Kisah Kyai Pamungkas:
AKIBAT RITUAL UANG GAIB
Dengan mengamalkan mantra ini, maka uang akan bisa diperoleh dengan mudah. Tapi ada sebentuk hutang yang harus dibayar lunas…
Memang besar pepatah yang mengatakan kalau ekonomi adalah panglima. Oleh karen itulah hampir semua orang, termasuk aku, juga berlomba-lomba mencari uang. Dengan tujuan tak lain untuk memperbaiki perekonomian keluarga.
Jika mencari uang dengan cara bekerja keras itu sudah biasa. Namun yang kulakukan adalah mencari uang dengan cara bersekutu dengan makhluk gaib. Caranya yaitu dengan memanggil berbagai golongan jin yang mampu mendatangkan uang.
Sebetulnya, pengalaman ini berawal tatkala aku berpetualang dalam kehidupan gaib untuk mencari aneka macam ilmu kanuragan. Namun setelah ada salah satu guru gaibku memberi sebuah ilmu aneh yang dapat digunakan untuk mendatangkan uang dalam jumlah besar, aku jadi tertarik untuk memiliki sekaligus mencobanya.
“Ilmu ini lelakunya sangat berat, tapi aku yakin kamu mampu melakukannya karena kamu sudan terbiasa lelaku,” ucap guru gaibku. “Saat melakukan ilmu ini, kamu harus puasa ngebleng, juga tidak tidur sehari semalam. Bersamaan itu pula badan kamu harus selalu dalam keadaan suci, jika batal berarti harus kau ulang dari awal,” terang guruku panjang lebar.
Aku hanya mampu mengangguk tanda mengerti, walau sebetulnya dalam hati kecilku berkata bahwa itu ilmu yang berat untuk kujalani. Tapi tak apalahku terima, toh tak harus aku jalani, ujarku dalam hati. Akupun jalani, a seluruh ilmu itu dengan baik menerin mantra-mantranya. karena kuanggap ilmu langka ditambah keinginanku untuk dapat memiliki uang dalam jumlah besar, akhirnya aku menjalankan ilmu itu. Aku persiapkan seluruh kelengkapan untuk ritual tersebut. Ada kopi pahit, air putih dan juga rokok krete, kusediakan juga sebuah lilin. pada hari Kamis setelah sholat Subuh aku memulai ritual khusus, dalam keadaan tubuh yang suci aku mulai mengurung diri di dalam kamar. Kumulai membaca mantra-mantra gaib yang berbunyi…
“Jin abang jin ireng jin kuning jin putih jin joni jin anjayani jin sarifudin jin abdul ghofur, aku njaluk tulung marang sliramu kabeh. Jupukno duwite nisope wong Islam kabeh, akihe sak milyar. Yen wis mbok wenehi bakal tak dum telu. Sing sak pertelon kanggo fakir miskin lan yatim piatu, sing sak pertelon kanggo tempat ibadah, sing sak pertelon…”
Dan beberapa kalimat lagi yang juga menjadi bagian mantra pemanggil jin yang kumaksud. Mantra yang cukup panjang itulah yang selalu aku baca hingga malam hari tanpa henti. Dan selalu kuulang-ulang.
Tanpa terasa dinginnya malam yang terbawa semilir angin, masuk di sela-sela dinding kamarku. Begitu juga semerbak bau wangi mulai menusuk hidungku. Bersamaan itu pula, beberapa gadis masuk ke dalam kamarku. Gadis-gadis yang tampak ranum dan cantik itu ternyata tidak ada yang memakai baju, semuanya telanjang bulat. Senyumnya, gerakan tubuhnya sangatlah menggoda. Tetapi aku tidak merasa bergeming oleh kemolekan dan rangsangan yang menggoda itu, oleh karena itulah kekurangajarannya semakin menjadi-jadi. Mereka semakin berani meraba-raba tubuhku, tetapi karena keteguhan niatku itulah yang membuat mereka pergi satu demi satu.
Kepergian gadis-gadis cantik itu, ternyata hanya sebagai awal dari godaan yang harus aku jalani, sebab setelah itu datang beberapa orang dengan wajah yang amat menakutkan. Salah satunya hanya berupa kepala yang terbang melayang-layang di langit-langit kamarku. Memang ada sedikit perasaan bimbang dan merinding yang aku rasakan. Apalagi setelah aku dengarkan suara yang menyayat hati, yakni suara tangis bayi yang seakan-akan disiksa. Anehnya suara itu aku rasakan seperti suara anakku. Namun aku tetap meyakinkan kalau suara yang aku dengar hanyalah halusinasi belaka yang bermaksud membatalkan semediku, sehingga akupun tetap konsentrasi membaca doa-doa.
Tak begitu lama waktu berlalu, tiba-tiba suara jerit tangis bayi berubah menjadi suara sendau gurau anak-anak kecil. Suara anak yang tidak aku kenal itu semakin keras berada di sekelilingku dan akhirnya mereka betul-betul hadir di hadapanku. Mereka tidak hanya tertawa meledekku, tetapi juga bertingkah kurang ajar terhadapku. Sebagian ada yang bergelantungan di tubuhku. Bahkan ada juga yang naik di atas kepalaku, dan lebih kurang ajarnya lagi salah satu diantara mereka ada yang menusuk-nusukkan jemarinya ke duburku.
