Jumadi pun muncul. Buktinya, selama berada di Mojekerto, beberapa kali pula sosok Jumadi selalu menampakkan diri di hadapan Gatot. Anehnya, sepertinya halnya ketika Gatot masih bersembunyi di Surabaya, belum sepatah katapun yang terucap dari bibir sosok gaib Jumadi itu. Saat menampakkan diri di hadapan Gatot, arwah itu memang hanya muncul beberapa detik, sebelum akhirnya hilang seperti terbawa angin.
Rupanya, walau telah diteror berulang kali oleh sosok arwah Jumadi dalam bentuk nyata, namun tak membuat Gatot insyaf atau menyerahkan diri ke pihak yang berwajib. Bahkan, dengan maksud menghindari kejaran polisi serta arwah rekannya, Gatot melanjutkan pelariannya. Dia langsung menuju ke Yogyakarta untuk mencari tempat persembunyian baru.
Seperti halnya ketika masih di Surabaya dan Mojokerto, di Kota Pelajar ini Gatot juga bersembunyi di rumah salah seorang rekannya. Tepatnya di wilayah Sleman. Memang, pada awalnya Gatot merasa lebih aman. Satu dua hari berada di Yogya, Gatot merasa bebas dari kejaran arwah Jumadi. Apalagi polisi belum mengendus tempat persembunyiannya. Saat itu, Gatot berpikir jika arwah Jumadi takkan lagi bakal menghantui pelariannya.
Rupanya, dugaannya meleset jauh. Saat merasa aman inilah, justru arwah rekannya itu kembali datang menerornya. Bahkan, dengan penampakkan yang lebih menakutkan. Di saat datang menemuinya, arwah Jumadi memelototi dirinya lebih lama daripada ketika dia masih bersembunyi di Surabaya dan Mojokerto. Bahkan, mata arwah rekannya ini tampak memerah seperti laiknya seorang yang tengah menahan marah. Dan setelah menunjukkan kemarahannya, baru sosok Jumadi lenyap tanpa bekas.
“Saya pikir, setelah sembunyi di Yogya, dia tak akan meneror saya lagi. Tak tahunya justru lebih seram. Hanya saja, dia tetap tak mengucapkan sepatah kata pun. Padahal, saat di Jogya itu, dia meneror saya di depan rumah di bawah cahaya listrik yang terang. Bahkan banyak kesempatan kalau saat tu dia mau berbicara. Karena suasananya sangat sepi di bawah hujan rintik-rintik, terang Gatot yang juga didengar oleh beberapa orang tahanan sebelum sidang.
Karena di Yogya merasa kembali tidak aman dari kejaran arwah rekannya, esok harinya, Gatot langsung melarikan diri menuju Solo. Tujuannya tak lain, untuk menghindari kejaran arwah Jumadi. Tapi, namanya arwah yang sudah hidup di alam gaib, kemanapun Gatot pergi, dia selalu dibuntuti oleh sosok Jumadi yang telah dieksekusinya dengan keji itu.
Terbukti, ketika baru satu malam di Solo, lagi-lagi sosok Jumadi muncul di hadapannya. Saat itu sekitar pukul 18.00 selepas Maghrib, kertika Gatot baru saja selesai makan sore di rumah temannya yang digunakan untuk bersembunyi. Bayangkan, ketika hendak pergi ke dapur untuk cuci tangan, Gatot melihat dengan mata kepala sendiri, sosok Jumadi telah berdiri tegap di hadapannya, namun, hanya sekejap.
Walau sudah terbiasa dihantui oleh arwah rekannya, nyali Gatot ciut juga. Terbukti, sang algojo ini langsung balik masuk ke dalam rumah dengan tubuh menggigil seperti terserang demam tinggi.
Dan menjelang pukul 02.00, Gatot baru bisa tidur. Saat tidur inilah, dia bermimpi didatangi oleh sosok Jumadi. Jika saat menemuinya di alam alam nyata sosok Jumadi hanya diam membisu seribu kata, namun tidak demikian saat menemui sang pembunuh di alam mimpi. Kala itu, Jumadi menjelaskan panjang lebar mengapa dirinya selalu mengikuti Gatot.
“Aku hanya meminta agar kau mau mempertanggungjawabkan perbuatanmu dengan menyerahkan diri kepada polisi. Jika tidak, aku akan selalu menerormu kemanapun kau pergi” Itulah yang dikatakan Jumadi,
Akhirnya, Gatot tahu jawaban sesungguhnya.”Kenapa selama saya dalam pelarian, arwah Jumadi selalu muncul di hadapan saya? Ternyata dia meminta saya untuk menyerah”, tutur Gatot dengan pandangan menerawang mengenang masa lalunya.
Karena mendapat ancaman seperti itu, pagi harinya Gatot langsung menuju Madiun. Sebelumnya, dia terlebih dahulu menelepon keluarganya. Intinya, dia ingin menyerahkan diri.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Solo dan tiba di rumah, petugas dari Polres Madiun langsung menangkapnya. Saat itu juga, Gatot resmi menjadi tahanan polisi.
Kini, Gatot telah meringkuk di LP Madiun untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Setelah melalui beberapa kali persidangan, majelis hakim PN Madiun menjatuhkan vonis selama 7 tahun potong masa tahanan. Alasan majelis hakim, Gatot telah dianggap bersalah melanggar pasal 338 KUHP tentang kejahatan sengaja merampas nyawa orang lain. Walau sebenarnya, Jaksa Penuntut Umum mendakwa Gatot dengan tiga pasal yang berlapis.
Sebenarnya, vonis untuk Gatot yang saat sidang didampingi oleh pengacaranya bisa dikatakan “menguntungkan” dirinya. Karena sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum, menuntutnya 10 tahun penjara.
Kini, setelah kenyang diteror oleh arwah korban yang telah dibunuhnya, Gatot harus menjalani hukuman selama 7 tahun. Sebuah waktu yang bisa dibilang cukup lama untuk hidup di dalam penjara. Tapi, semoga Gatot dapat mengambil hikmah di balik kejadian yang penuh misteri ini. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)