Kisah Kyai Pamungkas:
RADEN SANDHI RAJA ORANG BUNIAN

LEGENDA MENGENAI KEPERCAYAAN TERHADAP EKSISTENSI ORANG BUNIAN TERNYATA TIDAK HANYA ADA DI KAWASAN SUMATERA BARAT, MASYARAKAT KALIMANTAN BARAT, KHUSUSNYA SAMBAS JUGA MEYAKINI HAL YANG SAMA. MEREKA MEMILIKI KISAH TENTANG RADEN SANDHI, DIPERCAYA SEBAGAI RAJA ORANG BUNIAN. SEPERTI APA KISAHNYA…?

 

MENURUN kepercayaan orang Sambas, Raden Sandhi itu bukannya mati. Dia dibawa oleh orang halus, atau orang bunian, atau disebut juga Orang Paloh. Paloh sendiri merupakan tempat yang sangat terkenal keangkerannya. Sampai saat ini, kendati modernitas sudah semakin mewarnai kehidupan orang-orang daerah Sambas, namun pada umumnya mereka masih percaya dengan keangkeran Paloh. Hal-hal beraroma mistik banyak bersumber dari daerah ini, bahkan hingga sekarang.

 

Menurut kepercayaan masyarakat daerah Sambas, kalau kita akan pergi ke Paloh, maka kita harus menghormati beberapa pantangan. Yang pertama, kita tidak boleh berteriak-teriak atau memekik di dalam hutan. Kedua, bersiul juga dilarang. Ketiga, berkata tidak baik dan berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Misalkan saja membuang hajat di hutan.

 

Kalau pantangan-pantangan ini dilanggar, maka, besar kemungkinan akan a Contohnya, kita akan tersesat di hutan, berbagai bentuk teguran halus lainnya.

 

Berbagai pantangan tersebut, kepercayaan masyarakat Sambas, erat kaitannya dengan cerita men Raden Sandhi. Disebutkan, Raden termasuk keluarga orang baik-baik masih keturunan raja-raja Sambas kecil, kelakuannya sangat berbeda saudaranya yang lain. Salah satu paling disukai dan sering dilakukan adalah berburu. Kalau sudah berburu, dua atau tiga hari kemudian baru pulang.

 

Dikisahkan, pada suatu ketika Raden Sandhi dipanggil oleh ayahandanya.

 

“Urus keluargamu, jangan hanya berburu. Kamu memang sanggup memberi mereka makan. Tapi kamu sebagai suami dan ayah dari anak-anakmu, berkewajiban untuk yang lebih banyak memberi perhatian dan mendidik anak-anakmu, Itu semua adalah tanggung jawabmu,” demikian nasihat sang ayah dengan bijak.

 

“Baiklah, Ayahanda. Akan kuperhatikan semua nasihatmu,” jawab Raden Sindhi dengan takzim.

 

Memang disebutkan Raden Sindhi adalah seorang anak yang patuh. Tabiatnya juga pendiam dan tidak suka berbicara yang tidak ada gunanya.

 

Namun sayang. Untuk urusan larangan berburu dia tidak bisa mematuhinya dengan begitu saja. Walau dia telah menyanggupi nasihat ayahandanya, namun dia tidak bisa meninggalkan hal yang telah menjadi kebiasaannya ini.

 

Pada suatu hari, akhirnya, seperti biasa Raden Sandhi akan pergi berburu. Dia melupakan janjinya kepada sang ayah.

 

“Isteriku, Kanda akan pergi berburu. Entah satu hari, dua hari, atau lebih dari itu, Kanda tidak tahu. Cuma Kanda minta, supaya kepergianku itu jangan kau ceritakan kepada ayah dan ibu,” demikian pinta Raden Sindhi saat berpamitan kepada sang isteri.

 

“Mengapa pula Kanda harus merahasiakan kepergian ini kepada Ayah dan Ibu?”Tanya istrinya.