“Bocah kurang ajar, pergi kamu, enyahlah kau!” hardikku di dalam hati, sebab aku tahu semua itu memang hanya untuk menggoda konsentrasiku.
Meskipun aku selalu diganggu oleh makhluk-makhluk aneh yang berubah menjadi manusia yang kurang ajar itu, aku tetap konsentrasi membaca mantra-mantara tersebut.
Hingga akhirnya muncullah beberapa makhluk berwujud manusia raksasa yang sangat mengerikan wajahnya. Merekalah jin-jin yang aku panggil. Sesuai namanya, jin-jin itupun mempunyai kulit yang warna warni, tetapi sangat menakutkan. Mereka berebut aneka makanan yang aku hidangkan. Bersamaan itu pula, tiba-tiba saja di sekelilingku dipenuhi tumpukan uang yang memenuhi lantai kamarku. Semula memang hanya samar-samar, tetapi dengan mantra-mantra yang selalu ku baca akhirnya uang itupun semakin jelas terlihat. Anehnya, uang yang tertumpuk itu berbentuk blok-blokan yang belum terurai menjadi lembaran-lembaran. Sepertinya uang tersebut lengket, sehingga untuk mengambil satu-satu tidak bisa. Oleh karena itulah aku semakin tekun membaca mantra-mantra yang telah aku baca itu.
Seiring kerasnya angin yang berhembus di dalam kamarku seakan aku mempercepat mantra-mantra yang selalu aku baca. Apalagi setelah semakin kencang terdengar suara jerit tangis bayi, yang tidak lain adalah suara anakku, aku malah semakin kencang membacanya. Namun bersamaan kencangnya suara tangis anakku yang menyayat hati, seakan-akan ada yang menyiksanya, membuat aku tak tega mendengarkan. Apalagi ditambah suara isteriku yang terlihat sangat mengkhawatirkan anakku, aku semakin tidak kuat menahannya.
Segera aku berlari keluar kamar dan menghampiri isteri dan anakku. “Kenapa Ma, ada apa dengan dia?” tanyaku penuh dengan kegelisahan.
“Nggak tahu, tiba-tiba saja panas tubuhnya sangat tinggi, sepertinya ia sangat ketakutan,” balas isteriku. Akupun hanya memandangi anakku dengan rasa iba. “Ternyata mereka tidak hanya menggangguku, tetapi anakku menjadi sasaran mereka,” ucapku dalam hati.
Sejak kejadian yang menimpa anakku itulah, aku jadi sadar tentang akibat dari Mantra Pemanggilan Uang yang aku jalani. Dengan rasa sayang, kutimang-timang permata hatiku hingga ia tertidur. Sementara di luar, sayup-sayup terdengar suara adzan sholat subuh dari masjid di kampungku. Setelah kutidurkan anakku di samping ibunya, aku segera menuju musholla di depan rumahku untuk menunaikan sholat Subuh, serta beristigfar memohon ampun pada Yang Kuasa, atas jalan sesat yang telah aku jalani.
Saat langit tampak memerah di ufuk Timur, aku segera bergegas menuju rumah seorang Kyai. Tujuanku tidak lain adalah untuk menanyakan tentang ilmu yang baru saja aku coba itu.
“Mantera-mantera itulah yang pingin aku tanyakan pada Kyai,” tanyaku pada Kyai Pamungkas itu setelah aku jelaskan panjang lebar tentang ilmu dan mantra yang aku maksud.
“Kamu ini masih muda, tapi pinginnya terima bersih saja. Pingin dapat uang banyak tanpa harus bekerja keras, tanpa memikirkan akibatnya,” ucap Kyai Pamungkas.
Akupun hanya menunduk kecut, hingga akhirnya Kyai Pamungkas itu, memberi penjelasan padaku.
“Ilmu itu termasuk ilmu hitam, sama dengan pesugihan yang harus bersekutu dengan makhluk gaib. Oleh karena itulah kalau berhasil kamu akan dapat dengan mudah memperoleh kekayaan. Tapi kamu harus tahu, uang itulah yang terus menggerogoti amal baik kamu, sehingga sedikit demi sedikit amal yang telah kamu kumpulkan akan berkurang. Dan akhirnya habis sama sekali, yang tersisa hanya dosa-dosa kamu,” jelas Kyai Pamungkas panjang lebar.
“Terima kasih Kyai, beruntunglah aku gagal mendapatkan ilmu itu. Jika betulbetul kuperoleh uang itu, sia-sialah hidupku,” sesalku.
“Yah, sebaiknya jangan coba-coba dengan ilmu itu, kalau tidak ingin menyesal di akherat nanti,” pesan Kyai Pamungkas, sebelum kutinggalkan rumahnya. Akupun merasa lega, dan berharap tidak ada keturunanku ataupun orang lain yang terjerumus ilmu-ilmu seperti yang kupelajari ini. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: kyai-pamungkas.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)