Kisah Kyai Pamungkas:
SILUMAN BELUT EMAS

Pemandian Alam Sumber Maron merupakan salah satu obyek wisata yang berada di daerah Malang Selatan, tepatnya terletak di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang atau sekitar 4 kM ke arah timur dari arah Kepanjen yang merupakan ibukota Kabupaten Malang. Pemandian Sumber Maron merupakan sumber mata air yang berada di kawasan persawahan dan memiliki pemandangan yang indah maupun berkelok. Menurut cerita warga sekitar nama Sumber Maron sendiri berasal dari mata air yang muncul dari sebuah maron (sejenis peralatan menanak nasi) yang dibuang di daerah tersebut.

 

Selain mata air yang terpancar keluar kemudian ditampung dalam kolam yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk mandi, di Sumber Maron juga terdapat air terjun. Oleh masyarakat sekitar, air terjun ini biasa disebut dengan Grojogan Sewu. Air terjun di Sumber Maron ini tidak begitu tinggi, dengan ketinggian sekitar 5-6 meter dan kemiringan sekitar 60 derajat namun memiliki pemandangan yang menawan.

 

Namun di balik pemandangan Sumber Maron yang indah ternyata mengandung banyak cerita gaib seperti yang dialami oleh Yosi. Seorang pemuda yang sehari-harinya bekerja di counter HP.

 

Kejadian yang berlangsung setahun yang lalu tersebut bermula dari keinginan dari Yosi untuk berkunjung di Sumber Maron beserta kekasihnya Pungki. Walaupun sudah lama tinggal di Malang, namun baru kali ini Yosi sempat untuk mengunjungi lokasi wisata alam yang mulai ramai tersebut. Entah karena menunggu kepulangan kerja dari Pungki atau memang disengaja oleh Yosi. Kedua muda mudi tersebut memasuki Sumber Maron saat senja mulai datang.

 

“Wah kita datang terlalu sore,” ucap Pungki yang merasa kedatangannya terlambat waktu menuruni jalan setapak di Sumber Maron.

 

Yosi hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Pungki. Digandengnya tangan Pungki seraya berkata “Kan enak sudah sore, kita mandi sekalian.”

 

Mendengar ucapan itu Pungki ikut tertawa. “Kalau begitu kita langsung berendam saja.”

 

Tidak berapa lama kemudian kedua remaja tersebut sudah tampak berendam disejuknya air Sumber Maron yang ada. Sambil sekali-kali bercanda dan mengejar ikan-ikan yang berseliweran, tanpa sadar keduanya bergerak mendekat ke arah pohon beringin yang ada di tengah pemandian. “Jangan kesitu Yos!” bisik Pungki yang ditarik oleh Yosi. “Takut….” Sambungnya lagi. Hati Pungki entah kenapa merasa tidak enak melihat pohon beringin yang kelihatan menyeramkan di tengah rerimbunan pepohonan. “Apanya sih yang ditakutkan?” jawab Yosi pendek. Tangannya dengan cepat memeluk tubuh Pungki yang teri sebenarnya merasa ketakutan.

 

Entah karena melihat sikap Yosi yang terlihat cuek keduanya pun akhirnya larut dalam canda di bawah pohon beringin tersebut. Tiba-tiba di mulut Yosi terlihat senyum nakal.

 

“Ada apa sih?” Pungki merasa penasaran.

 

“Aku kencing di celana… He… he… sekalian ku arahkan di akar beringin tadi,” kata Yosi sambil cengengesan.

 

Pungki yang mendengar ucapan itu segera mendorong tubuh Yosi menjauh, “Ih joroook!”

 

Yosi hanya tertawa saja mendengar ucapan Pungki. Tak lama kemudian keduanya beranjak keluar dari pemandian dan berjalan ke arah Grojokan Sewu yang membentang di bawah Sumber Maron. Di bawah guyuran air yang mengalir pelan tersebut keduanya kembali bermain air. Melihat tubuh Pungki yang basah kuyup terkena guyuran air, entah kenapa tiba-tiba timbul nafsu pada diri Yosi. Tangannya segera bergerilya di tubuh Pungki. Pungki hanya tersenyum malu namun tidak menolak tangan Yosi yang mulai nakal tersebut. Keduanya asyik bercanda tanpa menghiraukan waktu yang menjelang maghrib. Tiba-tiba terdengar teriakan ketakutan dari Pungki, “Ular… ular!”