 

“Aku sudah berjanji kepada mereka untuk tidak berburu lagi. Tapi hatiku selalu saja ingin pergi berburu. Karena itulah Kanda minta agar kau merahasiakan kepergian ini kepada mereka,” jelas Raden Sindhi.

 

Sang isteri ragu.

 

“Ingat, Dinda! Seorang istri haruslah patuh terhadap suaminya.”

 

“Baiklah jika itu yang Kanda inginkan!” Jawab sang isteri. “Tapi kuminta agar Kanda jangan terlalu lama. Aku mengkhawatirkan keselamatan dirimu.”

 

“Tidak, aku pergi tidak akan terlalu lama, mungkin hanya dua hari saja!”

 

“Baiklah! Tapi kuminta harus ada pengawal yang menyertaimu, Kanda!”

 

“Tentu saja. Aku membawa dua orang pengawal yang akan menemani perjalananku!”

 

Akhirnya, berangkatlah Raden Sandhi dengan diiringi kedua orang pengawalnya. Mereka berjalan keluar masuk hutan dan melintasi jurang. Anehnya, mereka tidak juga bertemu dengan binatang yang dicari. Jangankan rusa, kijang, atau pelanduk. Bahkan burung pun tidak mereka jumpai.

 

Karena belum juga bertemu dengan binatang buruannya, maka, Raden Sindhi pun tidak berniat untuk segera pulang. Ini memang sudah menjadi sifat Raden Sandhi, kalau belum dapat hewan buruan, maka, dia belum puas hatinya.

 

Perjalanan itu akhirnya menuntun langkah mereka sampai di kawasan hutan Paloh.

 

Sesampainya di Paloh, terdengarlah suara burung yang mencicit tiada henti.

 

“Raden, mungkin itu adalah sasaran kita yang pertama!” Kata salah seorang pengawal.

 

“Ya, kau benar!” Jawab Raden Sindhi. Dia pun segera mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu. Benar, diliharnya ada seekor burung yang bertengger di atas dahan pohon yang tidak terlalu tinggi. Namun, burung itu sangat aneh bentuknya. Raden Sindhi sudah hapal bentuk-bentuk burang di dalam hutan. Namun, burung yang ini sangat berbeda dengan burung-burung yang lain. Tidak juga besar, tidak juga kecil ukurannya. Bulu-bulunya sangat indah, dengan warna yang bermacam-macam.

 

“Cantik sekali burung ini. Akan menyenangkan kalau aku bisa memeliharanya,” batin Raden Sindhi.

 

Dia pun segera mengarahkan sumpirnya ke si burung. Semula, dia berniat akan menyumpit sayapnya, sehingga mudah-mudahan burung itu tidak mati dan dia dapat memeliharanya.

 

Namun malangnya, sumpir Raden Sindhi tepat mengenai kepalanya, sehingga matilah burung tersebut. Karena itu dia merasa sangat sedih.

 

“Sayang, burung ini harus mati. Kalau tidak mati pasti akan kupelihara, dan kuberi dia sangkar yang indah,” gumam Raden Sindhi sambil memerhatikan bangkai burung di tangannya.

 

Entah mengapa, setelah membunuh burung misterius tersebut Raden Sindhi merasakan sakit kepala yang teramat berat. Karena itulah dia akhirnya meminta kepada dua orang pengawalnya agar segera pulang, meski perburuan baru memasuki hari kedua.

 

Ringkas cerita, Raden Sandhi akhirnya sampai di istana. Kepada isterinya, dia bercerita bahwa badannya terasa kurang sehat, karena itulah dia memutuskan segera pulang.

 

Setelah diberi obat berupa ramu-ramuan, ternyata sakit Raden Sandhi masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Bahkan setelah diobati oleh beberapa orang dukun, sakit Raden Sandhi bukannya sembuh. Penyakitnya malah bertambah parah.

 

Bak kata pepatah: Malang tak bisa ditolak, untung tak dapat diraih. Setelah beberapa lama terbaring sakit, Raden Sandhi akhirnya meninggal dunia. Anehnya, setelah upacara penguburan selesai dilaksanakan, pada malam harinya, isteri Raden Sandhi mendapat mimpi yang aneh. Lewat mimpi itu diperoleh penjelasan bahwa sebenarnya Raden Sandhi tidaklah mati, melainkan Raden Sandhi dibawa oleh orang halus pergi ke Paloh. Maksudnya tiada lain dia akan dijadikan raja oleh orang halus atau orang bunian yang kerajaannya ada di sana. Raden Sandhi akan dijadikan menantu dan raja orang halus di tempat tersebut, karena raja di kerajaan gaib Paloh sudah terlalu uzur usianya.

 

“Yang dimakamkan itu bukannya Raden Sandhi, melainkan hanya sebatang pohon isang.”

 

Demikian kata orang halus yang datang di dalam mimpi isteri Raden Sandhi. Orang halus tadi juga berpesan untuk memberitahukan mimpinya kepada orang tua Raden Sandhi. Lalu tersadarlah isteri Raden Sandhi dari mimpinya.

 

Keesokan paginya, isteri Raden Sandhi kemudian menceritakan mimpinya itu kepada kedua orang tua suaminya beserta keluarganya. Dia menyebutkan bahwa yang dikuburkan itu bukanlah jenazah Raden Sandhi melainkan hanya sebatang pohon pisang, dan suaminya dibawa pergi ke Paloh oleh orang bunian untuk dinikahkan dengan anak Raja Paloh.

 

Begitu mendengar cerita isteri Raden Sandhi, maka gemparlah keadaan di negeri kecil itu. Ayah Raden Sandhi menyesali apa yang telah dilakukan putera kesayangannya yang sudah sering diingatkan untuk tidak lagi pergi berburu, apalagi pergi berburu sampai ke daerah Paloh.

 

“Memang, Paloh itu adalah tempat orang-orang bunian, apalagi kedatangan Raden Sandhi ke Paloh hanya untuk berburu, membunuh binatang yang ada di sana. Namun apa daya, semuanya telah terjadi. Mungkin itu sudah suratan takdir Raden Sandhi,” kata sang ayah.

 

Dikisahkan pula, setelah Raden Sandhi dibawa ke kerajaan Paloh, dia kemudian dinikahkan dengan anak Raja Paloh. Pada masa itulah Raden Sandhi menjadi Raja Paloh dan berkuasa di daerah Paloh.

 

Hingga sekarang, kepercayaan mengenai keberadaan Raden Sandhi sebagai penguasa gaib kerajaan Paloh masih banyak dipercayai oleh masyarakat.

 

Menurut cerita, apabila Anda kebetulan akan pergi ke daerah Paloh, maka jangan lupa menyebut nama Raden Sandhi, sambil berkata, “Den, Raden, kami datang ke Paloh daerah kekuasaan dato (panggilan untuk Raden Sandhi). Kami juga masih keluarga dari Sambas, janganlah kami diganggu”

 

Begitulah bunyi ucapannya. Selain itu, ada juga syarat yang harus dilakukan bagi yang akan ke Paloh, yaitu:

 

1. Jangan sekali-sekali berani berteriak-teriak.

 

2. Jangan bersiul-siul sebab itu tabu untuk dilakukan.

 

3. Jangan sekali-kali membunuh binatang yang berguna seperti burung (jenis apa saja) dan yang lainnya.

 

4. Selain itu juga tidak boleh berbicara kotor. Apabila hal-hal semacam ini dilanggar, maka, akan ada akibatnya.

 

Begitulah cerita tentang Raden Sandhi. Kepercayaan ini masih tetap dipegang hingga saat ini. Orang yang masuk ke daerah Paloh tidak berani sembarangan. Mereka amat percaya kalau daerah ini dijaga oleh Raden Sandhi, sang raja di kerajaan orang-orang bunian. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)