 

Spontan Yosi menoleh dan melihat ke arah yang ditunjuk Pungki. Ia seakan melihat sesosok benda kecil panjang berwarna kuning melintas di bawah air. Tubuhnya terlihat meliuk-liuk di dalam air yang jernih.

 

“Bukan… Itu ikan…“ kata Yosi mencoba menenangkan diri karena merasa takut. Ia kemudian segera mengajak Pungki untuk keluar dari air dan berhenti berendam. Setelah itu keduanya bergegas pulang sambil membawa perasaan masing-masing. Kedua anak tersebut merasa aneh dengan apa yang baru mereka lihat.

 

Malamnya di rumah Yosi merasakan sesuatu yang aneh pada alat vitalnya. Entah kenapa ia merasa nyeri, tubuhnya pun serasa gak enak, kemudian ia pun pingsan dan bangun sambil menggigau ketakutan. Setelah itu tubuhnya pun berubah mirip dengan orang yang mengalami mati suri.

 

Melihat keadaan Yosi yang semakin parah, maka anggota keluarganya segera memanggil Ki Susmono, orang pintar yang mempunyai kelebihan menangani berbagai gangguan yang disebabkan makhluk halus.

 

Ki Susmono yang melihat keadaan dari Yosi segera tanggap. Ia kemudian duduk bersila di hadapan tubuh Yosi yang diam membujur mirip orang meninggal. Satusatunya yang membedakan keadaannya dengan orang yang meninggal adalah masih adanya nafas yang keluar masuk dari lubang hidung. Namun yang aneh matanya tidak terpejam, tapi terbelalak lebar dan pandangan mata itu seakan kosong dan hampa.

 

Melihat keadaan yang aneh tersebut, Ki Susmono menerawang dengan mata batinnya. Dilihatnya pada tubuh yang terbaring itu sesuatu berwarna kuning keemasan tampak melilit tubuh Yosi.

 

Ki Susmono berusaha menembus sosok kuning keemasan itu, namun ia mengalami kesulitan karena juga ada gumpalan kabut gaib yang seakan menyelimuti tubuh yang terbaring itu amat tebalnya. Melihat hal itu, Ki Susmono kemudian berusaha mencari celah untuk menembus kabut tersebut. Dilinatnya mata Yosi yang terbelalak lebar tidak tertutup oleh kabut gaib. Maka Ki Susmono kemudian memusatkan konsentrasi pada mata Yosi yang terbuka tersebut.

 

Melalui pandangan mata itu, tubuh halus dari Ki Susmono pun keluar dan masuk menembus jauh kedalam pandangan mata yang kosong milik Yosi. Seakan terhisap, tubuh halus Ki Susmono pun berputar lembut dan ikut menghilang ditelan kabut yang ada.

 

Di tengah kabut tersebut, Ki Susmono melihat tubuh Yosi kini jelas terlilit oleh sosok makhluk berwarna kuning keemasan dan bertubuh panjang. Tubuh makhluk yang mirip ular tapi tidak mempunyai sisik tersebut tampak mengkilap dan mengeluarkan lendir yang membasahi sekujur tubuhnya.

 

“Belut emas,” cetus Ki Susmono melilit penampakan makhluk yang melilit tubuh Yosi.

 

Yosi sendiri seakan tidak menyadari apa yang terjadi. Ia seakan bercanda dan bercumbu dengan sosok tubuh yang melilit tubuhnya.

 

Melihat apa yang terjadi Ki Susmono kemudian mendekat dan tangannya bergerak berusaha melepaskan tubuh Yosi dari lilrtan belut emas. Seakan tidak paham dengan apa yang terjadi, Yosi tetap asyik mencumbu belut raksasa yang melilit tubuhnya. Sementara tubuh belut mas tersebut mengeluarkan lendir yang semakin banyak sewaktu Ki Susmono berusaha melepaskan lilitan yang ada. Namun usahanya berkali-kali mengalami kegagalan karena licinnya tubuh belut tersebut.

 

“Makhluk ini bisa lepas kalau Yosi sadar apa yang terjadi,” guman Ki Susmono.

 

la kemudian berteriak ke arah Yosi. “Lepaskan pelukanmu. Yang kamu peluk adalah siluman belut!”

 

Semula Yosi tidak Tempuran sungas menghiraukan ucapan Ki kadang menyara Susmono, namun melihat laki-laki di hadapannya yang berulang kali memperingatkannya ia merasa risih.

 

“Dia bukan belut. Melainkan putri yang cantik jelita,” bantah Yosi yang justru semakin mempererat pelukannya pada belut raksasa itu.

 

Melihat sikap Yosi yang justru semakin membandel, Ki Susmono kemudian berteriak lantang. “Itu tipuan siluman yang berusaha membutakan mata kamu.”

 

“Tidak! Dia betul-betul putri yang cantik dan berniat menjadikan aku suaminya,” Yosi sekali lagi membantah.

 

Aku akan berusaha mempengaruhi mata batin anak ini yang rupanya telah tersihir oleh sosok gaib di hadapannya, batin Ki Susmono.

 

Ki Susmono kemudian mengendapkan seluruh nafsu maupun gejolak batinnya sambil terus menatap ke arah tubuh 2 makhluk berlainan jenis yang masih berpelukan erat tersebut. Dia tahu warna kuning emas dari belut ini menunjukkan adanya nafsu sSupiyah yang menggelora. Nafsu ini keluar melalui mata. Bukan mata fisik, tapi mata batin. Ki Susmono pun berusaha mengendapkan nafsu ini agar kesadarannya ikut mempengaruhi jiwa Yosi. Ki Susmono pun mulai bersemedi untuk mempengaruhi kesadaran Yosi.

 

Seakan terpukul oleh sesuatu yang tidak tampak, tubuh Yosi yang asyik memeluk belut raksasa yang melilit tubuhnya itu kemudian terhenyak kaget. Ia kemudian menjerit ketakutan waktu melihat sosok cantik yang selama ini dipelukannya ternyata merupakan Sosok belut raksasa. Yosi pun menggigil ketakutan melihat apa yang terjadi.

 

Tanpa sadar berkali-kali ia menyebut asma Allah. Mendengar ucapan yang keluar dari tubuh Yosi, tubuh belut itu pun menggeliat-geliat seakan kepanasan. Tubuh belut mas itu kemudian berubah menjadi gumpalan asap tebal, lama-kelamaan asap itu menipis selanjutnya menghilang.

 

Seiring dengan itu, badan Yosi yang terbaring lemah di rumah kemudian mulai bergerak pelan dan kemudian sadar. Sementara tubuh halus Ki Susmono pun telah kembali ke raganya. Orang-orang pun bersyukur setelah melihat apa yang terjadi.

 

Setelah keadaan Yosi membaik, Ki Susmono pun bercerita apa yang telah dialaminya. Karena Yosi berbuat tidak senonoh sewaktu berendam di Sumber Maron maka salah satu penghuni gaib tempat tersebut merasa marah dan mengganggu Yosi. Sosok gaib yang berwujud belut mas tersebut kemudian menarik jwa Yosi ke alam gaib. Beruntung Yosi berhasil diselamatkan.

 

Selanjutnya Ki Susmono juga bercerita kalau siluman belut mas yang mengganggu Yosi sebenarnya merupakan khodam dari sebuah pusaka berujud sebuah patrem atau keris kecil. Dahulunya di Sumber Maron pernah terdapat putri kerajaan yang melakukan tapa untuk mencapai kesempurnaan hidup, di tengah-tengah tapanya ia berhasil mengalahkan godaan nafsu terbesar yang dimiliki wanita. Godaan tersebut berupa godaan nafsu supiyah, atau nafsu kesenangan akan sesuatu yang indah dan cantik. Wujud dari gejolak nafsu supiyah itulah yang kemudian diwujudkannya menjadi sebuat patrem yang ditanam dalam pohon beringin di pemandian Sumber Maron. Tingkah laku Yosi yang tidak senonoh tanpa sadar telah membuat khodam patrem tersebut terusik kemudian mengganggu tubuh Yosi. Beruntung Yosi berhasil diselamatkan, kalau tidak jiwanya akan tetap terbelenggu dan terjebak dalam alam gaib di Sumber Maron.

 

Beruntung Yosi hanya diganggu oleh ” khodam pusaka yang ada di Sumber Maron, sebab selain siluman belut mas di Sumber Maron juga banyak terdapat makhluk halus dari jenis lain seperti wewe gombel. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)